Setelah bermain basket beberapa menit yang lalu, jam masuk berbunyi cukup nyaring. Para siswa-siswi memasuki kelas mereka masing-masing, baik dari yang kelas sepuluh, sebelas, maupun duabelas. Mereka lebih memilih menunggu guru di kelas daripada mendapat hukuman dari guru piket yang sangat mendisiplinkan ketertiban.
Beda halnya dengan Bina, atau yang mereka kenal sebagai Bian. Gadis tampan itu malah sedang santainya berleha-leha diatas karpet sembari memandangi cerahnya langit. Ya, Bina sekarang tengah berada di rooftop sekolah seorang diri setelah tak sengaja terpencar dengan mereka seusai dari lapangan.
Cuaca tidak terlalu panas, sinar matahari juga tidak menyilaukan mata. Diiringi semilir angin yang sejuk membuatnya memejamkan mata merasakan kantuk. Apalagi tadi malam Bina hanya tertidur dua jam dikarenakan sibuk dengan tumpukan novel yang menunggunya untuk dibaca.
Selang beberapa menit Bina menyelami mimpinya, pintu rooftop terbuka menampilkan seorang cowok ganteng tanpa ekspresi menutup pintu kemudian mulai melangkah mendekat sebelum akhirnya mendudukan diri dikursi kosong yang berada tepat di sebelah Bina tertidur.
Cowok itu, Zero. Teman baru Bina beberapa jam yang lalu. Zero datang sendiri, niatnya ingin menghabiskan waktu bolosnya untuk merokok di rooftop kandas saat malah melihat cowok berbadan kecil tengah asik tertidur dihadapannya.
Mata tajamnya memperhatikan Bina dengan intens. Wajahnya yang kecil, kulit putihnya yang bersih, badan cowok itu yang kurus dan bibirnya yang merah menggoda.
Memperhatikan dengan lamat bibir cowok ganteng tapi imut yang sedang tertidur, membuat Zero hampir khilaf. Bagaimana tidak? Bibir Bina nampak seperti bibir seorang gadis yang sangat terawat apalagi bentuk bibir itu yang sangat menggoda.
Zero memejamkan mata sembari menghela nafas berat. Berusaha untuk menekan keinginannya untuk mencium bibir seorang yang bahkan satu gender dengannya.
"Sialan." Umpat cowok itu kesal.
Dengan segera Zero membuang pandangannya, menatap gedung-gedung yang berdiri tinggi. Kembali melirik Bina sekilas lalu mengalihkan pandangannya seperti sebelumnya.
Awal pertemuan dan perkenalan Zero dengan Bina sama seperti yang lainnya. Bahkan Zero tidak terlalu peduli adanya gadis itu. Namun setelah melihat Bina bermain di lapangan dan memperhatikan Bina diam-diam seperti tadi, berhasil membuat secercah perasaan asing hinggap dihatinya.
Mungkin hanya perasaan layaknya untuk seorang adik, mengingat Bina lebih muda satu tahun darinya.
"Eugh..." Lenguh seseorang yang langsung merebut atensi Zero.
Zero memperhatikan gerak-gerik Bina yang sedang meregangkan tubuhnya. Saat dirasa ada yang memperhatikan, Bina lantas menoleh, reaksi gadis itu langsung melotot saat mendapati sang bos sedang memperhatikannya. Menyadari kondisi mukanya yang komuk, Bina langsung mengusapnya dengan kasar.
Bina segera duduk bersila menghadap Zero dengan cengirannya. "Eh bos, dari tadi?" Gadis itu menahan nafasnya saat mendapati tatapan Zero.
Zero tersenyum tipis dengan tingkah Bina. "Hm"
"Yang lain mana, gak ikut?" Tanya Bina saat menyadari tidak ada seorangpun temannya yang selain Zero disini.
Yang ditanya lantas menggeleng.
Melihat gelengan Zero, Bina melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan jam duabelas siang. Waktunya mengisi perut setelah cukup puas tidur.
Bina mendongak menatap Zero yang masih anteng dikursinya "Jam duabelas, udah makan bos?" Bina mengerjapkan matanya yang masih terasa sepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Soft Boy
Teen Fiction[ PART ACAK ! ! ! ] Seorang gadis cantik sengaja merubah penampilannya menjadi laki-laki tulen untuk menghindari perjodohan yang ditetapkan kedua orangtuanya. Namanya Sabina Marsya Elzera. Walaupun tidak tau dengan siapa dia akan di jodohkan, Bina...