1. EKSPEKTASI

98 17 3
                                    


Ekspektasi berlebihan terhadap dunia itu berbahaya, oleh karenanya aku menuliskannya dalam bentuk kata-kata. Setidaknya agar apa aku inginkan terwujud lewat tokoh yang ku buat di cerita.

Ekspektasi adalah pengharapan.
Kita berekspektasi terhadap sesuatu berarti kita mengharapkan suatu hal terhadapnya. Misalnya, di cerita Sumbu, ada Diana yang berekspektasi Shasha akan menjadi murid nomor 1 di SMA lalu melanjutkan karier sebagai dokter. Seringkali, ada banyak hal yang mempengaruhi seseorang memiliki ekspektasi kepada orang lain. Dengan adanya ekspektasi ini, banyak orang yang berusaha keras dan terus berusaha agar apa yang dia ekspektasi kan atau yang orang lain ekspektasi kan kepada dirinya tercapai.

Dari satu sisi hal ini akan menyebabkan hal positif, yaitu mengajarkan seseorang untuk berusaha untuk mencapai apa yang diekspektasikan, tentu dalam kasus ini ekspektasinya harus yang bersifat positif. Seperti contohnya, Shasha rajin belajar agar bisa menjadi murid nomor 1, agar Diana bahagia, untuk memenuhi ekspektasi Diana.

Namun, di sisi lain, segala sesuatu yang sifatnya berlebihan maka tidak baik. Termasuk ekspektasi ini. Adanya ekspektasi yang berlebihan akan dapat menjadi beban, tuntutan bahkan kekecewaan yang mendalam jika tidak tercapai. Seperti yang orang-orang bilang, "jika realita tak sesuai ekspektasi." Inilah yang dialami Shasha saat dia berhasil mendapatkan juara 1 olimpiade matematika, namun ketika mengetahui bahwa Diana tidak datang, tidak melihatnya memegang piala, rasa kekecewaan memenuhi hati Shasha. Dia merasa Diana tak melihat hasil dari kerja kerasnya.

Kita seringkali mengharapkan sesuatu secara berlebihan kepada seseorang. Kepada diri kita sendiri, kita berekspektasi akan menjadi orang yang rajin, pintar, selalu bahagia, ramah, baik, tidak malas, tidak menunda-nunda, sehat, cantik/tampan, sukses dan kata-kata lain yang telah dikotak-kotakkan oleh society untuk membedakan mana orang yang sukses dan gagal. Sementara kepada orang lain kita seringkali berharap bisa menjadikan seseorang sebagai teman, "semoga dia bersikap baik", berharap kepada seseorang yang kita sukai balik menyukai kita, berharap jika seseorang tidak mengecewakan kita. Ketika semua ekspektasi itu tidak tercapai, rasanya sakit.

Aku pernah mendengar bahwa satu-satunya hal yang bisa membuat kita kecewa adalah ekspektasi kita sendiri.

Aku merasa sangat relate. Ketika aku berharap aku akan menjadi apa yang aku mau, tapi pada akhirnya itu tidak tercapai, ketika aku menyukai seseorang dan ternyata orang itu menyukai orang lain, aku mengerti apa makna dari kalimat tersebut.

Semuanya kembali ke diri kita sendiri. Kenapa kita terlalu banyak berekspektasi?

Atau mungkin kita yang kurang realistis?

Intinya, untuk kita yang sedang patah karena ekspektasi kita sendiri, percayalah bahwa satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan untuk bangkit dari keadaan ini adalah berusaha menerima dan bersyukur untuk segala sesuatu sekecil apapun itu.

Biasanya, seorang pembuat cerita akan menuliskan ekspektasinya ke dalam cerita yang tengah dibuatnya. Sehingga dia merasa senang apabila tokohnya sendiri mencapai ekspektasi tersebut, meskipun itu hanya dalam bentuk tulisan, tapi aku yakin seorang penulis memiliki ikatan batin yang sangat dalam dengan tulisannya sendiri. Oleh karena itu, menulis adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan ekspektasi yang belum tercapai atau ingin dicapai. Menjaga ekspektasi itu tetap hangat dan hati serta pikiran yang masih terkontrol apabila di dunia nyata itu tidak tercapai.

Selamat datang di bagian pertama dari Catatan Untuk Kita yang Sedang Healing.


Bagian 1 : 522 kata

Kamu pernah berekspektasi apa sama diri sendiri/orang lain yang ternyata gak jadi kenyataan?

CATATAN UNTUK KITA YANG SEDANG HEALINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang