5

910 51 2
                                    

Elea senantiasa menatap polos wanita di depannya. Bersiap mengeluarkan aksinya.

" Diana kenapa? Kenapa nangis? Maafin Elea ya? Elea mana mungkin ngebully Diana. Lagipula kenapa Elea harus marah sih? Ish, Diana jangan nangis terus dong, kok jadi kayak Elea ini orang jahat. Huft."
Elea merengut lucu. Menampilkan raut kesal yang teramat tapi malah terlihat menggemaskan.

Kemudian Elea menoleh kearah Elvan, dia mengerucutkan bibirnya bermaksud mengadu bahwa dirinya sedang kesal. Mencebikkan bibirnya. Mata Elea sudah berkaca-kaca, membuat Elvan gelagapan melihatnya dan secara spontan jadi menatap tajam Diana. Begitupula Eleo dan Arga dkk.

"Abang, kenapa Diana ngga berhenti nangisnya? Emang Elea salah apa?"
Elea bertanya lirih sambil menunduk. Kakinya menendang-nendang angin bak anak kecil yang kesal.

" Hei, Lea ngga salah apa-apa, ngga tau dia aja yang cengeng, abaikan aja oke?" ujar Elvan sambil memeluk Elea. Setelah pelukannya terlepas, Leo lalu menggandeng tangan Elea.

"Ayo, aku antar ke kelas kamu." Eleo berkata lembut, sangat jauh berbeda dari sebelum Elea koma, hanya makian yang keluar dari mulutnya.

Siswa-siswi yang melihat kejadian itu menganga tidak percaya. Ya, siapa juga yang tega melukai Elea yang sekarang berubah seperti anak kecil polos.

Elea, Elvan, Eleo dan Arga dkk berjalan menuju kelas meninggalkan Diana, sang ratu yang biasanya dipuja-puja.

"Sialan." batin Diana menggerutu.

---

"Belajar yang bener." nasihat Elvan dengan lembut diiringi usapan ke kepala Elea.

Elea hanya tersenyum melihatnya. Berbeda dengan hatinya yang berdecih malas.

Sok jadi kakak yang perhatian, huh?

Sedangkan Eleo hanya tersenyum menatap Elea. Dirinya ingin memeluk , tapi masih ada ego dan sedikit rasa sungkan mengingat perbuatannya dulu ke Elea.

Setelah itu Eleo berlalu mengikuti Elvan dan Arga dkk sambil tersenyum miris. Dia ingin dekat dengan kembarannya.

Elea berlalu, memasuki kelasnya yang ramai dan mendadak hening setelah kedatangannya.

"Eh kok diem? kenapa?" Elea bertanya dengan polos. Menggaruk pipinya yang tidak gatal. Terlihat menggemaskan di mata semua anak kelas.

Keadaan masih hening dengan semua mata yang masih berfokus ke Elea. Gadis yang biasanya dijuluki Mak Lampir ini berubah menjadi gadis imut polos yang murni. Sangat jauh dengan image Elea yang dulu.

"Ehm hehe, Elea ada salah ya? Elea minta maaf." ucap Elea dengan mata berkaca-kaca, sambil meremas ujung roknya. Dia menunduk tak berani menatap temannya.

Semua anak kelas tersentak kaget dan merasa bersalah.

"LEAAAAAA, ARE UU OKAYY?!!" teriak seorang gadis cempreng. Menghampiri Elea disusul oleh dua teman lainnya.

"Bestiekuu Elea, hueee kenapa jadi gemesinn ginii?" ucap gadis satunya lagi sambil menguyel-uyel pipi Elea.

"Aduh isssh sakitt tauu." Elea mendesis sakit. Cubitannya ngga main -main.

"WOYY BEBEB GUE KESAKITAN PIPINYA." teriak seseorang dengan barbar. Kali ini gadis berambut pendek sebahu.

"Elea my bestfrenn, akhirnya sekolah lagii " ucap gadis yang rambutnya dikuncir kuda. Gadis itu memeluk Elea lalu kembali membenarkan letak kacamatanya

"Eh eh, btw kalian siapa ya?" Elea bertanya dengan raut muka bingung. Sedangkan ketiga gadis itu syok, sahabatnya melupakannya.

"OMG OMG OMG, LO LUPA SAMA KITAA?!!" teriaknya heboh. Disusul oleh semua anak kelas yang menatap penuh tanya.

"Anu, kata Kakak dokter, Elea itu anemia hehe " ucap Elea menjelaskan. Dengan tangan mengusap tengkuknya. Menatap penuh permohonan maaf.

"AMNESIA DODOLL!!" ucap gadis berambut sebahu tersebut. Kemudian melanjutkan mengenalkan dirinya.

"Yauda kenalin, gue Meisya. Bestie Lo yang paling cakep."

"Dan gue Athea, sahabat lo sejak bocil nih." Ucap gadis cempreng yang pertama kali menyapa Elea tadi.

"Gue Dira, sahabat lo yang paling pinter nihh Leaa." ucap gadis berkuncir kuda tadi penuh kenarsisan. Yang dibalas decakan malas oleh Meisya dan Athea.

"Lemot maksudnya. " Ujar Meisya bermaksud mengoreksi.

"Oh jadi kalian sahabat Lea, yauda salam kenal ya. Lea bakal berusaha ingat kalian secepatnya. Buat teman-teman juga, maaf kalo Lea punya salah, Lea harap kita semua bisa berteman baik." Setelah mengucapkan kalimat panjang itu, Elea berjalan menghampiri teman-temannya satu persatu dan berjabat tangan dengan senyum manis yang dia tebarkan.

Mengumpulkan banyak sekutu di pihaknya.

--

Bel istirahat sudah berbunyi, Elea dkk sudah berada di kantin sejak lima menit yang lalu.

"Lea, lo nyari Arga ya?" tanya Meisya saat melihat Elea sibuk mengedarkan matanya. Biasanya sih gitu, makanya Meisya langsung to the point nanya.

"Hah? ngga kok. Lea nyari Abang. " ucapnya polos.

"Oh enggak ya? Biasanya Lo gitu soalnya. Sampe kita gedeg ngapain lo masih cinta aja sama cowok busuk itu." ucap Athea dengan sinis.

Ya, para sahabat Elea sangat membenci Arga. Yang dengan kurang ajarnya selalu menyiksa dan menghina Elea. Padahal gadis itu sangat tulus mencintai Arga. Apalagi, dari semua orang yang berada di sekitar Arga, hanya Elea yang paling mengerti Arga. Sahabat lelaki itu sejak kecil.

" Cinta? Lea cinta sama dia gitu? Masa sih? Kok tadi biasa aja ya?" tanyanya sok bingung. Padahal dalam hati sudah menggurutu karena pembahasan tentang Arga belum usai juga.

"Iya! Udah pokoknya ga usah pikirin dia lagi deh. Mending lupain aja." ucap Dira menengahi. Daripada membahas Arga terus. Lebih baik Elea melupakannya aja.

"Kalian kok kayak benci sama kak Arga, katanya dia orang yang aku sukai? Berarti baik dong ya." ucap Elea melanjutkan topik pembicaraan ini. Bermaksud menguatkan fakta bahwa dia tidak mengingat apapun dan tidak membenci siapapun. Dengan ini rencananya membabat habis para ular menjijikkan itu berjalan dengan lancar.

Diam-diam Elea menatap sinis salah satu sahabatnya. Eh sahabat?



BRAKKKKKKKKK!!!!!

apa yang terjadi?





Tbc

Transmigrasi ChelseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang