Siapa nih yang kangen sama book ini? Yuk, vote dan komen sebanyak-banyaknya agar aku cepat update lagi...
Ingin tahu nama kontak Jimin di ponsel Ahrin?
Pecundang bermulut besar.
Harusnya tidak salah sih, mengingat Jimin yang kerap membawa gosip ke ruangan ini, Ahrin selalu mengingiat wajahnya yang mendadak berubah julid setiap kali membicarakan keburukan orang lain, seperti ibu-ibu yang gemar bergerombol di teras rumah tetangganya. Maka dari itu Ahrin malas sekali berjalan melintasi mereka, ia lebih senang memutar jalan lebih jauh hanya untuk menghidari para gerombolan penghantar berita, seusainya melintas, Ahrin yakin para ibu-ibu itu pasti membicarakannya.
Jimin dan para tetangganya tidak jauh berbeda, buktinya pada hari ini, saat sepuluh menit menuju waktu istirahat, semua orang sedang bersiap menghentikan sejenak pekerjaan mereka, tahu-tahu Jimin menceletuk, "tadi pagi aku melihat Gwan Taehyung seperti orang gila."
Jungkook lantas menyahut, "bukannya akhir-akhir ini dia terlihat sedikit berbeda?"
"Benar juga." Eunji membenarkan. "Tidak ada lagi aura kematian yang menguar di sekelilingnya."
"Betul. Kini kulitku tidak merinding setiap kali berpapasan dengannya." Taeyong bergabung pada percakapan mereka.
"Tahu Minyoung? Sekretaris Gwan Taehyung tahun lalu?" Di sana, Eunji menatap satu persatu teman satu divisi yang terlihat fokus menyimak pembicaraan ini.
"Gadis dengan dahi seluas lapangan bola?" Jika menanyakan seorang gadis, Jungkook memang ahlinya.
Mengangguk sekilas. "Teman kampusku. Dia resign dua bulan setelah di terima kerja menjadi sekretaris Gwan Taehyung, padahal dia telah menanggur selama satu tahun dan langsung di terima dengan gaji lumayan besar. Menurut kalian, mengapa Minyoung mengundurkan diri?"
"Karena Gwan Taehyung melecehkannya?"
Ahrin tidak tahan lagi, hingga tanpa sadar menggebrak meja dan nyaris melempar pot bunga pada bibir tebal Cho Jimin yang selalu berkata seenaknya. "Jaga bicaramu, Idiot!"
"Tidak. Tidak." Melihat Ahrin yang hendak menelan Jimin bulat-bulat, Eunji segera melerai dengan melanjutkan pembicaraan semula. "Selama dua bulan, pekerjaanya selalu di kritik habis-habisan, dimarahi, diberi pekerjaan terus menerus tapi yang dikerjakannya selalu salah, sepulang kerja dia menangis hampir setiap malam hingga trauma bangun di pagi hari."
"Kasihan sekali." Taeyong berempati. "Pasti baginya setiap hari terasa seperti hari senin."
"Tapi beberapa waktu terakhir dia tidak sekejam itu, kok." Yoona yang sedari tadi menyimak kini ikut berpendapat. "Dia bahkan membalas sapaanku saat berpapasan di dalam lift."
Jungkook menyahut, "kira-kira kenapa dia mendadak seperti itu?
"Jika orang mendadak baik tanpa sebab, biasanya hidupnya tidak akan lama lagi."
Mengusap bibir bawah dengan satu telunjuk, Jimin terlihat berpikir sebelum mengudarakan pendapatnya. "Mungkinkah dia berubah jinak karena sudah menemukan pawangnya?"
"Memang siapa orang bodoh yang berani masuk ke dalam kandang singa." Taeyong terkekeh pelan seraya mematikan laptopnya.
Kekehan mereka berhenti kala seorang kurir pengantar makanan berhenti di ambang pintu seraya membawa lima kotak pizza.
"Untuk Nona Ahrin?"
Ahrin sontak nengerutkan dahi heran. Ia tidak merasa memesan pizza apalagi dalam porsi sebanyak itu hanya demi membungkam mulut sialan mereka semua. "Tapi, aku tidak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGACY
FanfictionTiba pada hari sialan yang tak pernah Ahrin duga, tentang kecelakaan mobil mewah yang mengubah setengah dari hidupnya. Membawa takdirnya melenceng dari garis lurus, terlebih ketika ia tidak punya jaminan apapun untuk membayar semua kerusakan kendara...