08

878 102 10
                                    

Becky Pov

Aku masih di sini. Bersama dengan freen di sudut parkir sekolah. Tampak sekali sekitar kami masih sepi yang memastikan bahwa hampir semua siswa belum tiba.

Pagi-pagi sekali, aku membangunkannya untuk segera mengantarku. Mungkin aku terlalu bersemangat untuk kembali bersekolah, bertemu dengan sahabatku.

Walaupun ada rasa takut yang masih menghantuiku karena ulah dari teman-temanku yang suka menghardikku. Bahkan, memukuliku juga memperlakukan ku tidak baik.

Tapi, aku sudah terbiasa dengan hal itu sangat-sangat terbiasa. Seakan aku sudah mati rasa, oleh perbuatan mereka termasuk nantinya, keluargaku.

Aku masih belum beranjak untuk keluar dari mobil ini, rasanya aku malu. Lalu, aku takut pandangan mereka ketika aku turun dari mobil mewah milik Freen ini.

Pikiranku terus berkutat dengan segala bentuk ketakutan dan kebahagiaan. Perasaan itu, berkecamuk dan mengotak-atik jiwaku.

"Apakah kau akan terus duduk disini?" tanya Freen.

Aku tidak menjawabnya, aku memilih diam dan aku bingung harus bagaimana.

"Kau masih takut? Atau kau tidak suka kembali bersekolah?" sekali lagi Freen bertanya.

"Tidak, aku menyukainya tapi"

"Kau takut? Bukan? Sudah aku bilang jangan takut. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku pastikan itu padamu. Baiklah aku akan mengantarmu sampai depan kelasmu"

"T-tapi, bagaimana pandangan mereka ketika melihatmu?"

"Aku tidak peduli, aku hanya ingin memastikan bahwa kau akan baik-baik saja"

Kemudian Freen membuka sabuk pengamannya, lalu ia segera turun dari mobilnya dan berjalan mengitari untuk menuju pintu mobil sebelah kiri.

Freen membukakan pintu mobil ini, dengan kacamata hitamnya yang masih bertengger di hidung mancungnya dan balutan kemeja hitam yang membuatnya semakin terlihat tampan, bukan tampan tapi sangat cantik.

"Kemarilah" titahnya.

Dengan tangan yang menjulur ke arahku, lalu aku menerima jabatan tangannya. Tidak dipungkiri banyak yang melihat bagaimana interaksi Freen terhadapku.

Dan sudah banyak murid-murid lainnya datang ke sekolah. Aku sedikit gugup akan perlakuan Freen dan pandangan meraka terhadap kami.

"Terima kasih, aku malu" kataku gugup.

"Tidak perlu, jangan pedulikan mereka" jawabnya sambil menggandeng tanganku.

Kita terus berjalan melewati beberapa kelas dan tentunya obrolan mereka yang membicarakan aku dan Freen.

"Oh, tidak. Apa kau tau siapa dia?"

"Siapa? Becky? Anak sialan itu?"

"Bukan yang satunya?"

"Tunggu, oh tidak. Apa aku salah melihat? Apakah ini mimpi?"

Plak

"Apakah kau merasa ini masih mimpi?"

"Ya, sialan. Kau menamparku?" ringisnya perempuan yang berambut cokelat.

"Agar kau segera sadar. Kau tau dia adalah Freen, orang terpandang dikota ini"

"Kau benar, dia orang terkaya bahkan di negara ini. Tapi bagaimana dia bisa bersama dengan Becky bodoh itu"

Itulah yang didengar oleh aku dan Freen tapi kita berdua terus berjalan tanpa memperdulikan orang-orang yang membicarakan tentang kami.

The Couple (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang