"Kumkumkum..." Ghani si bochil berusia 2 tahun itu terus mengetuk-ngetuk pintu rumah yang di tempati oleh kedua onty-onty cantik'nya- ya, siapa lagi jika bukan Rara dan Riri.
Kumkumkum artinya Assalamualaikum, itu bahasa Ghani.
"Nak, kan ada bel. Mama udah pencet bel, ngapain kamu ketok pintu?"
"Hehehe" lucu sekali bochiel satu ini. Selain tampan dan menggemaskan, konon katanya jikalau sudah besar mau di jodohkan dengan author.
Ghani tertawa riang saat dimana Riri membuka'kan pintu. Riri langsung tersenyum dan menggendong bocah menggemaskan itu.
"Monyet, kamu lucu banget!" Mendengar lontaran kata kasar itu membuat mata Rere melotot marah. Apa maksud Riri mengatakan bahwa Ghani adalah monkey?
"Riri kamu apaan sih! Ghani manusia, jangan sembarangan kamu!" kesalnya.
"Ish kata Rara katanya Rere punya buntut, buntutnya kan Ghani. Yang punya buntut kan monyet, nah Ghani ini buntut monyet, dan monyetnya..."
"Aku gitu?"
"Riri gak bilang seperti itu hahaha. Lariiiiiii...." Riri berlari membawa kabur Ghani ke dalam rumah dengan menggendongnya. Ah sial, bocah kecil ini polos sekali, ia tertawa di kala Riri mengatai dirinya monkey.
Rere hanya bisa menggeleng kepala, adiknya itu memang tidak pernah berubah, tetap menyebalkan.
Mereka tidak datang hanya berdua sebab ada dua hantu kembar bernama Ocha dan Ochi yang juga ikut dengan mereka. Kedua hantu itu adalah teman Ghani, mereka sudah mengikuti Ghani sejak Ghani masih berusia 6 bulan.
"Assalamualaikum." Rara yang sejak tadi menonton tv kini teralih pada suara yang jelas ia kenali.
"Walaikumsalam... Aaaaaaa Rere, kangen banget!!" Ia langsung memeluk sang adik yang lebih dulu menikah dan memiliki anak ketibang dirinya- ya namanya juga jodoh, tidak bisa di pastikan seorang kakak yang lebih dulu menikah bukan?
"Sama aku juga, kamu apa kabar Ra?"
"Baik. Kamu tetep cantik, gak pernah berubah"
"Ah bisa aja, pasti kalau udah ngerayu gini nanyain makanan"
"Kamu bawa makanan apa?"
"Tukan haha" Rere membuka kantung plastik yang berisi empat box pizza. Ia tahu bahwa adik-adiknya menyukai pizza. "Ghani di bawa kemana sama Riri?"
"Noh di ajak ke kamarnya"
Ocha dan Ochi mengikuti ke kamar, sementara Rara tidak menyadari dengan keberadaan mereka. Rara hanya fokus berbincang dengan adiknya itu. Mereka sudah lama tak bertemu, semenjak kedua orangtua mereka meninggal dunia, bumi seperti terbelah menjadi dua, sulit bagi mereka bertemu sebab memiliki kesibukan masing-masing, dan jarak kediaman yang lumayan jauh semakin menghimpit pertemuan keduanya.
***
"Ghani, jangan makan coklat banyak-banyak itu tidak baik. Lebih baik kau sisa'kan untuk ku." ucap Ocha.
"Dia siapa?" Riri terkejut melihat wujud dua hantu yang mirip dengan wajah yang cukup mengerikan. Entah apa sebab kematian'nya, namun sepertinya keduanya memang tiada dalam keadaan tidak baik.
"Ocha, Ochi. Teman.." jawab Ghani riang. Ia kemudian mendekati Ocha dan Ochi, memberikan coklat yang bekas ia makan kepada mereka. Lalu hanya dalam hitungan detik, coklat tersebut habis.
"Kami sudah menemani Ghani sejak kecil. Dia dan kami bagaikan ambulan dan uwiw uwiw, jika tidak bersama maka tidak ada artinya." ujar Ocha.
"Tidak! Dia dan kami bagaikan sandal jepit, jika satunya tidak ada, maka tidak ada artinya" Ochi tak mau kalah.
"Hei, sandal itu hanya ada dua, sementara kita bertiga. Kau ini bodoh sekali!"
"Kau telah berdosa karena mengatai saudaramu bodoh!"
"GAK OYEH ANTEMMMMMMM!!!" (Gak boleh berantem) Ghani menghentikan perdebatan tidak jelas kedua hantu itu. Mereka memang sering kali bertengkar tidak jelas, namun itu yang membuat Ghani slalu merasa bahagia memiliki teman yang meskipun bukan manusia.
Saat pertama kali melihat kedua hantu kembar itu, Ghani ketakutan bahkan sampai tubuhnya demam tinggi. Sebab wujudnya yang mengerikan, membuatnya merasa terancam. Namun lama kelamaan, ia mulai terbiasa dengan kehadiran Ocha dan Ochi, hingga terjadilah ikatan pertemanan antara hantu dan manusia.
Sama hal'nya dengan Riri, gadis itu juga terkejut melihat wujud kedua hantu kembar itu. Jika manusia yang memiliki wujud kembar mungkin menggemaskan, namun lain hal'nya jika makhluk lain yang memiliki kembaran.
"ii atut?" (Riri takut?)
"Hah? Eng-enggak. Aku kaget"
"Meleka gak dahat. Meleka teman,"
"Iya Ghani." Riri masih gemetaran, sementara Ocha dan Ochi memperlihatkan senyum dengan deretan gigi ompong penuh darah yang mereka miliki. "AAAAAAAA RIRI TAKUT! RIRI GAK MAU KETEMU MEREKA. MEREKA SEREM!" Riri segera berlarian keluar, ia menjerit histeris ketakutan.
"Ini semua gara-gara kamu Ochi, seandainya kamu tidak memperlihatkan senyum mengerikanmu itu, dia tidak akan pergi."
"Hei, kau juga tersenyum tadi"
"Itu karena kau yang memulai lebih dulu"
"Kau"
"Kau"
"Kau"
Ghani hanya memperhatikan saja tingkahlaku kedua hantu tersebut. Ia masih terlalu kecil untuk marah, dan memperlihatkan emosionalnya. Jika kesal, Ghani hanya menangis dan menjerit memanggil mama'nya.
Padahal Rere sudah melarang berteman dengan hantu, tapi nampaknya Ghani tidak bisa di larang, apapun yang menurutnya menyenangkan maka ia tidak mau kehilangan. Rere memperbolehkan Ghani berteman dengan Ocha dan Ochi, asalkan tetap pada porsi'nya, tidak berlebihan dan tidak terlalu mencintainya.
Ghani masih terlalu kecil untuk mengenal sosok gaib, tapi takdir tidak bisa di ajak bekerjasama dengan baik, maka yang terjadi akan tetap terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAD GHOST 7 ✓
Terror[ Horor Comedy ] Pemain lama, cerita baru. Berawal dari sebuah akun facebook dengan profil berwajah tampan atas nama akun Arganta Wiliam, membuat Riri si gadis polos menjadi penasaran bukan main sampai-sampai ia rela menjatuhkan hargadiri'nya denga...