Tidak butuh waktu lama untuk sampai di restoran udang yang cukup terkenal di Bangkok. Freen dan Becca sudah memasuki restoran itu, cukup ramai.
Salah seorang pelayan, membawa mereka ke meja yang sudah dipesan oleh Freen sebelumnya. Kemudian Becca memilih menu udang di buku menu.
Freen sangat senang melihat Becca tersenyum "cantik" itu yang terlintas di pikiran Freen.
"Kau akan memesan ini?" Tanya Freen.
"Iya, lalu kau?"
"Terserahmu, saja. Aku akan makan apa yang kau pilih"
"Benarkah?" Freen mengangguk menjawab "Kalau begitu baiklah" Becca tersenyum senang.
Setelah itu, Becca meminta ijin untuk ke toilet karena ia tidak tahan lagi menahan kencing. Freen hanya tertawa kala bagaimana Becca meminta ijin padanya.
"Ah, ada-ada saja. Lain kali jangan menahannya. Itu tidak baik" kata Freen.
"Baiklah, aku pergi sebentar" ucap Becca.
Seraya menunggu Freen memainkan handphone untuk mengecek pekerjaannya yang tertunda. Namun tidak disangka, tepat didekatnya ada keributan yang mengganggunya.
"Hei! Pakai matamu saat berjalan, dasar jalang" seorang pria dengan wajah kasar membentak gadis pelayan yang terkejut sekaligus ketakutan itu.
Dengan terburu-buru gadis itu mengambil mangkok kayu yang terjatuh di lantai. "Ma-maafkan saya tuan,"gadis itu buru-buru minta maaf dan pria yang ditabraknya itu dengan masih melotot mengamatinya dari ujung kepala sampai ujung kaki, senyuman jahat mengembang di wajahnya.
"Boleh saja aku memaafkanmu, tapi sebagai gantinya kau harus menemaniku malam ini ya?"si pria berkata sambil menyentuh pipi gadis itu.
Dia terkejut karena sentuhan kasar itu dan dia pun segera mundur ke belakang. "Saya sungguh-sungguh minta maaf, Tuan. Permisi."
"Hei, hei, mau ke mana gadis kecil? Bukankah sudah ku bilang untuk menemaniku malam ini, hm?" pria itu berkata dengan suara serak sambil menarik tangan gadis itu.
Dia mencoba melepaskan cengkeraman pria itu namun tak berhasil. Orang-orang yang melihat kejadian itu tampak ragu-ragu antara ingin membantu si gadis pelayan namun terlalu takut dengan pria itu.
"Tolong lepaskan tangan saya."
"Tolong apa?"
"Saya mohon, tolong lepaskan tangan saya!"
"Tolong cium saya?" cemooh pria itu sambil menarik gadis itu ke dekatnya.
Mata abu-abu gadis itu mulai berkaca-kaca dan dia pun meronta sekuat tenaga.
"Tolong! Lepaskan aku!" ia mulai berteriak.
"Hei, lepaskan gadis itu." Seorang perempuan berkata dari salah satu meja, namun si pria kasar memberinya tatapan tajam dan menyeringai, menunjukkan gigi-giginya. "Atau apa? Kau mau menghajarku?" tantangnya dengan suara menggelegar.
Sontak beberapa pria lain yang hendak membantu mengurungkan niatnya. Gadis itu semakin ketakutan dan sekarang dia benar-benar menangis.
Freen yang sedari tadi diam akhirnya menghela napas panjang, meletakkan kembali gelas ale-nya dan ia pun berdiri.
"Tuan, lepaskan gadis itu." Suaranya yang rendah dan dalam terdengar jelas dan tanpa keragu-raguan. Semua mata beralih ke sosok jangkung yang selama beberapa waktu telah dilupakan kehadirannya.
Freen berdiri dengan mantap dan tanpa sedikit pun rasa takut menatap pria kasar yang masih mencengkeram tangan si gadis pelayan itu. Mata coklatnya berkilat-kilat tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Couple (Freenbecky)
Random"Seorang perempuan yang masih terjebak pada luka masalalunya, bertahun-tahun menutupi diri dari siapa saja dan sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang ditemukannya secara kebetulan. Akankah ia mampu kembali membuka hatinya atau sebaliknya?"...