Farewell (end)

990 106 28
                                    

DOR

Tembakan itu menembus kepala Oikawa dari belakang. Tubuh pria itu seketika terjatuh dari tebing membuat Tobio tercekat. Yang nenembak mati Oikawa adalah Akaashi. Bersama Bokuto, kedua orang itu terlihat lusuh dan penuh luka.

"Dimana penawarnya." Aura Akaashi terasa kelam dengan napas yang tak beraturan. Ia mengacungkan pistol pada Tobio.

DOR

"AKU TANYA DIMANA?!!"

Pria itu menembak tepat di depan kaki Tobio guna menekan sang omega. Kaki si raven gemetar, perlahan ia mengambil tabung kecil dari kantung celananya. "Hanya ada satu.."

"Ambil dan berikan padaku, Akaashi!" Tampaknya dua orang itu sudah terinfeksi.

"Kau ambil saja sendiri di neraka." Akaashi mendorong tubuh si bos ke laut lepas di bawah tebing. Pria itu sudah mencapai ambang batas kesabaran dan juga kewarasannya dalam mengikuti semua kemauan Bokuto. Dengan kata lain dia sudah muak.

"Lempar padaku atau kutembak dia." Akaashi mengarahkan pistol kearah Atsumu. "Jangan!" Tobio terpekik, ia menatap Atsumu lalu mau tak mau melempar tabung itu pada Akaashi.

Grep

Akaashi tersenyum aneh setelah mendapat tabungnya. "Kau tau, ini hanya perasaan pribadi jadi jangan terlalu dipikirkan. Aku membenci omega. Mereka terlalu diistimewakan."

DOR

Mata Tobio membulat saat Akaashi menembak perutnya. Cairan kental berwarna merah merembes keluar membasahi bajunya. "Tobio!!" Atsumu memaksa dirinya sekuat tenaga untuk berdiri.

Tubuh omega itu mundur dan terperosok bebas dari tebing menuju laut. Atsumu segera melompat untuk menggapainya.

Grep

Atsumu menangkap tangan Tobio dan memeluknya. Keduanya terjerumus ke dalam lautan. Kakinya yang terluka membuat ia tidak kuat berenang kepermukaan, alpha itu pun mendorong Tobio agar segera sampai keatas.

Mata Tobio melebar di dalam air, menyaksikan Atsumu yang kian tenggelam.

BYURRR

Tenggelam adalah salah satu ketakutan terbesar Tobio. Tapi sekarang, dia lebih talut kehilangan Atsumu lebih dari apapun. Omega itu berusaha berenang, menyelam ke dalam guna meraih tangan Atsumu.

Bairpun rasanya sangat sakit, baik napas maupin luka tembak diperutnya, Tobio ingin menggapai tangan Atsumu. Setidaknya jika ini adalah akhirnya, dia tidak ingin berakhir sendirian lagi.

Grep

Tobio menangkap tangan Atsumu. Mata mereka bersua terbuka dan saling memandang. Tobio menarik Atsumu dan posisinya berubah jadi memeluk pria itu.

Tobio sudah bisa mengatasi ketakutannya. Akan senapan, akan tenggelam, dan juga akan kematian. Tobio sudah tidak takut pada apapun lagi. Matanya terpejam.

Grep

Sebuah tangan meraih Tobio dan menariknya kepermukaan. Karena Tobio memeluk Atsumu jadilah keduanya terangkat keatas bersama.

Korai dan Osamu yang barusan menolong dua orang itu merasa sedikit lega. Baik Atsumu maupun Tobio masih sadar meski bibir Atsumu mulai biru.

"Atsumu-kun..." Tobio memeluk Atsumu lagi. Atsumu tersenyum dan balik memeluknya. "Kita naik dulu sekarang." Mereka berenang menuju pesawat amphibi yang tak jauh dari sana. Sakusa mengangkat tubuh ringkih Tobio sedang yang lain menangkat Atsumu. Segera kedua orang terluka itu didudukan di kursi dengan tangan keduanya saling menggengham. 

"Mereka tertembak, Motoya."

Yang disebut namanya bergegas mengambil kotak pertolongan pertama dan menolong Atsumu dan Tobio. Tidak ada bius jadi si omega harus menahan perih saat Komori mengeluarkan peluru dari tubuhnya.

Sakit, ngilu, perih, Tobio hanya mampu mengeratkan gigi saat jarum menembus kulitnya secara berulang guna menutup lukanya. Matanya yang berair menatap Atsumu, kaki pria itu juga tengah dijahit Osamu.

Alpha omega itu lega karena sama-sama selamat dan memiliki satu sama lain.

"Sudah selesai.. Kita bisa pulanh sekarang.." Ujar Osamu. Saat Korai hendak menutup pintu seseorang memanjat masuk dan menghajar wajahnya. "Dasar keparat sialan!! Kalian mau berkhianat ha?!" Bokuto masih selamat rupanya, hanya saja kondisinya kelimpungan.

"Aku bersumpah akan membunuh—"

Dor

Mereka semua terdiam dan melihat kearah si penembak, Sakusa. "Dia terlalu banyak bicara." Ujar Pria itu sedang tubuh Bokuto kembali tercebur ke luar.

BUGH

"Nicee!!" Motoya menepuk punggung saudaranya. Kini mereka benar-benar bebas dan bisa pulang, menikmati harta yang telah mereka kumpulkan.

"Suna-san.. Aku mendapatkan ini.." Tobio mengeluarkan sebuah tabung dan memberikan pada Suna. "Itu adalah penawar dari wabah yang diciptakan Oikawa.."

Atsumu menoleh. "Bukankah kamu sudah memberinya pada Akaashi?"

Tobio menggeleng. "Yang aku berikan padanya justru cairan virusnya.."

"Ahh dasar omega pintar!!" Suna mengusak rambut Tobio dengan tertawa-tawa. Dengan begitu, wabah di Miyagi dapat teratasi begitu juga dengan pulau yang sudah tercemar itu.

"California kami datang~" Ujar Korai menjetikan jari.

"Yeahh dude!!"

Tobio tersenyum, dia benar-benar bebas sekarang. Omega itupun menoleh ke kursi sebelah persis tempat Atsumu duduk. Alpha itu menatapnya dengan senyum tulus. "Kau benar-benar pemberani.."

"Kau yang membuatku berani.."  Tobio memajukan kepala untuk mencium bibir Atsumu. Atsumu menahan tengkuk Tobio dan balas melumat bibirnya. Adegan ciuman itu disaksikan rekan-rekannya yang satu pesawat.

"Awww kapten enak sekaliii!!" Korai mendengus.

"Kau cium Suna saja itu." Canda Sachi. Suna langsung mendecih dan menyipitkan mata penuh penghakiman.

"Dihhh sinis sekali! Aku juga tidak mau menciummu!"

"Dih!"

.
.
.

"Mmhh.."

"Ck ck ck.." Osamu berkacak pinggang. Mereka tengah berada di pantai Santa Monica. Tobio diatas tubuh Atsumu dan sepasang mate itu saling memagut satu sama lain.

"Berhentilah mengganggu Samu.." Ujar Atsumu yang bahkan tak menatap kembarannya. Matanya sudah terlanjut terpaku pada Tobio, tangannya mengusap pipi halus itu sesekali mengecupi permukaan wajahnya.

Osamu menghela napas. "Ya ya ya.. Selamat berbulan madu tuan dan nyonya Miya.." Pria abu itu pun berjalan ke bibir pantai menyusul Suna dan yang lain. Mereka asik berfoto dan main air seperti anak kecil, Komori lebih memilih mengurusi panggangan dan Sakusa berjemur dengan tenang diatas matras.

"Bagaimana nyonya Miya, California.."

Tobio terkekeh. "Ya seperti yang pernah kau katakan, tempat ini indah dan hangat.." Si omega kembali bergelanyut manja di tubuh Atsumu.

"Suka?"

"Suka.." Tobio mengecup pipi Atsumu. Apasih yang dia tidak suka asalkan bersama sang alpha. Mereka menikah dua hari setibanya di California. Pemberitaan juga menyiarkan tentang vaksin penawar Fun Game. Semuanya sudah damai lagi.

"Kau mau punya anak berapa Tsum?" Tanya Suna. Hari sudah malam, mereka duduk melingkar di pantai dengan api unggun dan panggangan. Masing-masing duduk diatas matras selain Tobio yang duduk di pangkuan Atsumu. Tangan cantik omega itu melingkar di leher suaminya seraya bersemu mendengar perkataan Rintaro.

Atsumu terkekeh. "Aku? Kau salah bertanya.. Yang nantinya mengandung dan melahirkan adalah Tobio, jadi keputusan mau anak berapa aku serahkan padanya.."

Tobio menatap Atsumu. "Hm? Aku mau rumah yang ramai.."

Atsumu pura-pura terkejut namun wajahnya sangat terlihat bersemangat.

"Wah wah.. Tanda-tanda.." Korai dan yang lain tersenyum penuh maksud pada Atsumu. "Sudahlah Tsum kami tahu apa yang kau pikirkan.."

The end




Somewhere We Call Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang