[7]

166 17 7
                                    

-

-

-

Turku, 20/12/13

"Ayo pulang!"

Yoongi mengamati nanar itu dengan begitu kerasan. Seperti terbawa oleh dualisasi harmoni yang begitu merawat rohaninya dengan sangat telaten.

Pria itu tak pernah seharipun melewati malam tanpa menunggunya, di depan kedai dan lalu akan setia menemani perjalanannya menuju kediamannya. Bahkan pria itu tak pernah mengeluh dengan perjalanan kaki yang cukup panjang, karena Yoongi selalu ingin menghemat uangnya dengan tidak memanjakan diri dengan taksi atau kendaraan umum sekalipun.

Dan untuk Namjoon, perjalanan seperti itu membuatnya semakin memiliki waktu bersama Yoongi menjadi lebih lama. Ia tak pernah bosan melakukannya, bahkan kini tubuhnya sudah terbiasa untuk melakukan segalanya tanpa perintah dari otaknya. Seperti sudah terpatri dan menjadi rutinitas wajibnya bertemu dengan ia yang sudah membuat jiwanya semakin hidup dan dapat memaknai kehidupan dengan lebih indah.

Namjoon yang berada beberapa langkah di depan Yoongi itu melemahkan langkahnya agar setidaknya langkahnya dapat sejajar dengan pemuda manis itu.

"Apa kau menyukai musim salju?" tanya Namjoon basa-basi. Ia tak bisa mencari bahan cerita lain, karena sedari tadi Yoongi asik membungkam mulutnya.

"Tidak benci dan tidak menyukainya terlalu." ucap bibir tipisnya itu singkat, yang selanjutnya kembali di sembunyikan dalam buntalan syal yang membungkus leher hingga dagu mungilnya. Balutan baju dingin itu membuat Yoongi tampak menggemaskan di mata Namjoon. Ingin sekali tangannya itu merasakan betapa kenyalnya pipi Yoongi jika dalam genggamannya!

"Lalu apa yang kau sukai?"

"Tidak banyak."

"Oh ya?" Namjoon tertarik, dengan sekali gerakan ia sudah berbalik dan mengubah gaya berjalannya.

"Berjalan mundur bukan keahlianmu, Namjoon!" ingatkan Yoongi yang tak membuat Namjoon berubah. Dan malah menampilkan senyum dengan lesung pipitnya.

"Kan sudah ada kau sebagai mata hatiku,"

"Tidak lucu, Namjoon!"

"Aku hanya ingin memandangmu tanpa henti, sebelum akhirnya kau masuk ke dalam flatmu."

"Kau tidak akan mati jika tidak melihat wajahku!" sekali lagi Yoongi ingin memaparkan kebenaran demi membuat Namjoon tersadar.

"Entahlah, tapi aku rasa aku bisa saja mati jika tidak melihatmu sehari saja."

"Namjoon hentikan sekarang!" Yoongi tiba-tiba menghentikan langkahnya saat kalimatnya berakir.

"Apanya?"

"Jalan mundurmu itu. Kau tau itu berbahaya."

Namjoon pun akhirnya menyerah dan mendekati Yoongi sambil mengamit jemarinya. "Apa kau begitu khawatir padaku?" tanyanya dengan nada halus dan begitu mengundang Yoongi untuk menjawab.

"Tentu saja. Nanti tidak akan ada yang menungguiku dan mengantarku pulang seperti ini lagi." adunya dengan bibir yang sedikit dimajukan.

Baru untuk kali ini Namjoon merasa Yoongi berbicara cukup panjang mengenai dirinya, jika biasanya pemuda itu hanya akan menampilkan senyum atau anggukan kepala padanya. Tapi kali ini Yoongi dapat membuatnya menganga cukup lama, sebelum akhirnya ia kembali bertanya.

"Apa kau menyukainya?-maksudku apa kau suka jika aku mengantarmu?"

"Apa aku belum pernah mengatakannya?" Yoongi yang balik bertanya hingga membuat Namjoon menggeleng.

Dreamless [Nam-Gi/Jin-Ga]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang