Sebulan lebih Bina berteman dengan mereka, gadis itu tak menyangka teman-temannya akan terlibat dalam tawuran. Apalagi Firo, sejak berteman dengan cowok sableng itu, Bina tidak pernah mengira Firo ikut dalam tawuran. Ah, rupanya cowok itu sudah biasa dengan yang namanya tawuran.
Sekitar dua puluh lima orang ikut bergabung, ini bukan lah tawuran antar geng. Karena Zero tidak pernah dan tidak akan mau terlibat dengan yang namanya geng atau semacamnya. Di sini mereka hanya sekumpulan teman yang saling membantu. Baik Atta, Denis, Firo dan anak-anak yang lain tidak mempermasalahkan, yang terpenting bagi mereka hanyalah kebersamaan.
Hari ini Bina dan kelima temannya termasuk Eldo, membolos sekolah. Mereka sekarang tengah berkumpul dirumah Atta sembari mengisi tenaga untuk tawuran nanti.
Mulut Bina sudah penuh dengan makanan, gadis berpakaian laki-laki itu mengunyah dengan pelan agar makanan dalam mulut tidak berhabur keluar. Tingkah Bina menarik perhatian orang-orang disekitarnya, walaupun Bina tidak mengenali semua teman-teman Zero, gadis itu berusaha bersikap hangat pada mereka, tujuannya agar mereka nyaman berteman dengannya dan menghindari permusuhan.
"Pelan-pelan aja makannya," Tegur Firo dengan telunjuk menekan pipi chubby Bina yang menggembung.
Bina menepis pelan tangan Firo, "Blisik!" Balasnya dengan masih mengunyah.
Denis terkekeh, "Ian, lo kek bocah aja makan sampe pipi ngembung gitu. Laper?"
Bina mengangguk, tangannya terulur menggapai gelas berisi air putih di meja. Menenggaknya hingga tandas tak tersisa.
"Itu bukannya minumnya si Bos?" Mendengar ucapan Eldo sontak Bina mendelik, menatap gelas ditangannya kemudian kembali menatap Eldo. "Hah, serius lo?"
"Lah terus minum gua mana?" Tanya Bina bingung, jika air di gelas yang Bina minum bukan miliknya, lantas kemana perginya air yang milik Bina?
Atta menunjuk kearah Zero yang sedang menikmati makanannya. "Tuh ketuker kayaknya."
"Padahal kan itu udah gua minum sebelumnya," Gumam Bina lirih, masih tak menyangka minumannya malah tertukar dengan Zero yang duduk di depannya.
"Bos! Air kita ketuker." Ucap Bina menghentikan gerakan Zero yang baru saja akan minum.
"Gak papa." Cuek Zero lanjut meminum air milik Bina yang sudah dipegangnya.
Mata Bina mengerjap, "Tapikan itu bekas gua..."
Firo menepuk bahu Bina. "Gua juga sering kayak gitu sama Atta, gak usah di pikirin." Bina menghembuskan nafasnya lalu mengangguk.
Mereka menghabiskan makannya dengan diselingi candaan, sampai jarum jam menunjukan angka sepuluh, kedua puluh sembilan remaja itu siap berangkat ketempat tawuran.
"Lo jaga rumah gua aja," Titah Atta mendapat anggukan setuju dari Denis.
Bina berdecak, "Kenapa gua gak boleh ikut sih? Gua kan cowok!" Protesnya.
"Gua gak yakin lo bisa gelut nanti." Jawaban dari Eldo membuat Bina mendengus. Ya memang benar sih, Bina tidak bisa berantem tapi setidaknya dia akan berusaha nanti.
"Tenang, banyak cemilan sama minuman di kulkas gua. Tinggal ambil,"
Mereka sudah siap menaiki motornya masing-masing, baik mengendarai motor sendiri maupun berboncengan.
"SEMANGAT, KALIAN PASTI MENANG!" Teriak Bina menyemangati teman-temannya.
"Pasti itu mah!"
"Selama ada gua pasti menang,"
"Kita gak bakal kalah."
"Jangan raguin gua"
Seru teman-temannya membuat Bina tersenyum. Zero yang sudah menangkiring diatas motor, menarik lengan baju Bina. "Jangan kemana-mana." Pesannya yang diangguki Bina dengan malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Soft Boy
Teen Fiction[ PART ACAK ! ! ! ] Seorang gadis cantik sengaja merubah penampilannya menjadi laki-laki tulen untuk menghindari perjodohan yang ditetapkan kedua orangtuanya. Namanya Sabina Marsya Elzera. Walaupun tidak tau dengan siapa dia akan di jodohkan, Bina...