Rajendra Nataka, lelaki jangkung juga tampan yang kini menduduki kelas 12 ipa 1. Apapun yang ada pada Jendra adalah pilihan keluarganya, ia hanya seperti boneka dimata keluarganya. Tak ada hak bersuara maupun hak untuk menyampaikan pendapat, semuanya diatur. Remaja dengan tinggi 181 cm tersebut adalah siswa paling berprestasi disma Raktakan. Sejumlah prestasi kejuaraan dan nilai memukau selalu diraihnya, juga kedudukannya sebagai kapten basket membuat cowok itu benar-benar terlihat sempurna.
Tapi nyatanya dibalik kesempurnaan yang ada pada Jendra dimata orang-orang, kesempurnaan itu malah sebuah kekurangan dan kesedihan tersendiri bagi Jendra. Tiga tahun bersekolah disama Raktakan ia sama sekali tidak mempunyai teman, Tau kenapa? Ke dua orang tuanya memperingati seluruh angkatan Jendra untuk tidak berteman dengan Jendra, bahkan angkatan-angkatan lain pun diperingati oleh keluarganya. Ia selalu dituntut untuk sempurna dan serba bisa, dituntut menjadi apa yang ke dua orang tuanya inginkan dan juga dituntut untuk memenuhi segala ekspetasi keluarganya. Tak ada yang bisa Jendra lakukan selain menurut.
Hingga Jendra berada dititik lelahnya. Cowok yang masih menggunakan seragam putih abu-abu itu berdiri disebuah jembatan dengan aliran sungai deras dibawahnya. Ke dua tangannya mengerat memegang besi-besi jembatan dengan mata tertutup, otaknya benar-benar tidak bisa berfikir jernih saat ini.
Perlahan ia mulai memanjat tiang pembatas jembatan dengan mata memerah, kepalanya tertunduk melihat aliran sungai yang sangat deras dibawah sana, sebuah senyuman pahit terbit di bibirnya dengan getir, akhir hidupnya ternyata seperti ini, benar-benar menyedihkan.
Cekrek
Suara jepretan kamera membuat Jendra menundukkan kepalanya, matanya menyipit melihat seorang gadis dengan bandana merah bunga-bunga sedang memotretnya.
Dahinya berkerut menatap gadis yang fokus pada hasil jepretannya, tak lama gadis itu mendongak menatapnya dengan tersenyum.
"Bagus fotonya, lumayan kalau gue jual ke temen gue yang gila cogan," Ujar gadis itu dengan tersenyum lalu memperlihatkan hasil jepretannya.
Gadis itu menunduk melihat aliran sungai lalu kembali mendongak menatap Jendra. "Gue rasa lo gak bakal mati kalau mau bunuh diri di sini, rel kereta api pasti lebih mantep!" Ujarnya menggebu.
"Btw good luck!" Lanjutnya dengan tersenyum lebar, tangannya ia gunakan menepuk punggung Jendra.
Setelah mengatakan itu ia pergi melenggang begitu saja, namun baru tiga langkah ia berhenti lalu menoleh ke belakang, ke arah Jendra yang masih memperhatikannya. "Thankyou fotonya," ujarnya lalu benar-benar pergi meninggalkan Jendra yang memasang wajah datar.
"Stress!" Hardik Jendra. Pandangannya kembali ia arahkan ke arah sungai dibawahnya, satu helaan nafas berat keluar dari bibirnya yang bergetar, ke dua tangannya semakin erat mencekram pembatas jembatan.
Pikirannya melalang buana pada kejadian beberapa jam lalu yang benar-benar cukup menjadi alasannya untuk mengakhiri hidup.
"Pah, mah please berhenti ngatur hidup Jendra, Jendra capek cuma jadi boneka kalian! Nurutin semua kemauan kalian tanpa henti! Jendra juga punya pilihan sendiri," ke dua sudut bibirnya tertarik memperlihatkan sebuah senyuman getir atas semua lukanya selama ini, matanya menatap ke dua orang tuanya bergantian lalu kembali berucap.
"Apa Jendra dilahirin ke dunia ini cuma buat menuhin semua ekspetasi dan keinginan kalian?! JENDRA PUNYA PILIHAN HIDUP SENDIRI! BERHENTI JADIIN JENDRA BONEKA LUMPUH!" Cowok itu mengeratkan ke dua tangannya yang mengepal kuat.
Plak
"ANAK TIDAK TAU DI DIDIK! PAPA, MAMA SELALU NGATUR KAMU BIAR KAMU GAK SALAH LANGKAH, KITA BERUSAHA NGELINDUNGI KAMU BIAR KAMU GA SAKIT! INI BALASAN KAMU JENDRA?!"
"KALAU KAMU GAK MAU DI ATUR SAMA KITA LEBIH BAIK KAMU MATI! KAMU KITA LAHIRIN KE DUNIA UNTUK JADI ANAK PENURUT BUKAN PEMBANGKANG! DILINDUNGI MALAH KURANGAJAR! LEBIH BAIK KAMU MATI!" Teriak Frans menggebu.
"Jendra pamit ya mah, pah. Jendra capek."
Sret
Byur
.........
YUHUUUU WJWJWJWJ APA KABAR SEMUA???
Yipiii ini cerita baru yaa, ditunggu next-next part nya!!!💝
Buat kelanjutannya jangan lupa vote sama komen yaa, see you💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
About Ruby
Teen FictionEntah sejak kapan dunia Jendra benar-benar terasa hancur katakanlah dunianya sudah kiamat. Menjadi anak tunggal dari keluarga berpendidikan membuat Jendra dituntut harus lebih dan bisa dalam segala hal. Sejak menginjak bangku kanak-kanak ia selalu d...