-8-

10.4K 1K 72
                                    

Happy Reading !

———————————————

Mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya, memikirkan gadis yang tadi dia temui di mall. Ingin mengenyahkan bayang-bayang gadis itu, tetapi tidak bisa.

"Hah.. gadis kecil sialan. Beraninya kau berputar-putar di pikiranku." Gumamnya pelan sambil memijat pelan pelipisnya.

Terlalu larut dalam pikirannya, lelaki ini tak sadar jika tangan kanannya sudah berkali-kali mengetuk pintu, meminta izin sang bos untuk masuk.

Tapi apa daya, karena tak ada jawaban dari sang bos, dia akhirnya masuk tanpa menunggu izin.

Tak terbayangkan olehnya, melihat sang bos tampak sangat frustasi sampai tak menyadari kehadirannya yang sudah seenak jidat masuk.

"Permisi, bos."

Suara itu menyadarkan sang bos dari acara melamunnya dan langsung menatap tajam sang tangan kanan.

"Siapa yang menyuruhmu untuk memasuki ruanganku seenaknya?"

Menghela napas menghadapi sang bos, "Saya sudah berkali-kali mengetuk pintu tapi tak ada jawaban akhirnya saya memutuskan untuk masuk. Saya sudah membawa data-data tentang gadis itu."

Mendengar jawaban dari tangan kanannya akhirnya dia tak lagi menatap tajam kepadanya.

"Berikan padaku."

Memberikan data-data tentang gadis yang tadi dia tabrak. Well, dia sebenarnya sadar kok kalau dia duluan yang menabrak gadis itu tapi karena gengsinya cukup besar, akhirnya dia menyalahkan sang gadis.

Membaca semua data tentang gadis itu. Mengerutkan keningnya, "Hanya ini? Ini bahkan tidak berguna sama sekali."

"Maaf, bos. Sepertinya data nona ini sangat dijaga ketat bahkan kita sampai tak bisa mendapatkan hal yang penting."

"Yang pasti nona tersebut adalah satu-satunya anak perempuan dari keluarga Griffiths dan cucu kesayangan dari keluarga Vallentine." Lanjutnya menjelaskan kepada sang bos.

"Anak Griffiths dan cucu.. Vallentine ya."

Melihat sekali lagi data sang gadis. Lelaki ini tersenyum miring. "Ah.. bukankah ini sangat menarik."

—————

Disisi lain, Rainey tiba-tiba menjadi merinding, bulu kuduknya seakan naik dan ingin memisahkan diri dari kulitnya.

Jovanka yang melihat itu, langsung menatap Rainey dengan pandangan yang menyiratkan kebingungan, "Kenapa lo? Sawan?"

"Gue ngerasa ada yang lagi ngomongin kalau gue menarik, makanya gue merinding."

Mendengar penuturan gadis didepannya membuat Jovanka tersenyum miring, "Ah.. Lo emang menarik kok."

"Jangan sebut aku menarik tante. Please, itu kata-kata termenggelikan, klise dan basi."

Rainey sangat geli bila ada orang terutama kaum adam yang menyebutnya 'menarik'. Hell, memangnya dia itu apaan, cuman karena beda sedikit dari perempuan yang lain ketika melihat cogan, lantas si cowok ini langsung mengeluarkan smirk andalannya yang membuat muak itu dan menyebutnya menarik. Apakah tak ada ungkapan yang lain selain itu.

Benar-benar menjijikkan.

Tolong jauhkan Rainey dari spesies itu.

"Berhenti masang wajah masam lo itu. Nih!"

Melihat Jovanka yang ternyata sedang menyodorkannya kentang goreng. Wajah masam Rainey sekarang telah berubah menjadi wajah super duper datar.

"Oh ayolah, sekali-kali." Mohon Jovanka sekali lagi dan memasang wajah memelas yang mana membuat Rainey ingin sekali menjadikan Jovanka sebagai samsak tinjunya.

Rebirth for RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang