Bagian#10

856 212 29
                                    

"Sisi kenapa?"

Digo menempelkan erat permukaan gawai ditelinganya dengan sebelah tangan yang masih menari diatas keyboard laptopnya.

"Jatuh tadi didepan ruangannya setelah kembali dari ruangan pak Adnan!" Jelas ibu diujung telpon.

"Hah?"

Kali ini Digo benar-benar terkejut hingga ia berdiri dari duduknya. Sesaat tadi saat ia melihat ada panggilan telpon dari nomor Sisi, Digo pikir Sisi hanya ingin bilang sebentar lagi ia akan pulang dan Digopun biasanya akan segera menyelesaikan pekerjaan dan bersiap pulang.

"Ya sayang, ini nyelesain sedikit lagi!"

Digo langsung berkata seperti itu sebelum mendengar suara sapa Sisi.

"Digo..."

Digo mengeryitkan dahinya. Kenapa bukan suara Sisi? Digo mengenali itu suara ibunya Sisi, ia sampai melihat kembali layar  ponselnya dan tidak salah, disitu tertera nama pemanggil. 'Silyku'.

Untuk itulah dia langsung bertanya, kenapa dengan Sisi? Dan jawaban ibu Sisi membuat ia terlonjak berdiri.

"Jatuh? Jatuh kenapa, bu? Sekarang ada dimana?"

"Tenang Digo, jangan panik, sekarang Sisi sudah ada dirumah!"

"Sudah diperiksa dokter, bu?"

"Dari kantor, Sisi langsung minta pulang, ia memerintahkan begitu pada driver yang diutus perusahaan mengantarnya kedokter,"sahut ibu mertuanya itu membuat Digo mengusap dahinya menahan decakan.

"Berarti belum? Kok gak segera?"

Digo meninggalkan meja kerja tanpa merapikannya. Langkahnya cepat menuju daun pintu yang berada beberapa meter didepannya. Meraih gagang pintu Digo tanpa melepas ponsel dari telinganya, tergesa melangkah keluar dari ruangan dan kantornya tersebut.

"Digo, jangan panik!" Ibu Sisi mengingatkannya sebelum menutup telpon ketika Digo mengatakan akan segera kerumah mertuanya itu.

Duduk dibelakang kemudi saat memasuki mobilnya. Digo tidak langsung menstarter untuk segera tancap gas. Tetapi jarinya menekan layar mencari nomor telpon yang ingin segera ia hubungi.

"Halo, dokter Niela, apa bisa bantu saya?"

"Kenapa bosku? Siapa yang sakit?"

"Anu, itu, mmhhh!"

Mendadak Digo menjadi gagap. Memang dalam keadaan bingung dan panik, ia sering sekali menjadi seperti itu. Tetapi ini bukan saja soal panik, karna ia tiba-tiba saja bingung menyebutkan keperluan karna menyangkut nama Sisi, dimana tidak banyak orang mengetahui status mereka.

"Halo, iyaa mas Digo, ada yang bisa saya bantu? Siapa yang  sakit?"

Nah pertanyaan ini yang membuatnya gagap. Siapa yang sakit? Dan itu diulang lagi oleh penerima telponnya. Dokter pribadi.

"Sisi, teman eh pacar eh anuu..."

Digo mengusap dahinya lagi.

"Tenang mas, tidak apa siapapun dia, dimana  bisa memeriksanya?"

Dokter pribadi yang pengertian. Tidak terlalu kepo urusan pasien. Urusannya adalah berusaha menyembuhkan orang sakit. Meski sebenarnya kesembuhan itu datangnya dari Allah, sementara dokter hanyalah perantara saja dan menjadi ikhtiar bagi yang sakit.

"Iya dia tadi pingsan dikantornya, tidak mau dibawa kedokter malah minta pulang kerumah ibunya!"

Digo menepuk keningnya. Minta pulang kerumah ibunya seolah dia punya rumah lain yang ditempati, bukankah ambigu bagi yang mendengar?

DEGUP RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang