Hari kasih sayang jatuh pada tanggal 14 Februari. Jalanan di hari itu kian berbeda dari hari-hari biasanya, di mana bertepatan dengan Valentine Day. Sepanjang jalan dapat ditemukan banyak penjual cokelat dan bunga berbagai jenis. Para muda-mudi pun tidak luput merayakannya dengan kekasih. Perlu digarisbawahi hanya mereka yang memiliki pasangan saja. Cukup jarang yang memberikan pada orang tua sebagai ungkapan kasih sayang.
Seorang gadis memadu padankan jaket denim kebesaran dan rok mini yang sesuai dengan trend, tetapi ia merasa tidak nyaman di cuaca dingin. Jika bukan paksaan dari sahabatnya bernama Park Juhyun, ia akan memilih menggunakan jump suit untuk acara bernama kencan buta. Apalagi beberapa pria yang memperhatikannya cukup intens.
Di balik rasa tidak nyamannya, ada keinginan memberikan sebuah hadiah pada beberapa pria itu dan membuat mereka berpaling. Caranya dengan meninju wajah atau bagian tubuh lainnya. Tapi niatnya ia urungkan dan berusaha tetap tenang selama menunggu datangnya bus.
"Maaf nona, rok milikmu terlalu pendek jika digunakan untuk berpergian." Ucap seorang pria yang duduk sekitar 30 cm darinya. "Ini aku pinjamkan jas, karena kau terlihat tidak nyaman dan terus saja ditatap para pria nakal di depan sana." Pria itu memberikannya sebuah jas yang langsung digunakan untuk menutupi paha.
Bagaikan sebuah keajaiban, para pria itu pergi ditambah wajahnya berubah menjadi kesal memandang ke arah pria yang baru saja menolongnya.
"Terima kasih telah menolongku," ucapnya tulus.
"Sebagai sesama manusia sudah menjadi sebuah kewajiban untuk menolong saudaranya, selama orang tersebut memang butuh bantuan."
"Ya, kau benar." gumamnya.
Nama gadis itu adalah Kim Sohyun. Setelah ia menggumam tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka berdua. Sampai bus datang dan Sohyun mengembalikan jas itu. Tanpa di sangka pria itu menutupi bagian belakang tubuhnya menggunakan jas saat menaiki bus, karena rok mini miliknya berada 15 cm di atas lutut.
Sohyun merasa pria itu merupakan malaikat penolong yang dikirimkan Tuhan agar dapat menolongnya. Terlihat dari betapa tulus dan halus tutur katanya. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa pria itu sebenarnya pria yang selalu memanfaatkan kelemahan hati seorang gadis. Caranya dengan memberikan perhatian dan bantuan-bantuan kecil. Sama sekali tidak.
Keadaan bus telah ramai membuat Sohyun terpaksa berdiri di samping seorang pria usia pertengahan 40-an serta memiliki perut buncit. Pria itu terlihat tidak acuh dan tetap saja duduk. Sesekali tatapannya terarah pada Sohyun. Tangannya bahkan hampir terarah pada lututnya, membuat Sohyun menahan napas. Sedangkan matanya pura-pura melihat keluar jendela.
Bagaikan malaikat penolong, pria itu kembali memberikan bantuan dengan cara bertukar posisi. Jadi, ketika pria mesum hampir menyentuh lutut Sohyun malah sebaliknya. Pria tua itu merubah ekspresi wajahnya menjadi malu dan terus saja memandang keluar jendela.
Dibalik tubuh pria yang telah menolongnya sebanyak tiga kali, Sohyun merasa bersyukur sekaligus terbantu dijauhkan dari pria-pria mesum.
Ketika turun dari bus pria itu pun ikut turun. Sohyun tidak mau berpikiran buruk bahwa pria itu seorang penguntit atau sebagainya. Sampai pria itu memanggil dan mau tidak mau Sohyun memutar tubuhnya.
"Gunakanlah jas milikku untuk menutupi rok pendek itu. Ikatkan di pinggang," titahnya. Ia langsung memberikannya begitu saja.
Sohyun meraih jas tersebut dengan ragu. "Lalu bagaimana caraku mengembalikan jas ini padamu. Bahkan aku tidak mengetahui siapa kau."
"Biarkan semesta yang bekerja. Jika semesta ingin kita berjumpa lagi, kau bisa mengembalikannya padaku. Sampai jumpa." Pamitnya berjalan ke arah yang berbeda. Setelah pria itu tidak terlihat lagi di pandangannya, Sohyun segera menggunakan jas tersebut sesuai arahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's The End for Us?
Fanfiction14 Februari 1985 Takdir terus mempertemukan mereka seakan memang ditakdirkan bersama. Kim Sohyun hanyalah seorang gadis yang ingin hidup sederhana dan bebas. Ia ingin berpendidikan tinggi setara dengan Ayahnya dengan gelar Profesor. Ia tidak ingin...