Sebelum dokter sam tiba untuk memeriksa perempuan yang ia bawa dari jalanan tadi, ia berkutat dengan pikirannya.
Bagaimana ia bisa menjadi bodoh dan ceroboh seperti ini, ia lupa jika di apartemennya tidak ada maid yang ia pekerjakan. Lalu bagaimana caranya melepaskan pakaian basah yang menempel pada perempuan itu.
Walaupun ia juga seorang perempuan tapi ia tidak berani melakukan hal yang tidak senonoh itu apalagi mengganti pakaian seorang yang tak sadarkan diri.
Tidak, ia tidak seburuk itu bagaimanapun ia tidak pernah diajarkan untuk berbuat buruk oleh kedua orang tuanya, ia masih berkutat dan mencari jawaban atas masalah yang tengah ia hadapi seakan masalah ini adalah yang paling terberat sepanjang hidupnya dan seketika itu ada nama seseorang yang terlintas dalam pikirannya, mhee.
Kemudian ia mencari ponselnya dan mengetik nama mhee di pencarian kontaknya dan langsung menekan tombol memanggil.
Ia menggigit bibir bawahnya dan berjalan kesana kemari, ia masih menunggu panggilan itu agar segera terhubung tapi tak kunjung diangkat beberapa kali ia mencobanya, ia merasa kesal akan itu. Mungkin mhee sedang istirahat maklum ini sudah hampir jam tiga pagi.
Kali ini ia benar-benar bingung, tidak pernah ia sekhawatir dan sebingung ini pikirnya. "Aish, siapa yang aku minta tolong dijam seperti ini.. Rachi tidak mungkin" gumamnya pelan. Sambil mengetuk benda pipih yang sedari ia pegang.
Ketika berhenti tepat di antara jendela kamarnya ia melihat seorang perempuan yang berada dibawah apartemennya, dan ia langsung mendapatkan ide. Tanpa menunggu lama gadis bermata hazel itu keluar meninggalkan apartemennya dan menemui perempuan yang ia lihat.
Nafasnya sedikit tersengal dan jelas ia sangat letih akibat berlari dengan cepat, setelah tiba tepat dibawah apartemennya ia tidak melihat perempuan tadi. Ia sedikit kesal tapi tidak menyerah, ia cari diantara gedung dan sekali lagi keberuntungan benar-benar berpihak padanya, segera ia menghampiri perempuan itu dengan sedikit berlari.
"Permisi, bibi." Panggilnya tepat dibelakang perempuan yang ia lihat tadi.
Perempuan yang dipanggil bibi itu menoleh pada Freen dan tersenyum lalu membungkukan badannya sedikit tapi hal itu ditahan oleh kedua tangan Freen.
"Iya, ada yang bisa aku bantu nona?" Tanyanya sembari memegang dua kantong kresek yang berisi sampah.
"Ah, iya. Bisakah bibi membantuku atau begini saja setelah membantuku akan ku beri upah, bagaimana apa bibi bersedia?" Jawab Freen.
"Boleh, memang apa yang bisa aku bantu nona?" Bibi itu mengiyakan.
"Ah, mari ikut aku terlebih dahulu nanti bibi akan tau apa itu" Ajaknya.
Setelah itu Freen berjalan didepan perempuan tua itu, tapi sesekali ia bertanya tentang keadaan orang yang akan membantu mengatasi kebingungannya tadi.
Tidak butuh waktu lama keduanya masuk kedalam apartemen milik Freen dan perempuan tua itu kagum akan besar dan luasnya apartemen Freen. Ia yang melihat bagaimana perempuan tua itu terkesan ia hanya terseyum.
"Ah, didalam sana ada seorang perempuan yang sedang tidak berdaya. Tadi aku menemukannya tergeletak dijalanan dan bajunya sangat basah jadi aku disini meminta bibi untuk menggantikan pakaiannya agar ia terlihat lebih baik dan kebetulan dokter sedang dalam perjalanan." Beritahunya dan ia juga memberi beberapa pakaian.
"Hm, baiklah nona. Aku akan membantumu, untuk ini kau tidak perlu membayarku lagipula aku salut terhadapmu. Kau tidak hanya baik tapi sangat sopan, jadi dimana aku harus menemui perempuan itu nona?" Jawabnya sembari menerima pakaian dan pergi menuju kamar yang telah ditunjukkan oleh Freen.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Couple (Freenbecky)
Random"Seorang perempuan yang masih terjebak pada luka masalalunya, bertahun-tahun menutupi diri dari siapa saja dan sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang ditemukannya secara kebetulan. Akankah ia mampu kembali membuka hatinya atau sebaliknya?"...