11

306 28 2
                                    

Elea saat ini sedang bermalas-malasan di depan tv dikarenakan hari ini libur sekolah. Enaknya mau ngerecokin siapa ya?

'Abang Xavi? Ide bagus'

Elea langsung berlari menuju kamar abangnya. Sepertinya bukan ide buruk untuk mengajak Abang temboknya itu untuk museum date di minggu pagi yang cerah ini.

Memasuki kamar abangnya, Elea malah tidak menemukan sosok abangnya dimanapun. Tapi seketika mengangguk saat mendengar suara gemericik air.

Matanya beredar menatap sekeliling kamar abangnya yang memiliki nuansa mint dan abu, diujung kamarnya terdapat meja kerja dan perpustakaan mini yang rapi. Dirinya tertarik untuk kesana, barangkali ada buku yang bisa dibaca.

Melihat satu persatu, hanya buku tentang bisnis dan pengembangan diri yang berjejer rapi. Tertarik pada satu judul, Elea pun segera mengambil buku tersebut.

Tapi saat mengambil buku itu, ada suara benda terjatuh, yang seketika membuat Elea mengalihkan pandangannya.

Sebuah foto langit, dengan pemandangan rumah kayu yang kecil disana. Elea tersenyum tipis melihatnya. Begitu terlihat nyaman jika ia berada disitu.

Membalik fotonya, terdapat tulisan yang membuatnya membeku.

'Chelsea Jovanka Avrenz, langit biruku'

------

"Dek, are you okay? Sepanjang kita di museum, kamu lebih banyak diam." Xavier menatap Elea khawatir. Karena sejak tadi Elea hanya dia dan menatap lukisan - lukisan di museum. Tidak biasanya seperti ini, Elea biasanya akan ceria setiap ke museum bersamanya. Mengajaknya berfoto kesana kemari dan meminta untuk pergi melukis bersama pada pekan depannya.

Sedangkan Elea yang ditanya malah diam lagi. Tentu alasannya karena tulisan itu. Hal apa lagi yang mengejutkannya? Ada hubungan apa dirinya dan Xavier.

Maksudnya, Chelsea dan Xavier.

Dirinya tidak merasa pernah mengenal Xavier saat masih berada di tubuh aslinya.

Ataukah dia lupa?

Tentang Xavier, idola kebanggaan Elea, apa benar? Kenapa dirinya merasa sebutan itu sudah sering dia ucapkan? Ini perasaan Chelsea atau Elea?

Jika Elea, maka tidak perlu dipikirkan lagi karena mereka abang dan adek. Tapi dirinya ini?

Ataukah, dirinya lupa? Tapi bagaimana bisa?

----

Elea mencoba mengubah suasana hatinya lebih baik lagi. Walaupun dirinya sudah dipusingkan dengan banyak teka-teki yang belum terpecahkan.

Sepertinya dirinya akan mulai bergerak saat ini.

Menoleh kearah Xavier, Elea mulai bertanya.

"Abang, Lea mau tanya boleh?" pertanyaan Elea membuat Xavier menoleh dan mengelus puncak kepala Elea.

"Tentu saja, kenapa?" Dengan lembut, Xavier merangkul Elea dan memusatkan pandangan padanya.

"Eum, Abang kenal Chelsea?"

Yang seketika membuat Xavier duduk tegak dan melepas rangkulannya. Kemudian menatap Elea dalam.

"Ya, kenapa?"

Tidak, nada bicara Xavier terlihat sangat berbeda. Saat ini tatapannya begitu dalam dan menekan. Dengan nada bicara yang penuh geraman yang tertahan.

Elea terpaku melihatnya. Kemudian, mencoba menetralkan detak jantungnya yang berdisko, Elea kembali menjawab.

"Hanya tanya abang, dia teman Abang kah, atau pacar hayoo?" ujar Elea penuh jahil. Yang dibalas helaan nafas pelan oleh Xavier.

"Dia teman kecilmu, dan kesayangan kita juga, dia Chelsea, langit birunya Xavier. " ucap Xavier dengan raut wajah penuh sendu. Mendadak hati Elea ikut berdenyut, entah kenapa dia merasa sedih. Tapi tidak tau karena apa. Dan kembali menatap Xavier yang terlihat ingin melanjutkan ceritanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transmigrasi ChelseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang