🍃Chapter 3 : Masa Lalu🍃

849 65 2
                                    

[flashback] [POV xiao]

"kau harus turuti apa yang ku suruh! Kalau tidak kau akan tau akibatnya, ingat itu alatus"

"tidak jangan, jangan kau lakukan itu! JANGAN!!" dalam siksaan yang tiada henti ini, harus berjuang demi kebebasanku, aku harus menuruti apa yang dia suruh selama ribuan tahun.

Apakah dengan menyakiti, membunuh, dan memakan mimpi orang bisa membebaskan penderitaanku darinya. Pertarungan demi pertarungan, banyaknya yang sudah ku bunuh sampai seluruh tubuhku ini penuh dengan darah orang yang tidak bersalah hanya demi kebebasanku.

"siapapun..tolong...bebaskan aku..dari rasa sakit ini" Dalam kelelahan dan luka yang cukup parah setelah pertarunganku dimedan perang, setelah sekian lama pertarunganku selama ini bertahan untuk tetap berdiri akhirnya aku tumbang ketanah karena kelelahan. Jika dilihat sekitar tidak ada satupun yang hidup ditanah penuh darah ini kecuali aku, hahh sepertinya mati adalah salah satu pilihan terbaik. Seketika penglihatanku mulai redup dan rasanya aku ingin menutup mata ini, tapi saat hendak menutup mata tiba-tiba ada cahaya terang sambil memanggil namaku dengan hangat.

"..Alatus.."

"..agh..si..siapa itu?" ketika ku hendak berusaha membuka mataku dan mengangkat kepalaku dengan sisa tenaga yang ada. Aku melihat sosok yang bercahaya sambil mengulurkan tangannya kepadaku, lalu aku menerima uluran tangan hangatnya bagaikan semua penderitaan dan siksaan yang selama beribu tahun sudah ku alami tiba-tiba menghilang.

[end flashback]

Setelah dua ribu tahun berlalu seharusnya aku bisa merasakan ketenangan setelah di selamatkan oleh dewa morax, tapi kenapa perasaan ini seperti ada yang hilang dan mengganjal aku tidak mengerti.

"xiaoo apakah kamu ada disini?" suara wanita yang tidak asing ku dengar dari balchon, ada apa lagi ia datang mencariku? Sudahlah, berharap saja supaya ia tidak datang lagi, akan merepotkan jika dia terus-terusan mencariku apa lagi tubuhku yang penuh dengan karma dewa yang bisa membunuh dirinya sendiri.

[end pov's xiao]

Akhirnya aku sampai di Wangshu inn dan seharusnya aku sudah tau bahwa xiao pasti ada dibalchon, apakah aku harus memeriksanya sendiri kesana? Apa boleh buat, lagi pula aku ingin mengenal xiao lebih dalam ya maksudnya jadi teman hehe, bisa saja suatu keajaiban aku bisa melihat senyum tulusnya. Ugh apa sih yang aku pikirin, sudah lumine jangan banyak berkhayal cape tau mengkhayal yang tidak pasti. Sesampainya disana aku mencoba memanggil xiao tapi seperti biasanya tidak ada jawaban, agak kecewa sih tapi yasudah aku tunggu dulu deh.

"ada apa kamu mencariku?" suara yang sangat familiar dengan nada yang dingin, seketika aku menengok ke belakang dan benar saja xiao datang dengan wajah yang dingin dengan mata yang tajam menatapku membuatku agak ragu mengatakannya. Tapi ini harus aku lakukan untuk menolongnya, seketika aku pun menghampirinya dan menyentuh tangan kanannya, sontak dia terkejut saat aku menyentuh tangannya kemudian xiao menarik tangannya karena terkejut aku sentuh.

"A..apa yang kau lakukan?! Ingin mati hah?!" dengan nada yang tinggi dan menatapku kesal, aku yang sudah tidak peduli dan merasa ini satu-satunya cara supaya aku bisa lebih dekat dengannya. Sambil ku berusaha menggenggam kembali tangan kanannya dan memeluknya erat di dadaku, membuat xiao tidak bisa berbuat apa-apa dengan wajah yang merah ia pun pasrah tangannya ku peluk.

"...Lu..lumine, tolong lepaskan tanganku" dengan menahan wajah xiao yang merah, aku yang saat ini mematung dan menahan malu karena reflek memeluk tangan kanannya dan tepat banget diletakkan di dadaku.

Stay with me {Xiao x Lumine}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang