Chapter 1 || Surrogate Mother

2.5K 479 248
                                    

Feedbacknya bagus di prolog, jadi aku update lagi nih. Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya♡


"Wow, gadis cantik dari mana ini? Coba lemparkan alamat KakaoTalk mu."

Jungkook membulatkan bibir dramatis saat menyadari rambut panjang Ahrin telah dipotong rapi sebahu. Tidak terlalu pendek, untungnya masih bisa menyembunyikan leher jenjang gadis itu sehingga Jungkook tidak perlu mempersiapkan segenggam mental untuk tidak menatap leher jenjangnya dengan lapar. Namun sial sekali, potongan rambut barunya sukses mencuri perhatian setiap orang, termasuk dirinya sendiri. Terlepas dari keningnya yang selebar lapangan tenis, Ahrin terlihat lebih segar dan juga agak manis? Tidak. Tidak. Tapi manis sekali.

"Kau baru menyadari? Padahal sejak pagi aku sudah ada di sini. Seperti ini."

Menarik kursi kosong milik Taeyong yang berada tepat di sebelah kubikel Ahrin, si ketua divisi duduk untuk turut memperhatikan layar komputer sebelum menyahut, "tadi pagi aku datang terlambat, jadi tidak sempat melirik sekitar." Menaruh dua botol susu pisang di atas meja, Jungkook menatap jam di pergelangan tangannya lalu bertanya, "tidak pergi ke kantin?"

"Tidak lapar." Meski perutnya sejak tadi memberontak. Ahrin sempat bersorak di dalam hati ketika Jungkook membawakan dua botol susu yang setidaknya bisa mengganjal perut sampai jam pulang nanti. "Kau tidak pergi ke kantin?"

Jungkook menghela napas kemudiam menjatuhkan punggung pada sandaran kursi. "Kalau pacarku tidak pergi ya aku juga tidak."

"Berhenti memanggilku seperti itu, bodoh." Memutar kepala, melirik sekitar. Ahrin mulai merasa risih saat para anggota yang ada di sana mulai berbisik-bisik sembari menatap mereka, terutama pada para gadis yang menamakan diri sebagai penggemar sang ketua divisi. "Pergi sana! Tidak lapar memangnya?"

Tidak heran, sih kalau orang bodoh ini memiliki segunung penggemar di sana-sini. Selain memiliki posisi tertinggi di ruangan ini, wajah tampan serta tubuh seksinya selalu menjadi dambaan, ditambah kepribadian yang menyenangkan dapat berbaur bersama siapa saja. Tetapi tetap saja di mata Ahrin, Jungkook tidak lebih dari sekedar bocah bau matahari yang memiliki hobi gila memasukan angin kentutnya ke dalam pelastik bening untuk dipecahkan tepat di depan wajahnya. Berteman sejak remaja membuat Jungkook seperti tidak pernah tumbuh di mata Ahrin, tetap menjadi teman menyebalkan yang selalu mengekorinya ke mana saja layaknya seorang bodyguard sekaligus tukang pukul para mantan kalau tak sengaja menyakitinya.

Membawa kursi beroda kian mendekat, Jungkook menumpu dagu di atas meja untuk menatap sisi wajah Ahrin lamat-lamat. "Lapar, sih. Tapi biarkan aku melihat wajah pacarku sedikit lebih lama."

Melirik Jungkook sekilas. "Tolong mengantre, aku masih belum putus bersama Lee Seokjin."

Jawaban tersebut berhasil mengukir senyum paling menyebalkan di wajahnya. "Tetaplah menghayal demi menyenangkan diri sendiri."

Berbicara tentang Lee Seokjin, Ahrin jadi mengingat kejadian sial beberapa hari lalu. Sejujurnya hari ini ia harus pergi ke ruangan Taehyung menepati janji temu, tetapi Ahrin tetap gadis biasa yang tidak memiliki nyali sebesar itu kalau di pertemuan pertama saja sudah disodorkan obat penahan ereksi. Sungguh, Ahrin hanya gadis normal yang sebisa mungkin menghindari hal melenceng apalagi terlibat bersama lelaki sebrengsek Gwan Taehyung.

Jadi, ia hanya bisa menyenbunyikan diri di sini seraya menatap penuh kesal pada Jimin sesekali dari balik meja kerja. Bagaimana bisa pria cerewet itu menumbalkan teman demi istrinya? Lihat, bahkan wajah ceriwisnya menghilang terganti dengan raut kusam tak bergairah, Jimin pasti merasa bersalah. Biarkan saja. Biarkan rasa bersalah menerornya seperti penagih hutang dari aplikasi pinjaman online.

SURROGACYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang