| CHAPTER 13 | MALBI CEREWET

8.3K 1.8K 315
                                    

Absen dulu sini

Nama kalian siapa?

Askot mana?

Kelas berapa?

Baca ini jam berapa dan lagi ngapain?

Selamat membaca 💓💓

---000---

Maratungga baru saja mengantarkan lukisan ke pemesannya. Namun pulang-pulang ia langsung dicegat Malbi di teras rumah.

"Lo mau nyari mati? Hah? Bisa-bisanya tadi pagi lo nggak minum obat."

Maratungga berdecak sebal. Ia tidak ingin mendengarkan omelan. Ia tidak sempat meminum obat lantaran terburu-buru, ia tidak ingin membuat pemesan lukisannya terlalu lama menunggu.

"Udah," jawab Maratungga berbohong karena tidak ingin mendengarkan omelan Malbi.

Ia berjalan memasuki rumah, Malbi mengekori di belakangnya.

"Udah, udah, kapan? Ini obat lo masih utuh!" Malbi menyodorkan tablet obat yang ia temukan di atas nakas kamar cowok itu.

"Ck! Kamar orang main dimasukin."

"Iya gue tau itu kamar orang bukan kamar setan."

"Mau lo sekarang apa?"

"Udah jelas-jelas gue nyuruh lo minum obat, masih nanya lagi. Gini nih kalo dulu sekolah pernah dapet nilai matematika enol." Lagi-lagi Malbi mengungkit kebodohan Maratungga semasa sekolah.

Memang menyebalkan si Malbi. Ia sepertinya lupa kalau saat ini sedang numpang tinggal di rumah Maratungga, ia bisa diusir kapanpun Maratungga mau. Namun dengan tidak tau dirinya ia justru menghina sang pemilik rumah. Meskipun demikian Maratungga tidak terlalu ambil pusing dengan hinaan Malbi karena ia sudah terbiasa dihina seperti itu.

Lagipula memang kenyataannya seperti itu, ia beberapa kali dapat nilai enol dalam mata pelajaran matematika semasa sekolah. Apapun masalahnya Malbi selalu menghubungkan kebodohan Maratungga itu dengan setiap keadaan yang sebenarnya tidak nyambung.

"Buruan minum obat lo atau gue habisin!" Ancam Malbi.

"Habisin aja, minum tuh obat, minum. Gue udah muak!"

Maratungga mendudukan diri di kursi ruang tv. Ah, melelahkan sekali. Padahal ia tadi cuma naik motor satu kilometer.

Malbi duduk di space kosong samping Maratungga. "Nggak ah, obatnya pait kayak idup lo."

Maratungga menoleh kemudian memukul pelan kepala Malbi.

Plak!

"Banyak bacot lo kayak Cakra." Setelah mengatakan itu Maratungga tiba-tiba langsung terdiam.

Malbi tersenyum manis. "Bang Mara ayo minum obatnya, Bang Mara..." Ucap Malbi menirukan gaya dan suara menggemaskan mendiang Cakrawala.

Maratungga menghembuskan napas panjang. Melihat Malbi menirukan Cakrawala bukannya menggemaskan tapi justru menggelikan.

Maratungga merebut obat di tangan Malbi kemudian meminumnya bersama segelas air putih yang sempat diambilkan oleh Malbi.

"Telat minum obat lagi gue bacotin sampe kuping lo putus," ancam Malbi.

"Gue usir lo dari sini."

"Gue balik lagi lah."

"Gue kunci pintunya."

Pesan Terakhir Cakra ; Coretan MaratunggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang