Goodbye

628 102 10
                                    

Mereka sudah mecapai kota tepi perbatasan, namun dengan kebetulan bensinnya habis. Tidak ada pilihan lain selain turun saat hari sudah gelap.

Kelompok itu berhenti di depan sebuah taman bermain terbengkalai. Satu-satunya tempat yang memiliki area perteduhan. Wilayah kanan kiri hanya hamparan tanah lapang yang kosong sejauh mata memandang. 

Tobio bersama Wolf Shadow masuk ke sana. Berteduh di sebuah tenda bekas sirkus. Beruntung tendanya tidak bocor. Dengan kemampuan otak atik Rintarou dan jemari berbakat miliknya, ia berhasil menyalakan penerangan di tenda itu.

"Kita bermalam disini.." Ujar sang kapten yang mendapat anggukan dari anak buahnya.

"Oi Korai buatlah api unggun di tengah." Osamu, Motoya, dan Sakusa masuk dengan makanan yang mereka bawa dari supermarket sebelumnya.

Si rambut putih terlonjak kesenangan. "Woahh! Kebetulan sudah sangat lapar. Sachi cepat buat api!!"

"Kau yang disuruh aku juga yang kerjakan.." Pria itu mendengus. Berujung mereka berdua membuat api unggun bersama. Osamu memasak seluruh mie instan dan rebusan yang masih bisa dimakan ke dalam panci yang ia ambil juga si supermarket.

Mereka semua mengelilingi api unggun, menunggu masakan matang sekalian menghangatkan diri. Tobio menatap mereka satu-persatu.

"Kemana tujuan kalian?" Omega mungil itu akhirnya memutuskan bertanya.

"Hawaii." Jawab Sakusa.

Hening beberapa menit.

"Sudah matang." Ujar Osamu memecah suasana. Dengan perlatan makan sederhana, Osamu membagi makanan sesuai kebutuhan dan porsi orang.

"Oi Komori tubuhmu kurus sepertinya makanan itu kebanyakan."

Motonya mengerjapkan mata pada Korai. "Telan dulu makanan yang ada di mulutmu itu."

"Hoshiumi-san.. Mau punyaku?" Tawaran Tobio membuat semuanya hening. Korai menelan makanan dengan serat kemudian menggeleng. "Tidak tidak aku hanya bercanda kok.. Makan saja Tobio, omega harus banyak makan biar tidak sakit.."

"Aku sudah cukup kok.." Tobio mengulurkan mangkuknya.

"Dasar om om tidak tau malu." Cibir Suna. Korai mendengus. "Benar ini tidakpapa?"

Tobio mengangguk. "Mm"

"Wahh terima kasih banyakk, Tobio!"

Tobio tersenyum lagi.

.

Saat hari sudah malam dan hujan telah berhenti, mereka semua mencoba tidur di bangku penonton yang terbuat dari kayu. Tobio tidak bisa tidur jadi ia hanya duduk melihat ke langit-langit.

"Hei.. Ayo kutunjukkan sesuatu." Ujar Atsumu. Pria itu mengulurkan tangan. Sesaat Tobio diam untuk berpikir. Terima atau tidak. Si blueberry memutuskan memilih untuk merima uluran tangan Atsumu dan menggenggamnya.

Mereka berdua keluar dari tenda. Cahaya bulan begitu terang membuat jalanan terlihat. Di depan mereka ada Carousel atau komedi putar dengan kuda sebagai tunggangannya, Atsumu mengajak Tobio mendekat kesana.

"Tunggu disini." Si pria melompati pagar, ia berjalan masuk mencari pusat kendali komedi putar itu.

JGLEKK

Seketika Carousel menyala dan berputar. Lampu warna-warni yang menghangatkan hati. Tobio teringat masa kecilnya, bersama ayah dan ibu, menaiki wahana ini.

Tobio pun melompati pagar dan berjalan semakin dekat. Matanya berkaca-kaca. "Kaasan.."

Atsumu pun mendekat dan menghapus air mata Tobio yang jatuh. "Ja, sekarang saatnya untukmu tersenyum.." Ia menggendong Tobio dan mendudukannya pada salah satu kuda.

Somewhere We Call Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang