awal malapetaka

9 7 0
                                    

Vote nya jangan lupa
.
.
.

Seperti yang direncanakan sebelumnya, Sastra, Gladis, Randy dan Susi benar-benar pergi berlibur setelah ujian kelulusan,nilai yang Gladis peroleh cukup tinggi sehingga Abah mengijinkan Gladis untuk pergi,asal pulang nya tidak kemalaman kata Abah.

Tepat jam tujuh pagi mereka sudah berada di pantai, karena tempat daerah yang mereka kunjungi cukup terpencil sehingga tempat ini terlihat sepi, hanya ada mereka yang terlihat dan beberapa nelayan yang mencari nafkah di laut.

Setelah sarapan mereka melanjutkan acara liburan dengan bermain di pinggir pantai, sebenarnya hanya Gladis dan Susi saja yang bermain karena kekasih mereka menunggu di gubuk sembari meminum degan mengawasi pacar masing-masing.

Lembutnya tanah putih di pantai membuat pijakan terasa sangat nyaman,ditambah beberapa kepiting kecil yang lucu dan kerang-kerang membuat kedua gadis itu merasa sangat tenang, apalagi setelah di hantam habis-habisan dengan materi yang seakan ingin memecahkan kepala saat menjelang ujian.

"Air nya jernih, pantai ini memang jarang di masuki orang-orang"Ucap Susi berjalan lebih jauh untuk menyentuh air pantai.

Gladis mengangguk mengiyakan,pacar nya itu memang pandai memilih tempat untuk liburan.

"Jadi ingin berendam"

Belum sempat Gladis ikut turun ke arah laut, tangan nya sudah di cekal lebih dulu oleh Sastra.

"Matahari mulai naik,nanti sakit kalau main panas-panasan"

Lelaki itu merapikan anak rambut milik Gladis, sesekali mengelap keringat di kening Gladis membuat gadis dengan suku Sunda itu merasakan pipinya memanas.

Gladis menatap kearah atas,memang benar matahari sudah ada di atas kepala mereka, akhirnya Gladis dan Susi memutuskan untuk berendam di sore hari saja.

Cuaca sore ini sedikit mendung, akhirnya mereka memutuskan untuk segera pulang,takut hujan datang lebih awal dari perkiraan.
Hujan rintik-rintik mulai turun,takut hujan semakin deras di tengah jalan akhirnya Sastra memutuskan untuk pulang membawa Gladis mengingat rumah nya lah yang paling dekat dari tempat liburan daripada rumah Gladis,
Sedangkan Randy sudah lebih dulu membawa kekasih nya pulang lebih awal.

Benar saja hujan semakin turun dengan deras,mata Gladis yang tidak sengaja melihat kearah jemuran yang masih belum di angkat, sebagai perempuan yang baik Gladis dengan terburu mengangkat pakaian yang sudah di pastikan milik keluarga Sastra.

"Ngapain di angkat?"

Gladis tak mengindahkan ucapan Sastra yang sudah panik entah karena apa,saat Gladis sudah di depan pintu pakaian di tangan nya sudah di ambil alih oleh seorang gadis yang seperti nya baru saja berlari dari arah dapur.
Gadis itu menatap kearah Gladis dari bawah sampai atas, meneliti penampilan Gladis yang sedikit berantakan karena tetesan air hujan.
Buru-buru gadis itu pergi membawa pakaian nya kebelakang tanpa mengucapkan sepatah kata,mimik wajah gadis itu dapat Gladis baca bahwa gadis kecil itu tidak menyukai nya.

"Ngapain masih berdiri di sini?"

Gladis terkejut saat Sastra tiba-tiba saja menyentuh pundaknya dan menyuruhnya untuk masuk, setelah salam Gladis masuk dan duduk di sofa.
Mata nya menelusuri tempat ia duduk, foto-foto zaman Sastra saat masih kanak-kanak,remaja sampai sekarang ada tertempel di dinding,gadis tadi juga selalu berdiri di samping Sastra pada setiap foto.

"Tunggu sebentar ya saya mau ambil handuk dulu" 

Gladis hanya tersenyum kecil dan mengangguk,tak ada yang menemaninya di ruang tamu, Gladis sendiri dengan pikirannya sendiri, sampai tak sengaja ia melihat gadis tadi yang ia ketahui adalah adik dari sastra membawa deterjen di tangan nya, seperti nya baru di beli dari warung depan,mata Gladis terus melihat kemana gadis itu pergi, kaki-kaki jenjang itu memasuki kamar mandi yang memang terlihat dari arah ruang tamu,mata Gladis membulat saat ada seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik itu juga ikut masuk kedalam kamar mandi sembari membawa tumpukan pakaian yang baru ia angkat tadi.
Pakaian kering yang baru Gladis angkat di rendam kembali kedalam bak berisi deterjen,mata tajam wanita paruh baya itu menatap kearah Gladis,tatapan hina tertuju kearah nya membuat Gladis terhenyak untuk beberapa saat.
Satu hal yang Gladis tahu, anggota keluarga sastra tak ada satu pun yang menyukai nya.

Guntur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang