Home

695 95 13
                                    

"Ayolah.."

Atsumu melepas seluruh pakaiannya mengajak Tobio ikut berenang di danau juga. Si raven menggeleng kecil. "Aku tidak bisa berenang Atsumu-san.."

"Aku tidak akan melepaskanmu.. Percaya denganku.." Tangannya terulur. Pada akhirnya Tobio mau. Omega itu juga membuka seluruh pakaian menyisakan dalaman saja. Bersama Atsumu mereka bergandeng tangan dan melompat ke dalam danau.

"D-dingin!!" Tobio memegang pundak Atsumu dengan dua tangannya. Pria kuning itu terkekeh dan mengangguk. Awan mendung dan gemuruh langit kembali datang. Tobio mendongak keatas.

"Apa yang paling kau takutkan di dunia ini, Tobio?" Atsumu menatap tiap detil wajah cantik yang sangat dekat dengan wajahnya saat ini.

"Huh? Senjata.. Tembakan—"

"Yang benar-benar kau takutkan.."

Mata mereka bertatapan.

"Mati.."

Si pirang tersenyum. Bagus kalau Tobio sudah tidak memiliki niat untuk bunuh diri lagi.

"Apa yang Atsumu-san paling takutkan?" Tangan Tobio terlahan menyibak rambut Atsumu kebelakang.

"Aku tidak memiliki apapun, jadi aku tidak takut kehilangan apapun.. Dulu.."

"Sekarang?"

"Kau.."

Tobio tersenyum, Atsumu pun tersenyum. Rintik hujan mulai turun. Kepala yang lebih dewasa mendekat, hendak kembali mencium bibir Tobio sebelum

BYYUURR

seseorang melompat masuk ke dalam danau. "Fuck!! Fuck!! Airnya lebih dingin dari yang ku kira!!" Korai mengumpat dan ditertawakan oleh Sachi dan Motoya.

Wolf Shadow kembali berkumpul. Usai melepas pakaian mereka semua menyusul menceburkan diri. Bulir air dari langit yang semakin banyak dan deras tak menghentikan mereka.

Atsumu menggendong Tobio kepundaknya sedang Korai di pundak Osamu. "Ayo Tobio jangan mau kalah dengan Korai!!" Sorak Sachi sambil terkekeh.

Mereka berdua adu dorong sedang Motoya menciprati wajah Korai. "Ahh jangan mengganggu Komori!" Pria itu mendengus.

Atsumu membantu mendorong perut Korai membuat si rambut putih terjengkang ke belakang. Mereka bermain air seperti lupa usia. Sedikit istirahat dari penatnya pertarungan dan aksi kejar-kejaran sebelumnya.

Tobio terus tertawa dan tersenyum lebar dengan candaan mereka. Senang rasanya bisa kembali berkomunikasi seperti ini.

Mereka bersenang-senang sore itu, sampai akhirnya tuntas dan kembali berjalan menuruni bukit guna mencari tumpangan.

Sebuah van putih kebetulan lewat, Osamu menawarkan sejumlah uang untuk van itu mengantar mereka sampai ke Tokyo.

Di perjalanan menuju Tokyo, Tobio duduk di samping Atsumu, kepalanya bersandar pada lengan pria itu. Kepala Atsumu menyanggah pada pucuk kepala Tobio.

"Tidur.." Jemari Atsumu mengelus permukaan wajah Tobio lembut. Si raven hanya tersenyum. "Atsumu-san tidurlah.." Balasnya.

Yang lebih dewasa memindah tangannya jadi melingkari pinggang Tobio, kepalanya pun mendesak perpotongan leher dan pundak yang lebih muda. "Baiklah.. Aku akan tidur."

Tobio tersenyum, tangannya menyelip guna menyisir rambut Atsumu. Osamu yang melihat tidak melalukan apa-apa. Ia hanya diam sedang teman-temannya yang lain tertidur kelelahan.

.
.

Tokyo, perhentian terakhir mereka. Tentara bayaran itu keluar dari mobil van kecil yang ban nya seolah mau meletus.

Somewhere We Call Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang