Ruby mematikan handphonenya lalu beranjak dari kamar Alaka. Gadis itu sudah siap dengan seragam sekolahnya sejak sejam yang lalu. Membangunkan Jendra yang tak kunjung bangun membuatnya menyerah dan memilih membiarkan cowok itu tetap tidur. Dengan senyum manis ia menyapa mbok Jum yang sedang menyiapkan makanan untuknya. Untung saja mbok Jum tidak ikut dengan bundanya , jadi ia tak perlu repot-repot untuk memasak sendiri.
"Mbok," Panggil Ruby yang membuat mbok Jum menoleh.
"Iya adek?" Tanya mbok Jum kepada Ruby. Panggilan Ruby sedari kecil.
"Mbok kan teman adek masih tidur tuh dikamar kakak, nanti kalau dia bangun tolong siapin makanan sama keperluan lainnya ya mbok. Kalau bisa temenin juga dia, kasian tau dia mbok lagi frustasi berat sama sekolahnya, takut adek dia kenapa-kenapa." Ujar Ruby dengan menyanggah dagu.
"Kakak tau teman adek tidur dikamar kakak?" Tanya mbok Jum yang dibalas cengiran dari Ruby.
"Tapi adek udah bilang sama bunda kalau teman adek mau nginep, gak mungkin dia tidur dikamar bunda apalagi kamar adek yang ada adek digantung sama ayah." Ruby bergidik sendiri saat mengingat betapa tegas ayahnya itu.
"Bunda tau teman adek yang nginep cowok?"
"Tau kok, cuma kakak aja gak tau kalau kamarnya ditempati sama teman adek. Nanti kalau kakak datang marah-marah karena kamarnya dipake mbok tolong ngomong ke bunda buat nenangin kakak ya," Pinta Ruby memohon. Ia tau betul bagaimana Alaka yang yang tak suka kamarnya ditempati oleh orang lain. Kakaknya itu benar-benar akan emosi dan marah saat kamarnya ditempati oleh orang lain.
Seperti dulu saat Karel menginap dan menempati kamar cowok itu. Ruby dapat melihat bagaimana emosinya Alaka saat tau kamarnya digunakan, cowok itu memaki dan memukul Karel hanya karena kamarnya digunakan. Maka dari itu sebenarnya ia sedikit was-was saat Jendra berada dikamar kakaknya. Takut-takut kejadian 2 tahun yang lalu kembali terjadi.
"Ya sudah, adek makan terus ke sekolah," Ucap mbok Jum yang diangguki Ruby.
.
.
.Ruby menatap jengkel cowok dihadapannya ini. Dengan hati dongkol ia membalikkan badannya berniat memutar balik hanya untuk menuju kelasnya. Namun sebuah cekalan ditangannya membuat Ruby berdecak kesal lalu kembali membalikkan badannya menghadap Karel.
"Apa?!" Bentak Ruby sembari menghempaskan tangan Karel yang berada di lengannya.
"Tadi malam gue lihat lo, kenapa jam segitu masih diluar?" Tanya Karel.
"Urusan lo? Sampe Alaka tau soal ini muka lo gue parut di aspal." Ancam Ruby lalu melewati Karel begitu saja.
Gadis itu berjalan gontai menuju lantai 4 lantai yang sering ia kunjungi untuk menenangkan diri apalagi kalau bukan gudang sekolah. Ruby dengan santai bersiul-siul sesampainya dilantai empat. Gadis itu mengerutkan kening saat melihat seorang petugas kebersihan keluar dari dalam ruang seni. Setahunya ruang seni dilantai empat ini jarang dikunjungi, namun kenapa tiba-tiba ada orang, bahkan seorang pria kembali keluar namun, kali ini dengan membawa sebuah kanvas.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Ruby
Teen FictionEntah sejak kapan dunia Jendra benar-benar terasa hancur katakanlah dunianya sudah kiamat. Menjadi anak tunggal dari keluarga berpendidikan membuat Jendra dituntut harus lebih dan bisa dalam segala hal. Sejak menginjak bangku kanak-kanak ia selalu d...