Chapter 8 || Berbeda

1.3K 272 357
                                    

Selamat berbuka bagi kalian yang menunaikan ibadah puasa!!!




Tak ada yang tahu isi dari kepala lelaki yang terkurung dalam ruangan itu, dia hanya membisu dan diam seperti batu untuk beberapa waktu. Sesekali Ahrin melintas, tidak ada tujuan sebenarnya, hanya melintas saja entah berpura-pura menuju taman indoor di ujung lorong atau bolak-balik ke dalam toilet di lantai ini hanya untuk melihat Taehyung dari balik kaca di ruangannya.

Dari banyaknya orang yang berlalu lalang di sana, agaknya tak ada yang menyadari keberadaan Ahrin yang sejak tadi lebih seperti keledai dungu di depan ruang atasan mereka. Berbeda jika itu Hwang Sarang si asisten COO yang seksi, dinding dalam kantor seolah memiliki mata dan telinga hingga bisa menyampaikan berita panas pada puluhan mulut yang bahkan tak tahu apa-apa. Sementara Ahrin? tentu saja mereka tidak peduli, lagipula Ahrin hanya kacung di perusahaan ini.

"Mau kopi?" Tahu-tahu Jungkook datang membawa dua cup kopi, berjalan mendekati meja Ahrin yang sedari tadi dibiarkan kosong sebab si empu terlalu sibuk memastikan sesuatu.

"Dasar pengkhianat, tadi sebelum pergi kau bilang akan mengambil kopi untukku." Jimin mendengus sebal. "Tidak tahu ya sejak tadi aku menunggumu."

"Ambil saja, Jim. Aku tidak mau." Alih-alih menjawab pertanyaan Jungkook, Ahrin memilih berbicara pada Jimin yang langsung dihadiahi senyum cerah dari lelaki itu.

"Terima kasih, Nona Song. Kau memang satu-satunya teman baikku." Ucapnya hiperbola, lalu beberapa sekon setelah itu Jimin lantas memicingkan mata, menatap curiga pada mereka berdua. "Hooo... Kalian bertengkar, ya? Semoga segera berbaikan, teman-teman. Aku sedang malas mendengar drama rumah tangga kalian."

Ahrin memutar bola mata bosan. Jangankan Jimin, dia pun malas melihat orang ini pergi tanpa bicara dan datang tanpa berkata apa-apa seolah semua berjalan terlalu mudah, seakan-akan kemarahan Ahrin bisa sirna hanya karena ia mendadak tak saling sapa.

"Wajahmu pucat sekali, kau juga tidak terlihat di kafetaria saat makan siang tadi." Mendaratkan punggung tangan di atas dahi yang langsung ditepis si gadis, Jungkook tak lantas menyerah, ia membungkuk untuk mensejajarkan wajah mereka lengkap dengan senyuman manis andalannya.

"Mau aku ambilkan teh hangat? Atau kakimu mau aku pijat? Aku melihatmu sering jogging akhir-akhir ini." Tanpa menunggu jawaban, lelaki itu berjongkok lalu meraba betis Ahrin hingga si pemilik kaki sontak tersentak merasakan sentuhan pada kulitnya.

"Sialan! bisa diam tidak?" Menggeram kecil, Ahrin menahan diri untuk tidak menempeleng kepala Jungkook lalu memuntahkan semua kekesalannya disini dan membiarkan semua orang menguping untuk dijadikan topik hangat sekaligus teman minum teh di kafetaria besok pagi.

"Masih marah, ya?" Jungkook menyeret kursi Ahrin semakin mendekat hingga hangat deru napasnya menyapu permukaan kulit paha si gadis yang terbuka. Tentu saja luput dari perhatian mereka yang ada di sana sebab tubuh besar Jungkook terhalang oleh meja.

"Kembali ke mejamu, Jungkook."

"Rupanya benar-benar marah, ya?" Bukan Jungkook namanya jika tidak menyebalkan. "Atau sakit?"

"Berisik!" Ahrin yakin sekali kalau ia sehat dan baik-baik saja. Wajahnya tidak pucat, suhu tubuhnya tidak meroket seperti orang terserang demam. Jungkook hanya mengada-ada, sengaja mencari topik pembuka pembicaraan mereka sebab tak mau mengungkit dan membicarakan dirinya yang diam-diam berkencan tanpa memberitahu sebelumnya. Dasar egois.

"Pak Nam bilang kau keluar masuk toilet di lantai atas. Kau sedang diare? Biasanya kau akan memintaku membuatanmu bubur kalau sakit."

Sialan, Ahrin lupa Jungkook si ekstrovert aneh yang mengenal nyaris setengah dari penduduk kantor jelas tak sulit menanyakan keberadaanya pada orang-orang di sini. Mereka mengenal Jungkook namun tidak dengan Ahrin, orang-orang itu menyebut Ahrin dengan teman wanita Jungkook, bukan namanya. Padahal Jungkook memiliki puluhan "teman wanita", tapi entah mengapa yang terkenal hanya dirinya saja, barangkali ia memang benar-benar seorang teman dalam artian yang sebenarnya.

SURROGACYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang