10

625 70 7
                                    


Flashback On

Tiga tahun yang lalu

Nam melemparkan tasnya keluar jendela toilet sekolah. Setelah memastikan tidak ada orang, ia meloncat keluar.

Tubuhnya yang ramping seketika sudah berada di kebun belakang sekolah. Bolos adalah kegiatan rutin Nam jika ada jam kosong. Daripada diam di kelas mending pulang, kan?

Sekarang tidak terjadi apa-apa, Nam memungut tasnya lalu berjalan santai menyusuri kebun. Anehnya, walaupun sering bolos, gadis  itu tidak pernah mendapat nilai jelek.

Nilai akademiknya selalu diatas rata-rata dan kemampuannya juga cukup baik. Sehingga para guru tidak pernah mempedulikan absennya di kelas. Dan, nilainya malah justru meningkat. Entah hal apa yang membuat Nam tidak betah berada di sekolah.

“Heran ya, selalu saja bisa bolos.” Pesan dari Nay, teman sebangkunya, hanya bisa ia abaikan. Ia hanya ingin pergi dari sekolah dan menuju tempat yang sepi atau jalan-jalan.

Tiba-tiba, lensa cokelat Nam menangkap sosok yang sedang merokok di bawah pohon yang tidak jauh dari tempat Nam berdiri. Ia buru-buru mendatangi seseorang itu dan merebut rokoknya.

“Berani sekali merokok di area sekolah!” Cibir Nam sambil menginjak rokok tersebut. Si pemilik rokok itu terkejut mendapati seorang gadis merebut rokoknya.

“Yaa, apa kau sudah gila?” Ucap orang itu melotot.

“Sudah bolos, ah merokok di area sekolah lagi!” Nam berkata tanpa berpikir.

“Heh! Sadar diri ! Kau juga sedang apa di sini kalau bukan bolos? Lagipula ini kan sudah di luar area sekolah!” Ucap orang itu membalas sengit.


“Hei!” Sebuah teriakan mengagetkan Nam dan orang itu. 
Lei penjaga sekolah, berdiri tak jauh dari mereka.

“Sial!” Geram orang itu. Penjaga sekolah berumur 40-an itu gemar sekali mengadu. Jelas ini adalah masalah baginya.

“Saya tahu kalian Nam dan Tee!” Pak Lei melangkah mendekat.

Nam memikirkan cara untuk melarikan diri. Ia pun mencolek Tee— yang tampak sama paniknya. Tee menoleh.

“Oke, kita lari sama-sama. Aku ke kanan, kau ke kiri! Satu, dua, tiga!” Nam mulai berlari ke arah samping kiri pak Lei. Tee juga berlari ke arah sebaliknya.

Pak Lei terkejut melihat ‘tangkapannya’ malah berlari dan ia pun berusaha menangkap salah satu dari mereka. Namun pak Lei kalah gesit.

Nam yang lebih dulu sampai di pinggir jalan raya segera menghentikan taksi lalu buru-buru masuk ke dalamnya.

Tee yang berada di belakang juga meloncat ke dalam taksi dan taksi pun segera tancap gas. Pak Lei memaki-maki sementara Nam dan Tee tertawa puas.

Ketika Tee turun dari angkot, Nam juga ikut-ikutan turun.

“Kenapa ikut turun?” Tee bertanya ketus.

“Memangnya tidak boleh ya? Mau jalan-jalan, tapi malas jika sendirian. Mau menemaniku?” Nam tersenyum centil.

“Biar ada teman. Kan tidak enak jika jalan-jalan sendirian.” Kata Nam asal. Tee terdiam sebentar.

The Couple (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang