9. JANGAN PAKSAKAN APAPUN

5 4 1
                                    

2 tahun lalu, ketika aku melihat mata gadis itu... terlihat di sana bagaimana cemas, takut dan khawatirnya dia.

Dia tak perlu mengeluarkan sepatah katapun, matanya sudah menjelaskan semuanya.

Matanya bercerita mengenai dirinya yang berada dalam kondiri tak menyenangkan, keluar dari zona nyaman, berada di tengah-tengah orang asing yang tampaknya menakutkan, bersaing diantara banyak orang untuk mendapat pencapaian, takut akan kesendirian dan takut akan kekalahan dan penolakan. 

Semuanya terlihat jelas. 

Ketika dirinya memasuki kelas yang isinya 34 orang itu, matanya terlihat paling semu. Mengantuk, sedih, menyebalkan, pasti itu yang orang lain pikirkan ketika menatapnya. 

Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam dirinya, bagaimana dia menghadapi rasa takut untuk berani masuk kelas, takut menatap orang yang melintas di depannya, takut mengangkat tangan ketika mengetahui jawaban, takut memulai percakapan baru dan takut bahwa dirinya akan tertinggal. 

Padahal yang sebenarnya terjadi tak semenyeramkan di pikirannya, lingkungannya tak se-kompetitif itu, keluarganya tak setoxic itu, dirinya juga tak serendah itu dan hidupnya tak semenyedihkan itu. 

Perlu perjalanan panjang untuk menyadarinya, memang harus begitu. 

Tak apa, setidaknya dia menyadari sekarang bahwa itu juga bagian dari proses bertumbuhnya.

Proses yang menunjukkan bahwa dia tak perlu validasi dari orang lain untuk menyadari bahwa dia seberharga itu, dia tak perlu menerima semua orang untuk bisa dikatakan gaul, dia tak perlu sibuk untuk dikatakan produktif, dia tak perlu kehilangan dirinya sendiri untuk bisa diterima dan dia tak perlu memaksakan apapun yang tak selaras dengan prinsipnya. 

Selama ini dia terlalu memaksa, memaksa dirinya, lingkungannya dan hidupnya untuk berjalan sesuai dengan keinginannya. Meskipun itu harus dibayar dengan mata yang tak sempat tidur, tangan yang lelah, badan yang remuk dan hati yang hampa. Berusaha mencari kebahagiaan diantara tumpukan kertas. Dulu ia beri nama perjuangan, namun ternyata setelah menyadari bahwa selama ini dia berusaha menghias kebun orang lain padahal kebun miliknya masih terbengkalai, dia menemukan mengapa hatinya selama ini hampa. 

Padahal nyatanya kebahagiaan ternyata tak semahal itu, cukup dengan menghirup udara pagi, melihat awan di langit biru yang cantik, makan jeruk yang merupakan buah favoritnya, baca buku favoritnya, lihat sawah yang hijau, ketemu sama orang-orang yang dicinta dan spending time dengan mereka, dan inti dari semuanya adalah tetap hidup. 

Hidup untuk diri sendiri. 

Percaya bahwa cerita ketika sudah ditulis oleh penulis skenario terbaik, tugas kita adalah tetap hidup, berjuang dan berdoa. Jangan paksakan apapun, karena apa yang sudah ditakdirkan untukmu, mau bagaimanapun juga akan sampai padamu. Tetap hidup untuk hal-hal kecil, untuk orang yang dicintai, buku dan musik favorit, untuk hewan peliharaan dan untuk mimpi-mimpi yang masih kita gantungkan di atas sana. 

CATATAN UNTUK KITA YANG SEDANG HEALINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang