Harap bijak dalam memilih 😉
(SUDAH TERSEDIA DI SHOPEE)
Nadora, seorang gadis cantik, pintar, tetapi nakal juga pendosa. Dia memiliki seorang ayah yang tidak peduli dengannya, sedangkan sang ibu, gila dengan harta dunia hingga hidup gadis itu dilipu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kadang keceriaan itu kita dapat di luar rumah. Bukan di tengah keluarga yang hanya mementingkan dirinya masing-masing." ***
Nadora tidak langsung pergi ke kos-kosan, David membawanya untuk ke rumah laki-laki itu terlebih dahulu.
"Ayo, Ra. Masuk," titah David sambil membukakan pintu untuk Nadora.
"Ini siapa, Nak," tanya seorang wanita paruh baya yang merupakan mama dari David.
"Oh, iya. Ini Dora, Ma," ucap David. "Dora, ini Mama gue."
"Halo, Tante," ucap Dora, lalu menyalami Tika−mamanya David.
"Kamu cantik sekali,” puji Tika
"Makasih, Tante. Tante juga nggak kalah cantik, kok."
"Nggak usah panggil Tante, panggil Mama aja biar sama kayak David."
"Eh, iya Tan−eh, Ma maksudnya,” ucap Nadora gelagapan.
"Nggak perlu sungkan sama saya, anggap saja saya ini sebagai orang tuamu sendiri."
"Apa aku boleh peluk Mama?" tanya Nadora dengan mata berbinar.
"Boleh, Sayang," jawab Tika.
Mereka berpelukan, pelukan Tika yang begitu hangat belum pernah ia rasakan dari mamanya sendiri. Tanpa sadar air mata Nadora menetes.Nadora mempererat pelukannya.
"Jadi gini rasanya dipeluk Mama," gumam gadis itu pelan.
David tersenyum.
"Lo beruntung, ya, Dav punya orang tua yang sayang sama lo," ucap Nadora.
David bangun dari duduknya, lalu mendekati Nadora.
"Ra, lo enak masih punya orang tua yang lengkap, lah gue cuma punya Mama doang," sahut David.
"Lengkap sih, tapi gue tetep aja sendirian kayak nggak ada keluarga."
"Percaya aja, Ra. Suatu saat mereka bakalan sayang sama lo."
"Suatu saat? Sepertinya mustahil, haha! Gue anak pungut kali ya, makanya mereka nggak sayang sama gue."
"Sstt, nggak boleh ngomong gitu, Ra."
"Nggak boleh ngomong kayak gitu, Nak. Mereka sayang sama kamu. Nggak ada orang tua yang nggak sayang sama anaknya sendiri," sambung Tika.
"Kenapa harus aku, Ma yang harus ngerasain semuanya? Kenapa nggak yang lain aja? Aku capek, Ma. Aku nggak kuat," ucap Nadora. Kini, gadis itu menangis.
"Ya, karena Tuhan tahu kamu kuat dari yang lain. Inget ya, Sayang, Tuhan nggak akan kasih cobaan di luar batas kemampuan umat-Nya."
"Tapi, aku nggak sekuat itu, Ma."
"Kamu kuat, Ra. Kamu harus ngeyakinin sama semuanya kalo kamu kuat, kamu bisa."
"T-tapi, Ma−"
"Udah, nggak usah banyak tapi," potong Tika.
"Kalian ngobrol-ngobrolnya berdua dulu, ya. Mama mau ke kamar sebentar."
"Iya, Ma,” sahut mereka.
Tidak lama kemudian, Tika keluar dari kamar dan membawa sesuatu di tangannya.
"Ini buat kamu, Ra,” ucap Tika, lalu memberikan barang tersebut.
Nadora terkejut. Wanita itu memberikan sebuah kalung yang indah, yang tentu saja tidak pernah ia dapatkan dari orang tuanya. Namun, ia mendapatkan hal itu dari orang lain yang baru ia kenal.
"I-ini buat aku, Ma?" tanyanya tidak percaya.
"Iya, Sayang,"sahut Tika.
"Makasih, Ma," ucap Nadora, lalu memeluk Tika kembali.
"Sama-sama, Sayang," sahut Tika seraya membalas pelukan Nadora.
"Ra, udah sore. Gue anter lo pulang, yuk," ucap David.
"Ke kosan aja, ya."
David mengangguk mengiakan.
*** Sesampainya di kos-kosan, David tidak langsung pulang. Ia memilih untuk menemani Nadora karena khawatir jika gadis itu tinggal sendirian.
Namun, pada malam harinya ada salah seorang warga melihat David dan Nadora berada di kos-kosan berdua saja. Warga itu langsung melaporkan hal tersebut ke Pak RT.
"Pak, tadi saya lihat ada yang berduaan di kosan sebelah sana," ucap warga tersebut.
"Panggil warga yang lain. Kita ke sana untuk memastikan," ucap Pak RT.
Ig. @aca.akk
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.