2

468 131 23
                                    

Sejak tadi Rara memperhatikan raut wajah sang adik yang nampak gelisah, sementarai dosen menjelaskan di hadapan kelas namun pikiran Riri seperti tertuju pada hal lain. Jika saja mata batin bisa melihat banyak hal sesuai keinginan orang yang memilikinya, mungkin Rara sudah tahu jawabannya sejak tadi.

Selesai jam kuliah, Rara hendak mau bertanya namun Riri malah buru-buru pergi begitu saja keluar kelas. Merasa aneh dengan sikap sang adik, maka Rara berinisiatif untuk mengikutinya.

"Toilet cowok? Ngapain Riri disitu?" Rara merasa heran, namun kakinya sulit bergerak untuk maju menghampiri.

Riri masuk ke dalam toilet tersebut, selang beberapa menit kemudian ia keluar bersama dengan...

"Siapa cowok itu? Riri ngapain tadi anjir, buset pikiran gue trapeling nih jadinya. Tapi, kok adek gue kek lagi mohon-mohon gitu sama tu cowok? Ini ada apaan sih sebenernya brother?"

Merasa penasaran, Rara mendekatkan diri di samping tembok yang jaraknya tak jauh dari keduanya.

"Plisss aku pengen kita kenal lebih dekat lagi." ucap Riri dengan nada memohon sambil mencoba meraih tangan pria tersebut, meskipun tak tergapai karna beberapa kali Arganta menepisnya kasar.

"Adek gue siapa yang ajarin sih, bar-bar amat aduh! Pasti para readers nich," gumam Rara menepuk jidatnya kasar.

Disana terlihat si cowok yang mencoba menjauh tanpa mengeluarkan sepatah katapun, sementara si cewek terus saja menghalangi jalan'nya.

"Minggir!" ketusnya. Bukan karna Arganta tak suka, tapi selain beda dunia, tujuan Arganta juga bukan untuk mencari gadis, ia memiliki tujuan yang lebih penting lagi daripada rayuan maut gadis di hadapannya itu.

Siapa yang tak menyukai Riri? Bahkan jika saja pria yang saat ini dia kejar adalah salah satu pria tertampan di kampus, mungkin pria tersebut akan sangat berbangga diri serta beruntung telah di sukai gadis secantik Riri, namun sayang sekali yang Riri sukai bukanlah manusia.

"Gak mau, Riri mau kenalan. Oke gini, Riri suka sama kamu, kamu mau gak jadi..." Belum sempat Riri melanjutkan perkataan'nya, Rara muncul dan langsung menarik tangan Riri untuk pergi menjauh dari pria tersebut.

....

"Lo ngapain si?" sewot Rara.

"Apanya?"

"LO TADI NGAPAIN?" bentak Rara. Ia sudah merasa tidak tahan dengan sikap adiknya yang berlebihan itu, sebab adiknya yang satu itu benar-benar memerlukan pembelajaran berharga agar tidak menjatuhkan hargadiri di hadapan pria.

"Nyatain cinta," jawab Riri cuek sambil tersenyum kikuk.

"Malah senyum-senyum lagi lo! Dengerin gue, jangan ngejar cowok, lo bisa di injek-injek Ri."

"Tapikan Riri bukan KARPET yang bisa di injek. Riri manusia, mana bisa Arganta injek Riri, lagian Riri gede, kaki'nya Arganta juga gak segede kako gajah, jadi gak bisa injek Riri."

Bicara dengan gadis seperti Riri memang melelahkan, sebab segalak apapun Rara menasehati tetap saja gadis satu itu tidak akan mengerti terkecuali sudah merasakan sendiri bagaimana penyesalan'nya. "RIRI DENGERIN GUE, GUE KAKAK LO. UDAH BERKALI-KALI KAN LO DI SAKITIN MULU, SAMPE KAPAN?NUNGGU YANG SUNGGUH-SUNG---"

"Sutt berisik Rara. Kamu juga jomblo kan? Sampe kapan?"

Rara diam seribu bahasa, sungguh Riri benar-benar menyebalkan. Daripada bicara dengan manusia seperti Riri namun tak bisa di mengerti, lebih baik dirinya pergi saja dari hadapan adik gila'nya itu. "Serah lo!" kesalnya.

Riri tersenyum senang karna merasa dirinya menang atas perdebatan tidak penting menurutnya itu.

....

"Sialan, cewek tadi bener-bener bikin gue gak fokus nyari si bajingan Tio!" Geram Arganta kesal dengan mengepalkan tangannya emosi. Kini ia sudah berubah menjadi wujud yang sebenarnya. Walaupun pocong, tapi sungguh Arganta adalah pocong tertampan dari banyaknya pocong-pocong yang ada di dunia pergaib-an.

"WOI BROTHERRRR!" seru ketiga temannya, siapa lagi jikalau bukan Agil, Raja dan Gobang. Ketiganya meloncat-loncat mirip seperti pocong--karna memang pocong!

"Ada apa gerangan brother?" tanya Raja sambil memukul bahu Arganta kasar.

"Niat gue nyari si Tio bajingan, gue malah di goda manusia"

"ANJAYANI, KENAPA JADI MANUSIA GODAIN SETAN? KAGA KEBOLAK?" heboh Agil.

"Kebalik cong!" Revisi Gobang.

"Iya itu maksudnya."

Entahlah Arganta sendiri bingung, mengapa dirinya yang di goda? Sementara seharusnya tugasnya menggoda jatuh kepada syaiton dan syaitonah.

"Riri namanya." tiba-tiba saja Arganta menyebutkan nama gadis yang menurutnya menyebalkan itu. Hingga kini membuat dahi kawan-kawannya itu mengkerut bingung, sebab mereka tidak mempertanyakan sama sekali.

"Kita gak nanya!" kata mereka bersamaan.

"Gue tau pasti kalian mau nanya" tak ingin kalah bicara, maka Arganta menyanggah ucapannya.

"Gak juga." Lagi-lagi mereka bicara secara bersamaan.

"Kalau tiba-tiba lu nyebut namanya, artinya lu lagi mikirin dia" ucap Gobang sok tahu.

"CIYEHHHHH.." Agil dan Raja malah meledek seolah menuding Arganta sedang mabuk asmara.

Arganta melirik ketiga temannya itu dengan wajah terheran, memangnya pocong bisa mabuk asmara? Kalau mabuk kemenyan sih bisa, tapi mabuk asmara? Ah rasanya tidak mungkin. Begitu pikirnya.







Untuk para readers tercintah yang setia baca :

Untuk para readers tercintah yang setia baca :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SAD GHOST 7 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang