Hai, selamat malam. Bagaimana kabar kalian? Ada yang masih nungguin cerita ini ngga? Coba hype di komen ya biar aku tau seberapa antusias kalian.
Maaf kalau chapter ini sedikit berantakan, aku mendadak kehilangan kemampuan nulisku setelah hiatus berbulan-bulan. Anggap aja test drive. Hehe
"Aku tidak mau diperawani oleh teropong dokter."
Untuk beberapa saat, keduanya terdiam sejenak seperti orang bodoh yang mendadak kikuk kehabisan kata. Ahrin hanya bisa meremat kedua jemari erat-erat seraya menunduk menatap kedua ujung sepatu mereka kala Taehyung tak kunjung menimpali perkataan terakhirnya.
Tersenyum miring, Taehyung melipat kedua tangan di depan dada. Terlihat mengintimidasi saat bertanya memastikan, "kau mau aku yang megambilnya?"
"Hah?" Ahrin lantas mendongak penuh tanya.
"Are you still a virgin, rigt?" Ada jeda sejenak. "Tiga menit yang lalu kau memintaku untuk melakukannya secara manual."
Ahrin yakin sekali kini wajahnya terlihat seperti orang idiot saat tangannya mendadak terangkat menebas-nebas udara tepat di depan mereka. "Tidak. Tidak. Tidak. Maksudku... Maksudku..."
Sialan. Mengapa segala perkataan dalam dada hanya sampai di kerongkongan? Semua deretan kata seakan buyar di dalam kepala sehingga Ahrin kesulitan untuk berkata hanya karena sorot mata Taehyung terkesan sedang mengejeknya secara terang-terangan. "Maksudku... Aku akan melakukannya dulu bersama orang yang aku suka."
Menyerahkan keperawanan kepada orang yang disukai bukan termasuk ke dalam hal kolot, bukan? Ahrin yakin sekali sembilan puluh persen wanita di luar sana pasti setuju dengan pemikirannya.
"Ah..." Taehyung mengangguk seakan mengerti, menegakan punggung sembari memasukan kedua tangan ke dalam saku celana. Terlihat jauh lebih santai daripada sebelumnya. "Kau punya pacar?"
Si gadis mengangkat bahu lalu menjawab, "Tidak juga."
Menarik napas jengah, meggaruk ujung alis yang tak gatal sama sekali sementara wajahnya mulai sedikit keruh bak sepetak kolam ikan yang perlahan tercemar. Taehyung mulai kehabisan akal menghadapi gadis serba rumit macam Song Ahrin apalagi dalam suasana mood yang terlanjur kacau. "Lalu, apa rencanamu?"
"Tidak tahu."
"Hah... Terserah." Entah berapa kali ia menarik napas saat mengahadapi orang ini. "Terserah kau saja." Cukup sampai di sini batas kesabarannya. Taehyung berbalik pergi sebab terlalu malas melihat wajah menjengkelkan sang gadis di sana, kemudian berujar tanpa sekalipun menoleh menatap pada Ahrin yang masih terpaku menunggu jawabannya. "Aku memberimu waktu dua minggu. Kalau lebih dari itu, aku akan membatalkan kontrakmu dan menanggih biaya perbaikan mobilku."
Belum sempat Ahrin menjawab, pada langkah ke lima, lelaki itu menadak berbalik sambil menggoyangkan jari telunjuk memberi peringatan singkat. "Oh ya, dan jangan lupa pakai pengaman."
Suasana di lapangan tenis indoor tepat pada pukul sembilan malam di kawasan apartemen Jungkook cukup sepi. Entah karena apartemen itu tergolong ke dalam apartemen elit sehingga sebagian penghuni di sini kesulitan bersosialisasi atau memang mereka memilih beristirahat di dalam rumah sebab besok masih termasuk ke dalam hari kerja.
Rupanya hanya kedua orang bodoh ini yang mau bersusah payah bermain tenis selepas jam kantor berakhir, padahal mereka tahu bahwa berolahraga pada weekdays cukup melelahkan juga. Alih-alih mengumpulkan tenaga, Jungkook malah memaksa Ahrin berlatih tenis di dekat kediamannya.
"Aku mau istirahat." Untung saja Ahrin tidak melempar raket secara brutal karena Jungkook seolah tak memberinya jeda. Beberapa kali sengaja melempar bola mengenai beberapa bagian tubuhnya hanya karena ingin menggoda. Sepertinya, cuma Ahrin yang benar-benar serius bermain tenis di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGACY
أدب الهواةTiba pada hari sialan yang tak pernah Ahrin duga, tentang kecelakaan mobil mewah yang mengubah setengah dari hidupnya. Membawa takdirnya melenceng dari garis lurus, terlebih ketika ia tidak punya jaminan apapun untuk membayar semua kerusakan kendara...