Setelah kepergian Bina yang katanya ingin membeli cilok segerobak, Zero menyenderkan tubuhnya sembari mengedarkan pandangan kepenjuru Taman. Tumbuhan hijau mendominasi taman, ditambah bunga-bunga cantik yang tertata indah membuat Taman ini terlihat asri. Apalagi tak ada sampah yang berserakan.
Pandangan Zero masih mengedar, hingga netranya tak sengaja menangkap sosok seorang gadis berambut panjang yang sangat dia kenali. Posisi gadis itu berada lumayan jauh di pinggir taman bersama seorang laki-laki berjaket hitam. Keduanya tampak akrab dengan saling melempar canda tawa.
Zero membuang pandangan saat netranya tak sengaja bersitatap dengan netra cerah gadis itu. "Cih," Decihnya malas, namun gadis itu masih menatapnya sebelum akhirnya kembali fokus pada laki-laki berjaket hitam yang sempat menegurnya.
Menunggu cukup lama membuat Zero bosan. Saat hendak bangkit mencari Bina, pergerakan Zero terhenti saat orang yang dicari sedang berjalan kearahnya sembari mendorong gerobak cilok. Diwajahnya dihiasi senyuman lebar.
Melihat senyuman Bina, Zero ikut tertular untuk tersenyum.
"Bos, mau cilok gak? Gratis nih khusus buat lo!" Tawarnya antusias. Siap cosplay jadi tukang cilok ganteng.
Bina menghentikan gerobak cilok baru yang dibeli tadi persis di depan Zero yang masih pada posisi. Membalikan badan menghadap Zero, mata Bina berbinar cerah. "Mau kan bos? Yakali lo nolak gua."
"Gua gak mungkin nolak lo," Tutur Zero membuat Bina menggaruk tengkuknya. "Maksud gua, ciloknya!" Ralatnya cepat.
Senyuman Zero terganti dengan tawa kecil. "Iya mau." Jawab Zero membuat Bina semangat.
Bina membuka tutup dandang yang menjadi wadah cilok. Masih dengan senyuman, gadis berpenampilan cowok itu mulai melayani Zero sebaik mungkin.
"Bumbunya pedes gak nih?" Tanya Bina masih dengan menusuk satu persatu cilok untuk dimasukan kedalam plastik.
"Pedes." Balas Zero memperhatikan gerak-gerik Bina dari belakang dengan senyuman.
Bina mengangguk, kemudian menggeleng. "Jangan pedes-pedes deh, nanti perut lo sakit." Gumamnya entah pada siapa, namun masih dapat di dengar jelas oleh Zero yang kini malah tersenyum gemas.
Hampir dua puluh biji cilok Bina masukan kedalam plastik transparan membuatnya penuh, kemudian Bina mulai membumbui cilok tadi dengan bumbu-bumbu yang sudah disediakan, tak lupa agar tidak menaruh banyak bumbu pedas pada cilok.
"Nih, gak usah bayar. Anggep aja amal dari gua." Bina memberikan seplastik penuh cilok berbumbu tadi pada Zero. Gadis itu tersenyum lebar sembari menyeka keringatnya seakan-akan dirinya sudah bekerja ekstra keras untuk melayani pesanan Zero.
Zero menerimanya masih dengan senyuman gemas. "Padahal beli gerobak sama seisinya aja pake duit gua."
Bina membalasnya dengan tawa yang berhasil menyita perhatian para kaum betina yang memang sudah sedari tadi diam-diam memperhatikan.
"Ketawanya jangan kenceng-kenceng, gua gak suka mereka liatin lo." Ucap Zero berusaha biasa saja sembari menusukan cilok, memasukkannya ke dalam mulut.
"Serba salah perasaan" Dumel Bina mendudukan diri di sebelah Zero.
Zero menoleh pada Bina, cowok itu mengunyah sebelum akhirnya menelan cilok tadi. "Kalo gak mau serba salah, ya jangan keluar. Kan jadinya serba salah"
"Hah, apanya yang keluar?" Otak sengklek Bina mendadak blank, ucapan Zero yang terkesan ambigu membuatnya berfikir yang tidak-tidak.
"Fikirannya," Satu sentilan pelan mendarat di kening mulus Bina membuat sang empunya kening memekik terkejut.
Bina melotot tak terima, "Lagian lo ngomongnya ambigu sih, kan gua jadi mikirnya kemana-mana." Elaknya membuang muka yang sudah semerah bibir Mimi Peri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Soft Boy
Teen Fiction[ PART ACAK ! ! ! ] Seorang gadis cantik sengaja merubah penampilannya menjadi laki-laki tulen untuk menghindari perjodohan yang ditetapkan kedua orangtuanya. Namanya Sabina Marsya Elzera. Walaupun tidak tau dengan siapa dia akan di jodohkan, Bina...