Bagian: 8

5.5K 475 23
                                    

Arjuna menajamkan penglihatannya, mengerjap beberapa kali akibat terganggu cahaya lampu yang cukup menyilaukan matanya. Matanya beredar menatap sekeliling, hingga berhenti pada sosok pria yang tampak tertidur lelap dengan berbantalkan lengan kanannya.

Mengelus pipi tirus itu dengan lembut, tatapan matanya tak lepas sedetikpun dari wajah Elliot. Juna 'asli' memang sangat menyayangi kakak—nya ini. Bukan tanpa alasan, Elliot memiliki suatu masalah yang membuat selalu bergantung pada Juna selaku adik satu-satunya itu.

"Juna?" Suara lirih Elliot menyadarkan lamunan Juna.

"Hm?"

Juna menarik tangan yang sedaritadi mengelus pipi Elliot, ia menegakkan tubuhnya kemudian menggapai gelas berisi air diatas nakas dekatnya.

"Minum dulu." Menyodorkan segelas air itu pada Elliot yang sudah terduduk.

Elliot menggosok matanya pelan, kemudian menerima air tersebut dan menenggaknya hingga tandas. Kebiasaan setiap bangun tidur.

"Masih inget kebiasaan kakak ternyata" Elliot terkekeh pelan.

"Aku selalu inget semua tentang kakak."

Arjuna berdiri kemudian menatap Elliot yang masih duduk bersila diatas tempat tidurnya.

"Mandi, terus sarapan."

Elliot mengangguk, mengulurkan kedua tangannya pada Juna. Ia menyengir lucu.

"Gendong."

Juna dengan sigap mengangkat tubuh Elliot yang tak begitu berat itu. Ia mengelus punggung Elliot dengan lembut. Menurunkan tubuh Elliot diatas wastafel didalam kamar mandi.

"Mau sekalian dimandiin?" Bibirnya tersenyum jahil menatap Elliot yang kini juga tengah menatapnya.

"Gak! Pergi sana, Abang mau mandi."

Elliot mendengus sambil menggerakkan tangannya guna mengusir Juna.

Juna terkekeh pelan,"Jangan mandi lama-lama, gausah berendam." ucapnya sebelum melangkah keluar kemudian menutup pintunya.


__________

Dengan wajah yang terlihat lebih segar, Elliot melangkah menuruni tangga perlahan. Senyum manis tak lepas dari wajah rupawan miliknya. Tepat di undakan tanggga terakhir ia berhenti, matanya menatap punggung kokoh yang terlihat duduk santai dimeja makan.

Dengan mengendap-endap ia menghampiri sosok itu. Melangkah pelan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengeluarkan suara.

Namun sudah dipastikan ia akan kesal jika tau usahanya itu gagal.  Sebab sepasang telinga sejatinya mengetahui pergerakannya, bakhan sejak pertama melangkah menuruni tangga.

"JUNA!"

Juna menoleh dengan wajah flat–nya saat sepasang lengan kurus memeluk lehernya secara tiba-tiba dari belakang. Tak ada wajah terkejut yang ditampilkan, yang sontak saja membuat Elliot mencebik kesal.

"Kok gak kaget sih?! Harusnya kan kaget gitu biar seru." Gerutunya sembari melepaskan pelukannya dileher Juna.

Juna terkekeh samar, tanpa banyak kata ia menarik lembut tangan yang lebih tua. Mengambil piring yang sudah terisi lengkap dengan menu sehat yang sangat membosankan bagi Elliot.

Elliot memalingkan wajahnya saat yang lebih muda menyodorkan piring tersebut kearahnya.

"Makan."

Pura-pura tak mendengar itu, Elliot justru menggapai cangkir berisi kopi hitam yang ia yakini milik sang adik.
Belum sempat meminumnya, sebuah tangan kekar menahan cangkir tersebut dan merebutnya.

"Juna!" ucapnya tak terima.

"Makan ini, jangan kopi."

Dengan bersikeras Elliot berusaha menggapai cangkir yang jaraknya cukup jauh dengannya.

"Kak."

"Gamau Juna, kakak gasuka itu. Bikin enek."

Juna menghela nafas, tak mau memaksa yang lebih tua untuk memakan sarapan sehat yang sejatinya adalah makanan sehari-hari kakaknya itu.

"Fine, tapi tidak dengan kopi dipagi hari." ucapnya kemudian menyerahkan segelas susu vanila dihadapan kakaknya.

Elliot mengangguk pasrah, toh percuma melawan ia tak akan menang melawan pria yang umurnya lebih muda dihadapannya itu.

Meminum susu tersebut hingga tandas, matanya tak sengaja melihat kursi kosong yang biasanya diisi oleh sang ayah.

"Dad kemana?" Elliot menengok Juna yang ternyata juga tengah menatapnya.

"Singapore."

Jawaban singkat yang sontak membuat Elliot mengangguk paham. Tangan Juna bergerak menarik beberapa helai tissue dan mengelap bekas susu disudut bibir kakaknya.

"Belepotan."

Cengiran lucu Elliot perlihatkan pada sang adik yang masih senantiasa membersihkan wajahnya itu.

Tak kuasa menahan gemas, Juna mengecup kilat pipi tirus Elliot.

"Habis ini mau kemana?" Pertanyaan yang meluncur dari bibir Juna membuat Elliot berpikir, menimang-nimang kemana tujuan quality-time mereka berdua.

"Zoo!"

"Kita pokoknya ke–zoo  soalnya kakak kemarin liat kucing gede di tv. Terus kepengen liat langsung" Jelasnya menggebu dengan mata berbinar senang.

Tak kuasa menahan, senyum tipis muncul disudut bibir Juna. Ia mengacak gemas rambut kakaknya.

"Oke, siap-siap gih."

Dengan semangat Elliot mengangguk kemudian melangkah tergesa menaiki tangga, langkah kaki tergesa yang membuatnya hampir limbung akibat tersandung.

"Hati-hati atau gak jadi pergi?"

Ucapan yang membuat cengiran lucu kembali ia perlihatkan.

"Hehe, jadi dong."

Elliot melanjutkan langkahnya namun tak terburu-buru seperti tadi, takut sang adik berubah pikiran lalu tak jadi pergi kan bahaya.

Terus melangkah meninggalkan yang lebih muda yang tengah tersenyum geli melihat tingkah seorang yang saat ini menjabat sebagai kakaknya itu.

"Cute."









Tbc:

05.05

Hi y'all, author is back after a long absence without certainty haha.

Gimana? Singkat banget kan jadi kudu pelan-pelan aja scroll-nya biar kerasa lebih lama bacanya ✌🏻

–Apo gf 😩🤟🏻

Arjuna (bl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang