five

11.9K 1.4K 62
                                    

.
.
.
.
.
.
.

"Lo yang fitnah Haechan?" Tanya Renjun pada Jeno yang baru saja ingin keluar dari toilet

"Maksud kamu?" Tanya Jeno kebingungan

"Gua liat ya tatapan gak suka lo ke dia. Jen please! Cukup Jaemin yang lo bikin babak belur"

"Kamu kenal aku Honey, aku gak mungkin pake cara murahan kaya gitu"

Renjun menatap dalam mata Jeno dan mencari kebohongan disana.

"Tenaga aku masih kuat cuma buat ngancurin makhluk lemah kaya dia" ucap Jeno

Renjun menggeram, lalu mendorong sambil mencekik Jeno dengan satu tangannya hingga kepala Jeno terbentur dinding.

"Jangan macem-macem sama dia" ucap Renjun dengan mata menyalak marah

"Apa yang ngebuat kamu peduli sama orang miskin itu? Dia bahkan bukan level kamu. Aku jauh lebih baik dari dia"

Renjun melepaskan cekikannya, membuat Jeno sedikit bernafas lega.

"Lo terlalu murah buat seorang Huang Renjun, lo terlalu mudah gua dapetin. Dan gua gak suka sama hal yang gak menantang"

Jeno menyeringai, lalu memajukan wajahnya pada lehernya Renjun dan menghirup aroma memabukan itu.

"Kamu cuma belom sadar, kalau cuma aku satu-satunya yang mencintai kamu dengan tulus"

Renjun mendorong bahu Jeno agar menjauh dari tubuhnya.

"Itu alasannya. Buat nemuin orang yang mencintai gua itu sangat sangat mudah Lee Jeno, tapi yang gua mau adalah orang yang gua cintai, dan itu bukan lo"

Renjun meninggalkan Jeno pada akhirnya.

Ia bertekad akan terus mencari tau siapa orang yang telah membuat Haechan dikeluarkan dari sekolah.

Ya, kasus Haechan telah terdengar ke telinga Ayah dan jika itu terjadi maka Renjun pun tidak bisa menyelamatkan Haechan.

Jadi ia harus menemukan orang yang memfitnah Haechan agar nama Haechan bersih dan bisa bersekolah lagi di sini.


****



Sudah tiga hari Haechan berbohong pada ibu dan tetap berangkat sekolah dari rumah.

Ia sekarang sedang duduk di kursi taman, ia memikirkan bagaimana caranya ia mendapatkan pekerjaan setelah hilir mudik mencari kesana-kemari tetapi tetap tidak dapat.

Haechan pun mulai pusing dengan pendidikannya, ibu sangat berharap banyak pada Haechan yang pintar.

Tetapi di dunia ini, pintar saja tidak cukup. Uang tetap di atas segala-galanya.

"Haechan!"

Haechan menoleh dan melihat Yangyang sedang melambaikan tangan pada nya sambil tersenyum ceria.

Yangyang lalu tergopoh-gopoh berlarian menuju Haechan. Lalu duduk di samping Haechan setelah itu.

"Gimana kabar lo?" Tanya Yangyang

The Coolest Boy [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang