5. usaha Ruby

1 0 0
                                    

Ruby menatap orang-orang yang menatapnya sinis. Sungguh ia ingin menusuk satu persatu mata orang-orang itu. Memilih membuang muka sembari terus berjalan di koridor sekolah yang sudah mulai rapi gadis itu mengikat rambut panjangnya sembari bersiul. Matanya menangkap sosok Jendra tak jauh darinya. Cowok itu sepertinya baru saja tiba.

Ruby berhenti tepat dihadapan Jendra. Gadis itu menatap Jendra dari ujung kepala hingga ujung kaki, merasa cowok itu baik-baik saja ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi. Ia mengabaikan semua mata yang tertuju ke arahnya. Ia harus cepat-cepat mandi karena ulangan Geografi pagi ini akan segera dilakukan.

Jendra mengerutkan kening menatap kepergian Ruby. Gadis itu terlihat sangat berantakan dengan seragam kusutnya. Darimana gadis itu sebenarnya?

"Pasti sih Ruby mau mandi tuh, gak jelas banget tuh cewek tidur digudang sekolah, kayak gak punya rumah aja." Ucap seorang cewek disamping Jendra.

Jendra semakin mengerutkan keningnya saat mendengarnya. Apa Ruby benar tidur digudang sekolah? Tapi kenapa gadis itu tidur digudang sekolah?

"Tuh cewek emang gak jelas," ucap seorang siswi lainnya sembari menatap Jendra sinis.

Jendra kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Masalah Ruby nanti saja ia harus segera ke kelas untuk piket dan menulis ulang pr mtknya yang tertinggal dirumah karena ia saat ini hanya menggunakan buku dan tas milik Alaka.

.
.
.

Ruby mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Menangkap sosok Jendra dimatanya gadis itu menghela nafas lalu berjalan menuju salah satu penjual yang tak terlalu ramai untuk membeli ayam geprek.

Jari lentik milik Ruby mengetikkan sebuah pesan ke grup kelasnya. Setelahnya ia membuka Instagram dan membuka satu persatu sg teman-temannya. Kegiatan gabut agar dikira sibuk.

Kepala Ruby terangkat saat mendengar sebuah benda pecah. Matanya tertuju pada meja Jendra yang sedang ramai. Ruby mengerutkan kening saat melihat geng milik Karel mengerubungi meja Jendra.

Gadis itu melangkah mendekat untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi. Netranya menatap Atlas yang sedang menarik kerah seragam Jendra.

"APA YANG LO LAKUIN KE PAK YOTO SAMPAI DIA MARAHIN GUE ANJING?!" Teriak Atlas dengan wajah emosi.

Jendra mengerutkan keningnya tak mengerti akan maksud Atlas. Ia sama sekali tak melakukan apapun yang menyebabkan Atlas dimarahi oleh pelatih futsal tersebut. Ia hanya menolak permintaan pak Yoto untuk menjadikannya kapten futsal. Ia sama sekali tak menyebut nama Atlas dan bahkan ia memberikan alasan yang jelas. Namun, mengapa sekarang Atlas malah datang kepadanya dengan marah-marah?

"JAWAB GUE! BISU LO?!" Maki Atlas menguatkan cekramannya di kerah seragam Jendra.

"Gue gak tau apa-apa," Jawab Jendra.

"Cuih," Jendra mengepalkan tangannya kuat saat Atlas meludah diseragam sekolahnya. Emosi yang tadi berusaha ia pendam kini menguar begitu saja. Kemarin ia mendiamkan Atlas karena sudah cukup baginya berurusan dengan bk hanya karena Atlas dan ia lelah selalu dimarahi oleh kedua orang tuanya karena masalah seperti ini.

Mengingat hubungannya dan orang tuanya yang sedang buruk Jendra kini sama sekali tak peduli dengan apapun yang akan terjadi jika ia memukul Atlas. Tangannya yang mengepal disamping badan ia ayunkan dengan keras ke wajah Atlas sehingga cowok itu mundur beberapa langkah akibat tindakannya.

Jendra maju lalu balik mencekram seragam Atlas. "Sekali lagi lo cari masalah sama gue, gue pastiin duit bokap lo siap keluar buat biaya rumah sakit." Tegas Jendra lalu menghempaskan tubuh Atlas kasar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About RubyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang