Perempuan cantik nan mungil dengan balutan kemeja putih berukuran besar yang sedikit ditekuk pada kedua lengannya dipadukan dengan hotpants hitam bahkan rambut panjangnya yang sedikit bergelombang dibiarkan terurai begitu saja. Terlihat di pergelangan tangan kirinya terdapat tali rambut berwarna biru muda yang sedikit kedodoran.
Wajah pucat nya masih tercetak dengan jelas, bibir ranumnya yang manis dan tipis sedikit mengering akan tetapi kecantikannya masih melekat meskipun sang pemiliknya sedang dalam kondisi yang sedikit tidak baik.
Setelah membersihkan diri beberapa menit yang lalu, kini perempuan mungil itu melenggangkan kakinya keluar dari kamar yang sedaritadi ia tempati.
Seakan hati kecilnya mendorongnya untuk mencari tau apa yang ada diluar kamar tidurnya tadi, bisa dibilang ruang megah baginya.
Mulutnya sedikit menganga kala ia melihat ruangan yang didepannya sangatlah mewah.
Tembok yang bercat kan putih dengan desain artistik yang elegan, lampu gantung yang indah bahkan tempat duduknya pun terkesan mewah.
Ia mengelilingi ruangan demi ruangan betapa menakjubkannya tempat itu, sebelumnya ia pikir apa yang ia lihat ini hanyalah mimpi atau sebuah ilusi tapi yang sebenarnya adalah kebenaran.
Kini kaki mungilnya berpindah pada ruangan yang desainnya memiliki nuansa retro, di pojok pintu ada tanaman berpot.
Disamping itu pula ada meja makan yang berukuran kecil, lampu-lampu kecil yang menggantung dibawah meja dengan tatanan buah yang berselaras.
Kulkas berwarna hitam pekat, wastafel yang berdekatan dengan pemanggang daging. Intinya semua yang ia lihat tertata dengan rapi sesuai tempatnya.
Saking senangnya ia tidak menyadari jika sedaritadi ada seseorang yang memperlihatkannya dari dekat, perempuan paruh baya itu mendekati gadis mungil itu dan mencoel belakang punggungnya.
"Aah" Suaranya sedikit meninggi.
Terkejut akan sesuatu dibelakangnya, ia membalikkan badannya seraya kedua tangannya menutupi mulutnya. Ia mengerjap sebentar melihat seseorang yang kini tengah berada dihadapannya. Dengan canggung ia mencoba untuk menyapa orang itu dengan cengiran bodohnya.
"Hehe, maaf bibi. Aku sedikit kaget tadi" Ucapnya.
"Tidak apa-apa, aku harusnya yang meminta maaf padamu nona" Bibi Pho berkata.
Perempuan mungil itu menggeleng kasar menjelaskan bahwa orang yang dihadapannya ini tidaklah bersalah.
"Tidak, Bibi bukan begitu maksudku aku minta maaf karena tadi sedikit berteriak. Lagipula bibi tidak bersalah jadi lupakan saja" Jelasnya.
"Hm, baiklah kalau begitu kita sama. Dan nona sedang apa disini, bukannya nona tidak diijinkan keluar kamar oleh nona Freen?" Beritahu nya.
"Aku hanya ingin melihat rumah ini dan untuk nona Freen siapa dia bi? Kenapa dia melarang ku?" Keluhnya jelas pada bibi Pho yang sedang menyiapkan sarapan.
Sembari berkutat dengan pekerjaannya ia mencoba memberitahu perempuan mungil itu.
"Nona Freen itu yang telah menolongmu, bahkan tidak hanya itu ia juga menolongku karena aku telah membantunya untuk melepaskan pakaianmu tadi malam, nona"
Ia menjelaskan dan berjalan pelan menuju meja makan yang sebentar lagi akan disantap nya oleh Freen.
"Nona Freen juga memintaku untuk membawakan bubur ke kamarmu nona, tapi aku tidak tau jika kau sudah berada disini jadi maaf" Sambungnya lagi.
"Tapi tadi dia menyuruhku keluar dan sekarang lihat aku mendengar darimu jika aku tidak diijinkan keluar. Apa maksudnya? " Gerutunya.
"Mungkin nona Freen berubah pikiran nona, hehe. Jadi bersabarlah" Kekehnya dan pergi meninggalkan perempuan mungil itu di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Couple (Freenbecky)
Sonstiges"Seorang perempuan yang masih terjebak pada luka masalalunya, bertahun-tahun menutupi diri dari siapa saja dan sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang ditemukannya secara kebetulan. Akankah ia mampu kembali membuka hatinya atau sebaliknya?"...