Bagian : 7

5.7K 491 15
                                    

Juna menatap penuh arti pintu coklat dihadapannya, tangannya bergerak memutar knop pintu sebelum akhirnya melangkah masuk.

Aroma segarnya citrus langsung memanjangkan penciuman Juna. Netra biru pekat miliknya bergulir menyapu setiap sudut diruangan itu. Pandangannya terhenti pada sebuah ranjang besar dengan gumpalan selimut ditengah-tengahnya.

Juna melangkah tanpa suara, ia berjalan mendekati ranjang tersebut. Menyibak selimut tebal yang ternyata menutupi seorang pria manis didalamnya. Juna tampak memejamkan matanya mengulik lebih dalam memory-memory yang ditunggalkan Juna dulu untuknya. Sekelebat nama perlahan muncul, sekarang ia tau siapa pria itu.

Elliot Zakio Andromeda.

Nama pria manis yang tampak meringkuk nyaman dibawah tebalnya selimut. Berwajah cukup manis dengan dua buah dipple menghiasi pipi tirusnya. Anak sulung keluarga Andromeda atau kakak lelaki Juna.

"Little brother?"

Seulas senyum kecil terbit disudut bibir Juna sembari menatap wajah kakaknya yang tampak terlelap.

Melepas jaket kulit yang dipakainya. Juna melangkah menuju kamar mandi, entah apa yang dilakukannya. Cukup lama disana, Juna akhirnya keluar dengan handuk putih bersih terlilit apik dipinggang sedangkan bagian atas ia biarkan terekspos begitu saja.

Tetesan air tampak dileher dan rambutnya, wajahnya juga tampak lebih segar. Mandi ditengah malam? Itulah Arjuna Stevano Adromeda.

Ia berbalik, tubuh tegapnya hilang dibalik pintu yang menghubungkan dengan ruang ganti milik kakaknya.
Ia menggunakan celana jogger berwarna abu-abu tanpa mengenakan baju. Matanya menatap kakaknya itu yang masih setia dengan posisinya,ia merebahkan tubuhnya tepat disamping Elliot. Berbalik dan merapatkan tubuhnya pada sang kakak. Kedua tangan kekar Juna melingkar apik dipinggang ramping Elliot.

"Good night."

Juna mengecup sekilas kening Elliot sebelum akhirnya ikut bergabung bersama sang kakak dialam mimpi.












Dua lelaki tampan itu tampak masih setia bergulat dialam mimpinya, tak peduli bahwa matahari mulai menyembul melalui celah-celah jendela kamarnya.

Lelaki yang lebih mungil tampak menggeliat pelan didalam dekapan lelaki yang lebih besar.

Mata belo Eliot perlahan terbuka, mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Keningnya mengkerut merasakan sesuatu memeluk erat pinggangnya. Eliot membelalakkan matanya melihat sepasang lengan kekar bertengger apik dipinggangnya.

Ia spontan menoleh, matanya kembali membelalak. Tangannya yang kurus itu menggapai wajah tampan dihadapannya, mengelusnya pelan seolah wajah itu tak nyata.

Perlahan mata bulat itu menyendu kemudian dikuti beberapa bulir air mata yang ikut menetes dengan isakan-isakan kecil meluncur dari bibir tipisnya. Elliot memejamkan matanya, ia takut ini hanya mimpi karena terlalu merindukan pria dihadapannya itu. Mimpi yang membuat kecewa seperti sebelum-sebelumnya.

"Kakak-" Suara serak khas orang bangun tidur itu mengalun digendang telinga Elliot. Spontan ia membuka matanya lebar-lebar, ternyata ia tak bermimpi.

"Kak Eli tidak merindukanku hm?"

Mendengar itu Elliot dengan segera memeluk pria yang lebih besar darinya namun berstatus adiknya itu dengan erat.

Juna membalas pelukan kakaknya itu tak kalah erat. Tadinya ia cukup terkejut melihat tangan sang kakak diwajahnya namun sang empunya memejamkan mata dengan terisak pelan.

"Rindu- sangat sangat rindu" Ucap lirih Elliot dalam dekapan Juna.

Juna yang mendengar itu tersenyum ia mengelus kepala Elliot dengan lembut.

"Juna pun"

Elliot melepas pelukannya-walau dalam hati tak rela. Namun ia sedang dalam mode merajuk.

Tangan kurus Elliot memukul dada keras Juna "Kemana saja hah? Kenapa baru muncul sekarang?!" Ia menatap marah Juna namun kedua bibirnya mengerucut sebal.

Juna terkekeh melihat itu, ia mengelus pipi tirus sang kakak dengan sayang.

"Maaf, aku sedikit ada masalah belakangan ini."

"Kenapa tak memberi kabar sedikitpun, bahkan ayah tak mengetahui keberadaan mu" Sungguh rasanya Elliot ingin terus memukul adiknya itu, dengan seenaknya Juna pergi tanpa memberinya kabar sedikitpun.

Juna mengambil tangan sang kakak yang terus memukul dada-nya, mendekatkan tangan putih kurus itu kewajahnya dan mengecupnya lama.

"Maaf."

"Elliot mencebik kesal, kalau begini mana bisa ia merajuk. Ada saja tingkah manis Juna yang membuat luluh.

"Baiklah-baiklah kamu kakak maafkan, tapi dengan satu syarat-"

Netra Juna menatap lekat sang kakak yang berada dalam dekapannya. Ia mengangguk pelan.

"Syarat?"

Elliot mengangguk antusias "Peluk dan temani kakak seharian jalan-jalan"

Juna tersenyum tipis, hanya itu? Tentu ia akan menuruti keinginan kakak tersayang-nya itu.

"Baiklah namun sekarang kakak tidur, siang nanti kita jalan-jalan" Juna kembali mendekap sang kakak erat. Tidak lupa melayangkan kecupan-kecupan ringan dipucuk kepala Elliot.

Elliot yang diperlakukan seperti itu tersenyum lebar, tangan kurusnya membalas pelukan Juna tak kalah erat. Ia memejamkan mata menikmati elusan tangan besar Juna dipunggungnya serta pelukan hangat sang adik yang sangat dirindukannya itu.



Tbc:









Arjuna (bl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang