Chapter ini cukup panjang. Yuk, jangan lupa vote dan hype di kolom komentar agar cerita ini cepat berlanjut. Selamat membaca💜
"Jadi... apa dia alasan yang membuatmu terlihat ragu saat aku mengajakmu makan ramyeon di sini?"
Jungkook mengangguk kecil. Memutar tatap menuju seseorang yang dengan santainya memangku kaki di atas sofa, kemudian menatap Ahrin lagi entah sudah berapa kali.
"Mengapa kalian hanya diam di sana? Tidak berniat masuk?" Gadis bertubuh mungil tersebut tiga tahun lebih muda dari Ahrin. Berambut cokelat gelap sebahu terbalut dress berwarna kuning cerah, menonjolkan pinggang ramping terlihat begitu percaya diri saat berjalan menghampiri keduanya yang masih betah terdiam di ambang pintu, seraya menenteng selembar handuk wajah untuk Jungkook. "Kau berkeringat sekali. Ingin mandi atau makan dulu?"
Jungkook tak bisa mengendalikan kedua netranya hingga ia kembali menatap Ahrin lagi dan lagi seolah turut meminta persetujuan. "Mandi saja."
Entah mengapa diamnya Ahrin serta gugupnya Jungkook membuat suasana di ruangan ini mendadak canggung sekali.
"Baiklah. Aku siapkan airnya kalau begitu." Wanita tersebut mengalihkan pandangan menuju Ahrin sembari tersenyum lembut sebelum kembali menukas, "kau boleh menunggu di ruang makan lebih dulu, Ahrin. Tidak lama kok, aku akan segera kembali. Jungkook, beri Ahrin cola, ya!"
Cih, laganya seperti pemilik rumah saja.
Tatakala suara langkah kaki terdengar kian menjauh kemudian menghilang di balik pintu, mereka masih terpaku. Ahrin segera melesatkan tatapan sinis melalui ujung mata menyorot Jungkook yang terlihat jauh lebih gugup persis seperti anak kecil sedang tertangkap basah mencuri setoples permen cokelat di toko kelontong.
"Jelaskan padaku!" Desis Ahrin penuh penekanan. "Apa yang terjadi padamu dan Haeun? Mengapa kau mau-mau saja memungut gadis genit itu?"
Menggaruk belakang kepala, menggigit bibir bawah sementara kesepuluh jemari kakinya menekuk di dalam sandal rumah, jelas sekali Jungkook terlihat serba salah. "Yah... Seperti yang kau lihat. Kami berkencan bulan lalu dan memutuskan tinggal bersama baru-baru ini."
Berkencan? Bersama Shin Haeun? Tidak. Tidak. Ini pasti mimpi, kan? Mana Mungkin Jungkook mau berkencan bersama seorang gadis sok lugu yang nyaris dibenci setengah dari pegawai di kantor mereka karena diam-diam telah mengencani Jang Hoseok di belakang istrinya. Yang benar saja, dia itu perusak rumah tangga orang!
"Berapa lama kita berteman? Kau tidak berniat menceritakannya padaku? Kenapa gadis itu? Kenapa harus Shin Haeun? Kenapa secepat ini memutuskan tinggal bersama? Kau bodoh atau bagaimana?"
Jantungnya mulai berdebar, telinganya berdengung nyaris menulikan segala rupa bentuk suara. Ahrin mulai merasa sensasi panas menerjang kelopak mata disertai rasa menyengat pada tulang hidungnya. Gawat, sepertinya tak lama lagi hujan akan segera tiba.
"Aku ingin sekali menceritakannya padamu, tapi Haeun ingin kami menyembunyikan hubungan ini beberapa waktu." Menggaruk alis kiri sedikit kikuk, Jungkook melanjutkan setengah berbisik, "Kami berkencan satu minggu setelah Haeun putus dari Jang Hoseok."
"Kalian masih ada di sana?" Haeun menatap kedua orang itu secara bergantian sebelum berjalan menuju dapur tanpa ambil pusing mengapa raut wajah mereka mendadak berubah seperti dua orang asing yang secara kebetulan dipertemukan dalam satu rumah. "Jung, air dan piyamamu telah aku siapkan."
Mereka berdua menatap punggung Haeun yang berjalan melenggak lenggokan tubuhnya. 1% terlihat gemulai, 99% terlihat menjijikan di mata Ahrin.
"Tadi kau bertanya alasan mengapa aku menyukai Haeun?" Jungkook menunjuk bagian belakang gadis di sana menggunakan dagunya. "Karena dada dan bokongnya besar. Mungkin..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGACY
FanfictionTiba pada hari sialan yang tak pernah Ahrin duga, tentang kecelakaan mobil mewah yang mengubah setengah dari hidupnya. Membawa takdirnya melenceng dari garis lurus, terlebih ketika ia tidak punya jaminan apapun untuk membayar semua kerusakan kendara...