[3]

196 21 14
                                    

-

-

-

Turku, 18/06/13.

Namjoon dengan payung hitamnya terus menerus menjelajahi jalanan di kota dengan hati yang gelisah. Bukan karena hujan yang terus turun ringan, atau genangan air yang membuat jalanan sepi dan bahkan orang-orang lebih memilih untuk tetap diam di bawah atap dengan perapian yang hangat.

Namjoon hanya gelisah dengan hatinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namjoon hanya gelisah dengan hatinya sendiri. Sebulan lebih ia merasa keanehan itu menguasai kepalanya. Tentu bukan karena teh lavender yang ia nikmati tempo itu, tapi hal tersembunyi yang coba ia ingkari. Ia terseret dalam perasaan gilanya. Bagiaman mungkin pemuda manis itu dapat membuatnya keluar dari pemikiran warasnya? Benar-benar aneh!

Tiga puluh hari lebih ia berusaha menampiknya, mengalihkannya demi melupakannya, namun semua itu sama sekali tidak bekerja. Saat matanya tertutup di malam hari, bayangan senyum dan wajah mungil itu akan menghantuinya sepanjang malamnya, hingga menjelang pagi pun, saat ia beraktifitas masih saja bayangan itu muncul, hingga rasanya ia akan dibuat gila!

Ia selalu mencoba mewaraskan diri, memastikan jika dirinya masih dalam batas normal. Bukankah bertemu orang-orang baru akan membuat kenangan lama memudar? Yah begitulah konsepnya, namun tampaknya tidak bekerja pada Namjoon saat ini.

Pernah mencoba menemui orang baru, berusaha mencari teman, tapi tetap saja ia tidak menemukan kenyamanan seperti saat bertemu dengan pemuda manis itu. Tetap ada yang kurang! Mungkin ia harus menyerah dengan egonya.

Seperti pagi ini, kakinya begitu ingin melangkah keluar dan mencari apa yang sesungguhnya diinginkannya. Mencoba mengingkar pun sudah tidak ada gunanya. Jalanan kota ia telusuri, gang kecil pun tidak luput. Namjoon terus menerus berjalan hingga ia merasa benar-benar lelah.

Ditutupnya payung hitamnya dan mulai berteduh dari hujan gerimis yang sepertinya tidak ingin meninggalkan bumi. Ia sudah menyerah dengan egonya, lalu kini menyerah dengan gerimis? Sungguh malang!

Namjoon berdiri tegak di depan sebuah kedai di pingir jalan. Ia tergoda dengan aroma gurih kopi bercampur karamel yang memanja itu. Tampak dari depan, kedai itu tidak menyuguhkan kemewahan desain, bahkan interior yang dapat terlihat dari kaca transparan pun tidak begitu berlebihan.

"Cukup manis." ujarnya. Ia meletakan payungnya pada sebuah kendi tanah yang cukup besar, sebelum memasuki kedai kopi tersebut. Awal menapakan kaki ia merasa indra penciumannya semakin dimanja, berkat aroma pahit kopi yang semakin memikat, di tambah dengan musik jaz klasik yang di putar, membuat seakan jiwanya menyatu dalam ketenangan.

Tapi, saat Namjoon mendekat ke meja barista, disalah pandangan dan langkahnya membeku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dreamless [Nam-Gi/Jin-Ga]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang