| CHAPTER 2 | PERIHAL KEHILANGAN

15.7K 3.5K 351
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya teman.

Selamat membaca dan selamat berbahagia!

---000---

Maratungga mengeluarkan ponsel di saku celananya yang berdenting karena sebuah notifikasi pesan masuk. Ketika ia lihat, ternyata ada pesan masuk dari Malbi yang merupakan sahabat sekaligus tetangganya. Ia sudah mengenal Malbi sejak usianya masih kecil, anak itu sering bermain dengannya.

Malbi : Mara nongkrong tempat biasa yok!

Di dalam pesan tersebut Malbi mengajaknya untuk nongkrong di tempat biasa. Mereka biasanya nongkrong di sebuah kafe yang ada di depan komplek sambil menikmati minuman dan makanan ringan. Akan tetapi ajakan Malbi justru ditolak Maratungga mentah-mentah.

Mara : nggak

Mendapatkan balasan penolakan dari Maratungga membuat Malbi di sebarang sana berdecak kesal. Semenjak Cakrawala tidak ada, Maratungga lebih sering murung. Maratungga yang semula sifatnya sudah dingin menjadi semakin dingin hingga tak tersentuh.

Malbi ingin menghibur Maratungga, ia ingin Maratungga kembali seperti dulu, namun sepertinya itu sulit. Kepergiaan Cakrawala telah mengubah Maratungga sepenuhnya. Maratungga menjadi semakin tertutup.

Malbi mengantungi ponselnya lalu berjalan ke luar rumah untuk menghampiri rumah Maratungga. Rumah mereka dekat, hanya butuh lima menit untuk sampai, tidak perlu memakai motor. Ia dengar-dengar Maratungga akan segera pindah dari rumahnya saat ini dan itu berarti mereka tidak akan lagi bertetangga.

Membayangkan hal tersebut terkadang membuat Malbi merasa sedih, pasalnya mereka sudah lama dekat dan sering melakukan hal-hal bersama, seperti menemani Maratungga mengantar lukisan ke customer dan nongkrong bersama. Meskipun Maratungga orangnya sangat menyebalkan, tapi dia adalah sosok sahabat yang baik.

Namun Malbi bisa apa? Melarang Maratungga pindah adalah sebuah kemustahilan. Maratungga terlalu keras kepala. Cakrawala yang sudah puluhan tahun tinggal bersama Maratungga saja masih belum bisa menaklukan kedinginan serta ego Maratungga. Apalagi dirinya?

Malbi mengetuk pintu rumah Maratungga sebanyak tiga kali.

Tok tok tok tok

"Mara buka pintunya!" teriaknya.

Malbi mengetuk pintu tersebut dan menunggu selama beberapa menit, namun tidak kunjung dibukakan.

"Mara!"

Lagi-lagi tidak ada sahutan. Ia tahu Maratungga ada di dalam. Ketika mencoba membuka handle pintu, ternyata pintunya terbuka karena tidak kunci. Tanpa menunggu lama, ia pun segera masuk ke dalam rumah tersebut. Rumahnya sepi. Ayah Maratungga juga pergi entah kemana yang jelas ia belum melihat kepulangan ayah Maratungga. Semenjak Cakrawala meninggal, Maratungga benar-benar sendirian.

"Mar—"

Ucapan Malbi seketika terhenti ketika ia melihat Maratungga sedang terdiam, duduk di tepi kasur Cakrawala yang terlihat berantakan sambil memandang ke arah jendela balkon. Seolah sedang menunggu kehadiran seseorang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pesan Terakhir Cakra ; Coretan MaratunggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang