Kalau aku update jam segini berarti aman dibaca ya! Jangan lupa tinggalkan komen dan like juga. See u di chapter selanjutnya🤍
Cahaya matahari perlahan merangkak naik melalui jendela kaca yang tak lagi tertutup tirai. Taehyung mengerjap, menyesuaikan kilauan cahaya menerobos mata, menyinari Pagi yang cerah untuk kembali memulai hari seperti biasa. Hingga beberapa sekon kemudian matanya mendadak terbuka lebar-lebar, tubuhnya bangkit secara spontan tak peduli rasa pusing sontak menjalari kepala.
Untuk sesaat, ia sempat lupa semalam Ahrin menemaninya di sini. Bahkan tidak hanya menemani, mereka saling memakan satu sama lain di kasur ini. Maka dengan langkah setengah limbung, mengabaikan pening yang mendadak bertalu-talu, Taehyung mengetuk pintu kamar mandi. Tetapi hasilnya nihil, Ahrin tidak ada di manapun. Ruangan ini kosong, bahkan handuk yang gadis itu kenakan semalam telah teronggok rapi di dalam keranjang cucian kotor.
Tentu, Taehyung mengingat kelewat jelas kejadian itu, kejadian yang mampu membuatnya enggan pergi ke kantor untuk pertama kali sepanjang tahun ini. Mengambil satu hari jatah cuti tahunan rasanya tak terlalu buruk. Mungkin ia akan berkunjung ke rumah ibu untuk mambawa anaknya pergi ke taman hiburan meski bukan di akhir pekan.
Bersamaan dengan tubuhnya yang kembali merebah, getaran ponsel menyita perhatiannya sejenak. Ada nama Namjoon tertulis di sana, sesaat Taehyung berpikir untuk menekan icon hijau atau mendial panggilan tersebut, namun Namjoon bukan jenis orang yang gampang menyerah begitu saja, panggilannya pasti kembali berdering tak berselang lama sebelum Taehyung benar-benar menerimanya.
"Kau telat dua menit."
Menguap lebar hingga ujung matanya berair, Taehyung menukas agak malas. "Aku tidak akan masuk hari ini."
"Besar juga nyalimu." Di seberang sana, Namjoon mengudarakan tawa sekilas. "Aku tahu kau sedang patah hati dan dalam tahap penyembuhan diri, tapi melewatkan audit yang hanya terjadi selama satu tahun sekali terdengar cukup gila. Memangnya kau siap dimarahi habis-habisan setelah ini?"
"Kepalaku pusing sekali." Suaranya dibuat seberat batu, ia pura-pura terbatuk untuk meyakinkan aktingnya pada sang lawan bicara. "Sepertinya aku terserang flu."
"Selagi tidak terbaring di ranjang rumah sakit kau harus hadir."
Tidak ada gunanya berbohong pada Namjoon, pria itu sulit sekali dibohongi. Setelah berteman cukup lama, Namjoon tahu Taehyung bukan tipikal orang yang sering kali gemar menunda-nunda pekerjaan apalagi mengesampingkan urusan sekalipun untuk kesehatannya sendiri.
Dulu sekali, Namjoon pernah mengantar Taehyung yang nyaris pingsan akibat kelelahan tak pulang selama berhari-hari, mengabaikan suhunya yang merangkak semakin tinggi demi mempersiapkan laporan keuangan tahunan dengan deadline yang mepet sekali. Jadi, katika Taehyung beralasan terserang flu ringan dan ia hendak mengajukan cuti, jelas tak bisa dipercaya. Enak saja ingin menumbalkan temannya sendiri.
"Silahkan bersiap-siap sebelum aku benar-benar datang untuk menyeretmu ke sini."
Taehyung bukan pecundang, ia tahu itu. Dulu, saat ia berada di titik paling rendah, saat ia dibohongi, saat punggung Nara berbalik pergi, alih-alih mengambil libur panjang untuk menenangkan diri, lebih baik menghadapi masalah meski seringkali kewalahan sendiri. Taehyung menghabiskan waktunya untuk bekerja hingga nyaris gila sebab kabur bukan solusi. Namun entah mengapa hari ini Taehyung bersikap seperti pengecut, tidak ingin bertemu dengan Ahrin dan memilih untuk bersembunyi.
Padahal sejauh Taehyung bisa mengingat, ia belum pernah bertemu dengan Ahrin sebelum kejadian nahas hari itu, tetapi semesta seolah tak berpihak padanya hari ini. Baru beberapa jam lalu ia berharap tak bertemu dengan Ahrin setidaknya untuk beberapa waktu, tatapi detik ini bersamaan dengan Taehyung yang hendak memasuki basement, ia melihat si gadis berlarian menuju gedung kantor seraya memeluk map di tangan kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGACY
FanfictionTiba pada hari sialan yang tak pernah Ahrin duga, tentang kecelakaan mobil mewah yang mengubah setengah dari hidupnya. Membawa takdirnya melenceng dari garis lurus, terlebih ketika ia tidak punya jaminan apapun untuk membayar semua kerusakan kendara...