Fall

574 89 16
                                    

Akaashi menempatkan si omega di kamar Bokuto. Sesaat setelah empunya kamar datang, Akaashi pun pergi meninggalkan mereka berdua.

"Hey hey.. Berhentilah menangis.." Bokuto duduk di tepi ranjang sembari mengusap air mata yang berderaian di pipi Tobio.

Omega itu melengos. "Kumohon lepaskan aku.." Matanya sudah sembab dan napasnya tersendat-sendat.

Bokuto mengabaikan keinginannya, pria itu bangkit berdiri, melepas stelan jas kemudian mengukung Tobio. Si omega berusaha mendorongnya sambil masih sesenggukan. "Jangan.. Kumohon.."

Saat sedih feromon omega akan jadi sangat aneh, membuat Bokuto sedikit sebal. Diciumnya paksa bibir Tobio dengan rakus sampai-sampai yang lebih muda merintih sesak. Dia hanya mau Atsumu. Pemuda manis itu pun menendang Bokuto dan berusaha kabur.

Grep

Bokuto menjambak rambut Tobio dan membantingnya kembali ke kasur. "Kau keras kepala juga. Aku tidak punya pilihan lain selain menandaimu sekarang. Dengan begitu kau akan patuh."

"Tidak!! Jangan kumohon.."

Plak

Bokuto menampar pipi Tobio sangat keras dan sakit hingga tangan si omega menjadi lemas. "Jangan buat kesabaranku makin habis." Burung hantu itu membalik tubuh Tobio yang sudah lemah.

Si raven hanya menangis. "Tidak.. Atsumu-kun.. Tolong.."

.
.
.

"Aku melihat helikopter mendarat ke pulau itu." Ujar Korai. Mereka sudah ada di dalam pesawat. Hirugami pun ikut melihat kearah jendela.

Atsumu yang sudah lemas hanya duduk diam bertopang dahi. Tobio, Tobio, Tobio, otaknya dipenuhi Tobio sampai rasanya keruh dan menyakitkan. Pria itu pun bangkit berdiri, tak tahan lagi. "Aku akan kembali kesana."

Osamu terbelalak begitu juga dengan yang lain. "Tsumu!!" Si abu ikutan berdiri. Ia menahan pundak kembarannya yang hendak mengambil parasut. "Apa yang mau kau lakukan?!"

"Aku akan kembali membawanya pulang Samu!!" Si pria mengusap kasar wajahnya yang kembali dilelehi air mata. "Aku tidak bisa hidup tanpanya.. Aku tidak bisa membayangkan hariku selanjutnya jika tidak bersama dia.. Kalaupun aku mati saat berusaha merebutnya nanti, bagiku itu lebih baik daripada meninggalkannya begini.."

Osamu tak dapat mengucap apapun untuk kembarannya. Atsumu menepuk pundak si abu. "Terima kasih sudah bertahan denganku sejauh ini Samu dan juga kalian semua.. Terima kasih.."

Suna bangkit berdiri lalu menahan pundak Atsumu. "Aku ikut."

Atsumu menggeleng. "Kau tidak perlu ikut. Mulai sekarang kau bukan anak buahku lagi.. Kau bisa melanjutkan hidupmu dengan bebas."

Hening.

"Oikawa ada di pulau itu!" Teriak Sachi setelah melihat dengan teropong. Mereka semua menoleh kearahnya.

"Aku harus pergi sekarang.." Ujar Atsumu.

Grep

"Tsum." Osamu menahannya lagi.

"Kata-katamu tidak akan—"

"Aku tidak akan mengubah niatmu. Aku akan ikut."

Mata Atsumu melebar.

Motoya berdiri. "Aku juga ikut." Sachi dan Korai menatap Atsumu. "Hell dude, ini Tobio tentu aku ikut menyelamatkannya!"

Sakusa yang masih duduk anteng menatap mereka. "Sepertinya sudah jelas kita semua tidak akan berpikir dua kali kalau tentang menyelamatkan Tobio"

Somewhere We Call Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang