200 vote dan 200 komen untuk buka chapter selanjutnya.
Sudah berapa lama, ya mereka saling mengenal? Mungkin tiga bulan atau lebih? Entahlah, Ahrin tak menandai pertemuan pertamanya dengan Taehyung di kalender.
Jawaban untuk orang tua Taehyung pun masih menggantung, mereka disibukan oleh pekerjaan masing-masing hingga tak sadar telah seberapa banyak jarak yang telah dipangkas sampai pulang dan pergi kantor bersama-sama nyaris setiap hari.
Semua terjadi begitu saja, sama seperti hari ini. Saat Ahrin berencana datang ke ruangan Taehyung untuk pulang bersama, dimana satu demi satu para pegawai telah pulang menuju rumah mereka, si gadis diam-diam mengendap-endap menuju ruangan atasannya setelah memastikan seluruh kantor telah sepi.
"Kau seperti pencuri."
Jantungnya terhenyak bukan main. Ahrin lantas menoleh ke belakang, mendapati Taehyung baru pulang dari pantry seraya menenteng satu gelas kopi. Taehyung tak sengaja menemukan Ahrin yang tengah celingak-celinguk, kepalanya berputar kesana-kemari tepat di depan lift yang baru saja berehenti.
"Bisa bahaya jika sampai ada orang yang melihat kita pulang bersama."
"Tidak ada orang di sini." Mengendikan bahu sekilas, Taehyung lantas masuk ke dalam lift lalu menekan tombol menuju basemen. "Lagipula apa salahnya jika kita terlihat bersama? Kau seorang gadis dan aku hendak bercerai bersama istriku. Melihat gelagatmu yang mencurigakan, justru membuat orang-orang berasumsi negatif jika mereka tahu."
"Tentu saja tidak salah dimatamu, tapi berbeda jika kau berada diposisiku." Ahrin melipat kedua tangannya di depan dada. "Bagaimana tanggapan orang lain jika pegawai biasa sepertiku ketahuan dekat dengan salah satu Chief di kantor ini? Mereka pasti akan melesatkan tatapan penuh penilaian sembari membicarakanku, apalagi kau belum resmi berpisah dengan istrimu."
Meniup-niup kecil lalu menyuruput kopinya sedikit, Taehyung kemudian menjawab acuh. "Biarkan saja. Nanti juga mereka akan lelah sendiri."
Ahrin sontak mendelik tajam. Dasar menyebalkan.
Terlalu subuk dengan ketakutannya sendiri, Ahrin jadi mengabaikan harum aroma kopi yang menyebar di seluruh penjuru lift sampai kesadarannya kembali.
"Apa itu?" Tatapannya menghunus tajam pada kopi dalam genggaman sang lelaki.
Taehyung menyahut, "kopi."
Tanpa sadar Ahrin menghentakkan kakinya kesal. "Sudah kubilang kafein tidak baik untuk kesehatan Simb—"
"Draco," potong Taehyung cepat.
"Baik. Terserah siapapun namanya." Telapak tangannya terbuka di udara. "Cepat berikan kopimu padaku."
Secara refleks, Taehyung menjauhkan gelas dari jangkauan Ahrin. "Enak saja. Aku susah payah membuatnya sendiri."
Namun Ahrin tidak menyerah, ia menyambar cepat gelas kopi di genggaman Taehyung hingga setengahnya tumpah menuju lantai sementara sisanya diteguk sampai habis.
Taehyung mendadak berteriak panik. "Hei, itu panas!"
Beberapa detik kemudian Ahrin baru merasakan sensasi panas membakar di seluruh permukaan mulutnya. Menjatuhkan gelas secara sepontan sampai sisa kopi panas menumpahi dadanya, si gadis berteriak, "aw, panas!" Lidahnya menjulur keluar, matanya berkaca-kaca sembari mengipasi pengecapnya yang telah memerah sedikit melepuh. "Kenapa kau tidak memberi tahuku sejak tadi?!"
Bodoh.
Taehyung meringis seraya mengambil sapu tangan di dalam saku celananya. Membersihkan cairan kopi yang meninggalkan noda hitam di atas permukaan kemeja putih Ahrin, membuka beberapa kancing kemeja teratas hingga belahan payudara si gadis menyembul kepermukaan. Tanpa sadar, Taehyung menelan ludah kasar saat membersihkan sisa-sisa cairan kopi di sana sementara Ahrin sibuk mengipasi mulutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGACY
FanfictionTiba pada hari sialan yang tak pernah Ahrin duga, tentang kecelakaan mobil mewah yang mengubah setengah dari hidupnya. Membawa takdirnya melenceng dari garis lurus, terlebih ketika ia tidak punya jaminan apapun untuk membayar semua kerusakan kendara...