Chapter 6 || Perbaikan

1.3K 298 321
                                    

Hai, malam semuanya!
Lama banget ya gak mampir ke lapak ini. Ada yang nungguin gak? Aku balik karena kalian yang berusaha nyariin kabar di wall wattpadku, kirim dm dan beberapa orang yang bom komen di chapter2 terkahir. Maaf gak bisa balas, tapi aku baca satu persatu, makasi ya. Meskipun belum maksimal tapi aku masih berusaha buat bikin cerita ini kembali hidup. Semoga suka🤍






"Hah?"

Oh, terkutuk lah Song Ahrin dengan otak luar biasa lemot itu. Tapi, tidak, tidak. Sepertinya dia hanya tidak percaya dan terlalu sulit mencerna semuanya. Gwan Taehyung terlalu gila, bagaimana bisa lelaki itu menyimpan benda menjijikan di dalam laci meja kerjanya?

Sebenarnya, seperti apa orang ini? Alih-alih tergiur oleh tumpukan uang yang sedang mengantre masuk ke dalam rekeningnya, Ahrin justru lebih penasaran dengan apa yang Taehyung rencanakan. Apa diam-diam Taehyung juga menyimpan meriam di dalam saku celana hingga bukan hanya melubangi selatannya saja, tetapi Taehyung juga bersiap melubangi kepalanya kalau Ahrin tiba-tiba berontak?

Wah, bisa saja. Orang ini terlalu mengejutkan.

"Jangan membuang-buang waktu." Mengetuk-ngetuk dildo di atas meja, sampai suara ketukan tersebut berhasil mengirimkan teror bagi Ahrin yang kini berusaha merapatkan kedua pahanya. "Pilih salah satu. Datang kesini atau ku telpon Ok Namjoon untuk melubangimu."

Memejamkan mata sesaat, Ahrin bergumam pelan, "Shit."

Taehyung sontak mengerutkan dahi. "Kau mengumpat?"

Kini Ahrin mengerti mengapa setengah orang di perusahaan tidak menyukai orang ini. Pemaksa, tidak sabaran dan gemar sekali mengintimidasi. Tapi apa gunanya wajah tampan dan galak itu kalau burungnya saja tidak bisa berdiri? Dasar lelaki tidak pernah diberi jatah, suka sensi.

"Memang tidak sayang ya mengeluarkan uang banyak untuk benda seperti itu? Kenapa kau tidak mencari wanita yang sudah pernah menikah atau janda dan semacamnya? Kenapa harus aku? Tidak mungkin karena hutang saja. Beri aku penjelasan, Mr Gwan." Akhirnya, pertanyaan yang menumpuk dalam kepala memang harus dikeluarkan satu persatu. Ahrin punya hak untuk bertanya, selagi Taehyung masih ngotot meminta bantuannya.

Menghela napas panjang, menaruh dildo asal kemudian menjatuhkan punggung pada sandaran kursi. Taehyung merogoh rokok elektrik di dalam saku celana untuk menghirupnya kuat-kuat sebelum melepaskan banyak sekali asap menuju udara. "Karena kau sudah terlanjur mengetahui banyak. Orang-orang di luar sana tidak tahu aku impoten."

Sial, Ahrin terlanjur berkata pada orang-orang di kafetaria beberapa saat lalu. Diam-diam Ahrin berdoa Taehyung tidak mendengar bagian krusial itu.

"Aku tahu, penyakitmu terlalu tabu untuk digembar-gemborkan, bukan? Sampai-sampai kau diam saja saat banyak orang di luar sana membicarakan hal yang tidak-tidak tentangmu. Kau tidak mungkin mengutarakan pembelaan dengan taruhan menjatuhkan harga dirimu sendiri."

Menilik dari gestur tubuh serta nada bicara yang mendadak santai, Ahrin tahu bahwa sekarang saat yang sangat tepat untuk menggali informasi lebih banyak. Kaki jenjangnya perlahan berjalan mendekati meja kerja sang atasan sembari menyeret satu kursi kosong yang tak jauh dari sana, duduk berhadapan, Ahrin melupakan sejenak status di antara mereka dan memperlakukan Taehyung layaknya seorang teman. "Tapi Mr.Gwan, menurut jurnal yang kubaca, kau pasti bisa mengurangi sedikit gejala dengan melakukan terapi, konseling atau semacamnya."

Melirik melalui ujung mata, Taehyung tersenyum sarkas saat mengatakan, "bagaimana bisa kau tahu saat kau tidak memilikinya."

Kalau saja Taehyung tidak sedang terhipnotis oleh topik pembicaraan mereka, beliau pasti akan melotot kala Ahrin refleks menepuk bahunya pelan persis seperti memperlakukan teman. "Hei, aku tahu meski aku tidak memiliki itu." Tatapan sang gadis berpindah cepat menunjuk selangkangan Taehyung melalui sorot mata, memberi kode sederhana.

SURROGACYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang