"Rata-rata bayaran ibu pengganti di Amerika Serikat seharga 100.000$, di India 47.350$ , di Thailand 52.000$ , di Ukraina 49.950$, di Georgia 49.950$ dan di Meksiko 45.000$." Tahyung menumpu kedua tangan dengan jemari menyatu di atas meja. Menatap tepat pada sekembar iris sang gadis tanpa seulas ekspresi berarti selain kesungguhan yang terpancar melalui netra. Mengeja setiap kata seakan-akan penggalan tersebut bercokol kuat dalam kepala.
"Karena praktik surogasi di Korea Selatan masih tergolong ilegal, aku akan membayarmu sedikit lebih banyak untuk mengganti risiko. Setelah dikalkulasikan dengan rata-rata pendapatan, menyesuaikan taraf hidup serta dipotong biaya derek juga perbaikan mobilku, aku akan membayarmu 89.991$. Silahkan hitung dalam jumlah won sendiri."
Tak heran kalau-kalau pria itu bisa merebut salah satu kursi pada jajaran elit milik Corporate Suite di usia masih terbilang cukup muda. Pikirannya maju selangkah lebih depan. Perkiraannya jarang meleset. Pergerakannya tertata namun tetap gesit layaknya seekor srigala. Siapa sangka orang yang paling dihindari hampir satu kantor karena sikap perfeksionis paling gila malah orang yang paling disukai oleh jajaran ketua direksi sebab kinerjanya luar biasa? Namun kegilaannya terhadap logika malah semakin melupakan bahwa orang disekitarnya masih tetap manusia biasa. Bukan robot apalagi tentara berkuda yang bisa melakukan apa saja.
"Gila." Ahrin nyaris melupakan dimana posisinya saat mendengar penuturan Taehyung yang terdengar agak memaksa. Mengesampingkan sejenak tentang dunia kerja dan segala rupa tawaran menggiurkan, menggoda, berbisik-bisik seperti ada ribuan setan dalam kepala yang mendesak untuk mengatakan iya. Mencoba berpatokan pada harga diri yang telah dijunjung tinggi-tinggi setelah sekian lama. Ahrin memang ingin kaya, tapi bukan berarti harus menjual harga dirinya.
Bahkan ketika hentakkan kaki si gadis yang kian menjauh sebagai satu-satunya jawaban dari permintaan konyol itu, Taehyung masih bertahan dalam posisi, bersikap tenang sembari menambahkan, "Ditambah bonus 20.000$ kalau kau melahirkan anak laki-laki, satu buah apartemen kalau kau berhasil melahirkan anakku dengan sehat dan selamat, juga sebuah mobil BMW X5 kalau kau bersedia merawat sekaligus memberinya ASI ekslusif selama enam bulan."
Pertengkaran antara kebutuhan dan harga diri berlangsung sengit dalam dada. Setiap langkah terasa semakin berat kala Taehyung meminta tanpa sekalipun terlihat menjatuhkan harga dirinya. Dalam kasus ini, Ahrin memang pihak yang dibutuhkan sekaligus pihak yang paling merasa terhina. Menghembuskan napas berat, langkah kaki mendadak berhenti ketika sepasang kakinya tak bisa diajak berkompromi. Setelah hampir satu tahun tak ada ganti, sol sepatunya telah mencapai limit hingga sukses terlepas kalau saja Ahrin memaksa melangkahkan kaki keluar dari sini.
Ahrin memutar badan seraya berujar setengah tidak percaya. "Gwan Taehyung, yang benar saja?"
Kini Taehyung tidak lagi menatap punggung Ahrin. Pria itu sibuk terfokus pada beberapa dokumen yang ditumpuk di atas meja, memilah-memilah beberapa sebelum membukanya, lalu menjawab tanpa sedetikpun mengalihkan perhatian dari sana. "Belakangan aku juga mendengar kalau gajimu sebagian dihabiskan untuk membiayai kemoterapi ayahmu setiap bulan. Jika kau bersedia menerima tawaran ini, aku akan memindahkan pengobatan beliau menuju AMC dan akan membiayai ayahmu sampai sembuh total."
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGACY
FanfictionTiba pada hari sialan yang tak pernah Ahrin duga, tentang kecelakaan mobil mewah yang mengubah setengah dari hidupnya. Membawa takdirnya melenceng dari garis lurus, terlebih ketika ia tidak punya jaminan apapun untuk membayar semua kerusakan kendara...