Absen dulu sini
Nama kalian siapa?
Kelas berapa?
Baca ini jam berapa dan lagi ngapain?
Selamat membaca 💓💓💓
Minta tolong ramaikan komentar dan vote jangan lupa ya sayang
----000---
Agenda Maratungga hari ini adalah mengunjungi makam Cakrawala lalu pulangnya ia melukis untuk kemudian diantarkan ke customernya. Tapi sebelum itu ia akan sarapan terlebih dulu.
Jam tujuh pagi Maratungga sudah didapur mengutak-atik bahan makanan, sedangkan Malbi belum ada tanda-tanda akan bangun dari tidurnya. Cowok itu semalam tidur di kamar kosong yang seharusnya menjadi milik Cakrawala. Sebenarnya Maratungga tidak rela Malbi tidur disana, tapi ia tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin kan ia tidur berdua dengan Malbi di kamar yang sama?
Maratungga memotong wortel dan kol untuk ia buat jadi sayur sop. Sedangkan api di kompor masih menyala dengan air panas yang sudah mendidih. Usai memotong dan mencuci sayuran itu Maratungga memasukannya ke dalam air mendidih di panci lalu ia bumbui sebisanya.
Maratungga si pemalas kini setelah Cakrawala meninggal melakukan semuanya sendiri. Dulu ketika ia bangun sudah ada makanan yang dimasak Cakrawala dan tersaji diatas meja. Tapi kali ini kalau Maratungga tidak berusaha dan masih tetap menjadi seorang pemalas ia bisa mati kelaparan.
Pintu kamar yang berwarna kuning terbuka lalu memunculkan Malbi dengan wajah khas bangun tidur dan rambut acak-acakan. Malbi menguap.
"Nggak ada makanan nih? Laper gue," ucap Malbi tidak tau diri.
Maratungga menatap Malbi tajam. Apa-apaan si Malbi itu? Maratungga memasak ia masih tidur, sekarang tanpa ada niatan membantu Malbi justru menjelma seperti seorang raja yang semua kebutuhannya harus dipenuhi.
Setelah diingat-ingat, dulu sikapnya pada Cakrawala tidak berbeda dengan sikap Malbi saat ini. Sekarang Maratungga baru menyadari ternyata dulu ia semenyebalkan itu, bahkan lebih menyebalkan dari Malbi saat ini.
Mungkin Cakrawala masih bisa mengumbar senyum pada sikap menyebalkan Maratungga. Tapi maaf saja kalau Maratungga tidak bisa seperti Cakrawala. Alih-alih tersenyum pada Malbi, ia akan lebih memilih melempar panci ke wajah Malbi.
Masakan sederhana dari racikan tangan Maratungga telah tersaji di meja makan. Malbi langsung menarik kursi dan tanpa permisi mengambil nasi lengkap dengan lauk pauk seperti rumah sendiri.
Maratungga menyantap masakannya dalam diam.
"Ini elo semua yang masak?" tanya Malbi.
Maratungga tidak menjawab dan memilih melanjutkan makannya. Lagipula pertanyaan Malbi itu sungguh tidak bermutu. Di rumah ini mereka tinggal cuma berdua, Malbi tadi masih tidur, hanya tersisa Maratungga. Siapa pula yang masak kalau bukan Maratungga?
Malbi memasukkan nasi yang sudah ia basahi dengan sayur sop ke dalam mulut.
"Masakan lo nggak enak, njir! Rasanya aneh!" Malbi meletakan sendoknya. Ekspektasinya terhadap masakan Maratungga terlalu tinggi.
"Ini mah bukan sayur sop tapi kobokan!"
"Elo tinggal makan doang banyak bacot."
"Pantesan lo nggak sembuh-sembuh, makanan lo aja nggak bergizi kayak gini. Enakan masakannya Cakrawala kemana-mana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Terakhir Cakra ; Coretan Maratungga
Teen FictionSebuah pesan dari Cakra kepada Maratungga yang dianggap pesan biasa ternyata itu adalah pesan terakhir sebelum hari kematiannya. Kepergian Cakra membuat Maratungga mengabadikan memory kisah hidupnya bersama sang adik dalam sebuah coretan di atas kan...