Bunda

58 10 0
                                    

Vote nya jangan lupa
.
.
.

Di malam itu awan hitam begitu pekat, warna nya yang gelap di hiasi dengan Guntur dan kilat menambah kesan pada malam itu,angin dingin menerpa kulit sampai rasanya menembus tulang, bahkan rintik-rintik air yang turun dari langit sudah mulai membasahi bumi.

Di dalam sebuah rumah sederhana sebuah keluarga terlihat ramai, walaupun suhu terasa dingin namun suasana itu mampu membuat hangat.
Rumah sederhana yang belum dihiasi cat berwarna cerah itu menjadi ramai semenjak kedatangan tamu. Bukan tamu besar dan istimewa,hanya lima anak SMK yang kebetulan melakukan praktik kerja lapangan di desa itu.

"Dimakan, jangan malu-malu"

Keempat gadis yang ditawarkan makanan ringan buatan sang pemilik rumah hanya tersenyum canggung, sebenarnya bukan hanya sekali ini mereka mampir, tetapi tetap saja terasa tidak enak jika berlaku sesuka hati di rumah orang.

"Dwi ini keripik singkong nya, katanya tadi nanyain"

Remaja laki-laki yang sedang asyik menulis sesuatu di atas kertas bersama pria yang tidak terlalu tua namun masih terlihat gagah itu menoleh.

"Iya bunda sebentar lagi"

Yang dipanggil bunda itu menggeleng maklum, suaminya yang humoris itu pasti meracuni Dwi yang satu-satunya laki-laki anak magang itu bermain judi, sebut saja togel.

"Sari,Nur,Irna,Tia juga dimakan ya, masa bunda udah buatin cemilan gak dimakan" wanita yang mau memasuki tiga puluh tahun itu mengerucut kan bibir nya lucu, sejujurnya wajah itu masih cantik seperti zaman nya gadis dulu.

Setelah keempat gadis itu memakan cemilan nya,bunda ikut duduk berhadapan, senyum lebar itu tak luntur dari bibir nya, keempat gadis itu sudah tahu apa yang ingin dilakukan bunda setelah ini.

"Masih ada yang mau dengerin kisah muda bunda gak?"

Setiap kali mereka mampir pastilah bunda selalu menyempatkan diri untuk bercerita kisah hidupnya, keempat gadis itu tak merasa terganggu ataupun bosan. Menurut mereka bunda adalah sosok wanita yang penuh dengan perjalanan hidup menarik,tidak seperti mereka yang hidup nya monoton.

"Pak Guntur sama bunda dulu pacaran nya gimana?"

Nur bertanya dengan raut penasaran, pertanyaan itu sontak membuat senyum lebar bunda hilang dalam sekejap, bibirnya mengerucut mengingat masalalu.

"Bunda sama bapak gak pernah pacaran,mantan bunda ada sebelum nikah sama bapak, kasep pisan. " Ucap bunda dengan logat Sunda nya.

Guntur yang mendengar suara binar dari sang istri mendengus, tidak suka jika istrinya mengingat masa lalu suram. menurutnya.

Dan malam itu kembali sang bunda menceritakan awal kisahnya dan sang mantan,otak nya masih menyimpan dengan rapi kenangan yang penuh duri itu.

Di awal masuk SMP seorang gadis kecil memperkenalkan diri di depan teman-temannya,ia baru pindah dari sekolah nya, tubuhnya yang mungil serta kontur wajah yang nyaris sempurna itu langsung menjadi perhatian besar dalam sekejap,tak terkecuali seorang siswa laki-laki yang duduk di mejanya,menatap kagum pada gadis di hadapannya, mata bulat lucu itu menjadi daya tarik si ketua kelas.

"Nah Gladis sekarang kamu bisa duduk di samping Sastra"

Namanya di panggil tiba-tiba membuat nya terkejut,kursi di samping nya memang kosong sejak tiga hari yang lalu karena teman sebangku nya juga sudah pindah kesekolah lain.

Gladis duduk dengan wajah tertunduk, malu karena ini adalah hari pertama nya masuk sekolah lagi.

"Hai"

Guntur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang