Suicide

731 114 15
                                    

Sapa ya minta ini up sehari dua kali di sc, saya karungin siniʕง•ᴥ•ʔง ini udah 1.4k words sehari sekali masi kurang? ಥ‿ಥ

.
.
.

"Sampai kapan kau akan begini terus Tsumu?!!" Osamu membanting botol sake milik kembarannya. Dia sudah muak melihat pria kuning itu terus hanyut dalam rasa bersalah dan penyesalan.

"Bukan hanya kau yang depresi disini! Aku, Suna, Sakusa, Motoya, Korai, Sachi! Kita semua juga tertekan.. Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri dengan berlebihan.."

Atsumu menggebrak meja, ia berdiri dengan terhuyung lalu mencengkram kerah kembarannya. "Berlebihan katamu?!! Orang-orang itu mati terpanggang dalam gedung karena aku!!!"

Osamu bungkam. Suna yang ada di ruangan itu hanya diam menunduk. Korai bangkit berdiri, melerai dua kembar yang kalau tidak dipisah selanjutnya bisa-bisa berkelahi.

Mereka baru saja copot lencana dan dikeluarkan tidak hormat dari kemiliteran karena suatu perkara yang baru disebutkan Atsumu. Semua orang sangat stress, pusing, dan yang paling buruk adalah rasa bersalah karena gagal menyelamatkan nyawa para warga sipil.

"Sudahlah.. Kita tidak bisa memutar waktu.." Motoya menepuk pundak Atsumu dan Osamu. "Beri kembaranmu waktu Samu jangan terlalu memaksanya, kau juga Tsumu—"

"Jangan menasehatiku." Si kuning berjalan pergi menyenggol bahu Motoya.

.

Mereka semua tidak ada yang mengerti perasaan Atsumu. Semua kegilaan ini dapat terjadi adalah karena salahnya.  Kematian warga sipil yang terpanggang hidup-hidup digedung, salahnya. Kegagalannya melenyapkan narkoba rabies milik Oikawa, salahnya. Semua, semua kekacauan yang terjadi adalah salahnya sedang teman-temannya yang lain dikeluarkan hanya karena bertindak dibawah komando Atsumu yang saat itu adalah kapten.

Semua yang kau lakukan hanyalah kegagalan dan berantakan.

Inner Atsumh mulai merutuki diri sendiri. Pria kuning itu meninju tembok berulang kali sampai punggung tangannya lecet berdarah. Ia menangis sendirian, tiap malam tidurnya tak nyenyak karena digentayangi oleh rasa bersalah dan jeritan para warga sipil yang mati.

Harusnya kau yang mati. Bukan mereka. Karena kecerobohanmu. Semua salahmu.

Trauma ini membuatnya mencoba untuk bunuh diri beberapa kali. Dia sudah tak memiliki tujuan hidup. Yang dia inginkan hanyalah kematian.

"Tsumu!!" Osamu lagi-lagi menggagalkan rencana bunuh diri Atsumu. Sekejengkel apapun dirinya, hanya Atsumu satu-satunya keluarga yang ia punya. "Aku menemukan pekerjaan baru.. Hal yang paling kau suka.. Kau suka menjalankan perintah kah? Ayo menjadi tentara bayaran.. Suna sudah menemukan seseorang yang mau menyewa kita."

Atsumu tak bergeming perlahan netra kuningnya menatap Osamu. Si mata abu menyakinkan saudaranya kalau mereka punya tujuan. Setelah ini hidup mereka memiliki tujuan lagi. Misi, adalah pelarian Atsumu dari kosongnya tujuan hidup.

.

2 tahun kemudian

.

"Ada panggilan dari Great Horned owl." Suna masuk ke markas dan langsung mendudukan pantat keatas meja selagi tangannya mulai menyulut rokok.

"Mereka sudah memberitahumu tentang misi yang selanjutnya?" Tanya Osamu, ia mengibas angin akibat udara panas di California, tempat terakhir mereka menyelesaikan misi.

"Dimana dia sekarang?" Belum terjawab satu pertanyaan, tambah satu lagi dari Sakusa.

Asap mengebul keluar dari mulut dan hidung Suna yang seperti banteng. Lelaki bermata lancip itu menggeleng. "Tidak, dia tidak memberitahukan apapun soal misi ini. Akaashi bilang Bokuto sendiri yang akan mengatakan pada kita nanti, saat kita tiba ditempatnya. Dia ada di Hawaii."

Somewhere We Call Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang