Guntur

20 8 2
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

Siang itu, Gladis di minta oleh kakak nya untuk menunggu konter sang kakak.
Kakaknya bilang ingin pergi sebentar ke pasar, karena tidak ada orang lain di rumah sehingga sang kakak meminta Gladis untuk menjaga konter nya sebentar.

Setelah pulang dari kampus Gladis langsung menuju kearah konter milik kakak nya yang sudah berdiri sejak empat tahun lalu,pun konter milik kakak nya adalah konter satu-satunya di desa itu sehingga banyak orang yang datang untuk membeli pulsa.

Gladis duduk di bangku berdua di temani oleh sahabat karibnya sejak masa sekolah, Susi.
Rambut susu kini mulai panjang membuat wajah nya yang manis semakin terlihat cantik, tidak seperti Gladis yang memotong rambutnya menjadi pendek sebahu, bukan karena patah hati melihat mantan nya menikah seminggu yang lalu, hanya saja Gladis ingin tampil beda dengan rambut pendeknya.

Suasana konter terasa sepi karena sejak tadi Susi sibuk main dengan ponsel nya mengabaikan Gladis yang sejak tadi mengajak Susi untuk mengobrol,entah apa yang menarik di layar ponsel itu sehingga sesekali Susi tersenyum lebar.

'paling juga karena gombalan Randy'

Batin Gladis yakin.

"Eh ada neng Susi"

Mata Susi teralih dari layar ponselnya saat ia mendengar suara berat dari arah depan, seorang pria paruh baya dengan senyum lebar nya terus menatap Susi dan Gladis bergantian, membuat dua orang gadis itu merasa risih, bagaimana tidak risih jika tatapan pak tua itu seperti ingin menerkam.

"Ehehe iya pak"

Susi mencoba memaksa kan sebuah senyuman meskipun ia sebenarnya enggan.

"Pak Tijan mau beli pulsa?"

Kini pandangan pria paruh baya itu beralih menatap kearah Gladis.

"Iya neng,biasa dua puluh ribu,ini sekalian isiin punya karyawan saya sepuluh ribu."

Gladis segera mengisi pulsa milik pria paruh baya di hadapannya,pria tua kaya yang di segani di desa ini.

"Eh neng Gladis masih jomblo aja? Belum punya pengganti? Saya ada loh karyawan baru,masih lajang, kerjanya bagus,siapa tau jodoh"

Pria tua itu menaik-turunkan alisnya menggoda,memang semua karyawan yang bekerja pada pak Tijan sudah punya pasangan dan memiliki anak, kebetulan kemarin ada seorang pria rantauan masih lajang melamar pekerjaan padanya, karena kinerja kerjanya bagus jadi pak Tijan tanpa pikir panjang memperkerjakan nya.

"Gak deh pak,gak dulu saya mau fokus kuliah"

Gladis seperti biasa menolak dengan halus setiap pria yang ingin di kenalkan padanya,Abah nya pun sudah sering kali mencoba menjodohkan Gladis dengan anak teman-teman nya tetapi Gladis selalu menolak dengan alasan ingin fokus belajar.

"Coba dulu atuh neng,masa di tolak terus"

Gladis hanya tersenyum kecil menanggapi, bagaimana ia bisa memberitahu semua orang bahwa ia masih trauma dengan yang namanya cinta, hatinya masih belum sembuh.

"Yaudah atuh neng saya mau balik lagi ke kantor"

Setelah kepergian pak Tijan, Gladis membuang nafas lelah. Bingung dengan orang tua jaman sekarang yang seenaknya saja mengenalkan nya pada lelaki, kalau memang ada jodoh toh tuhan pasti akan kasih.

Mata Gladis melirik kearah Susi yang sibuk dengan ponsel miliknya,entah apa yang membuatnya sibuk.

"Ngapain mainin handphone ku?"

Guntur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang