| CHAPTER 8 | PELUKAN HANGAT

9.4K 2.2K 250
                                    

Absen dulu sini

Kalian askot mana?

Kelas berapa?

Baca ini jam berapa dan lagi ngapain?

Happy reading
Ramaikan komentar dan jangan lupa vote

---000---

Mendengar kabar tentang Papanya yang mengalami kecelakaan membuat Malbi langsung diserang rasa panik. Menyadari raut wajah Malbi berubah, Maratungga pun bertanya.

"Kenapa lo?"

"Papah, papah gue kecelakaan," jawab Malbi dengan tangan masih gemetar.

Jantung Malbi berdegup kencang lantaran diserang rasa panik. Bagi anak manja seperti Malbi, Papa dan Mama adalah segalanya.

"Mara gue, gue pergi dulu."

"Bi-"

Tanpa menunggu jawaban dari Maratungga, Malbi langsung bergegas meninggalkan ruang perawatan.

Maratungga mengembuskan napas panjang. Sahabatnya itu sudah melangkah keluar melewati pintu dan sosoknya tidak lagi dapat Maratungga lihat. Dan untuk yang kesekian kalinya, lagi-lagi ia ditingalkan.

Malbi berlari di sepanjang koridor rumah sakit, suara sepatunya yang beradu dengan kerasnya lantai masih terdengar di telinga Maratungga meskipun sosoknya sudah tidak lagi terlihat.

Papah, jangan tinggalin Malbi. Ijinin Malbi bahagiain Papah dulu

Saking paniknya, Malbi bahkan sampai hampir menabrak suster maupun pengunjung rumah sakit hingga berakhir ia dapat pelototan tajam dan makian karena tidak hati-hati.

Ia belum tahu bagaimana keadaan Papanya. Sayangnya papanya tidak dibawa ke rumah sakit ini, kalau saja papanya dibawa ke rumah sakit ini setidaknya Malbi bisa menemani Maratungga dan Papanya sekaligus karena ada di rumah sakit yang sama.

Malbi sebenarnya juga tidak ingin meninggalkan Maratungga, tapi mau bagaimana lagi. Ia bukan amuba yang bisa membelah diri ataupun punya kekuatan teleportasi yang bisa pindah tempat secepat kilat.

Maratungga memejamkan mata. Namun suara denting ponselnya yang tergeletak di atas nakas, sebelah ranjangnya, membuatnya kembali membuka mata. Ada notifikasi pesan singkat dari Malbi.

Babi: Sorry gue ninggalin lo sendiri

Maratungga mengetikan balasan untuk pesan tersebut.

Kabarin keadaan Om Bayu

Maratungga tidak mempermasalahkan ia yang ditinggal sendirian di rumah sakit. Lagipula ia sudah terbiasa sendiri, apalagi semenjak kematian Cakrawala.

Ia harap keadaan Papanya tidak serius. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan papa Malbi, Maratungga tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada sahabatnya itu karena selama ini Malbi sangat bergantung pada orang tuanya, khususnya pada sang papa.

Selama ini hanya Malbi yang bisa menghibur Maratungga dan memberikan sedikit warna dalam gelapnya hidp Maratungga. Kalau sampai Malbi yang sedih, Maratungga bingung harus berbuat apa. Ia manusia kaku dan tidak tahu menahu seni menghibur orang yang sedang bersedih.

Sepeninggalnya Malbi, pintu ruang rawat kembali terbuka. Maratungga diam dengan pandangan tajam tidak mengenakan pada seseorang yang berdiri di ambang pintu.

Pesan Terakhir Cakra ; Coretan MaratunggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang