"pagi."
sapaan biasa untuk hari yang biasa. tak ada yang spesial disana. yang membedakan hanya, tak ada noe di depan kelasnya.
gadis berdarah lokal itu tak sekalipun akan melewatkan pertemuannya dengan jeno. tak satupun, walau demam menyerang tubuh mungilnya. ini tak seperti biasanya.
sepersekian menit berikutnya, manik mata indah jeno menangkap sebuah kelopak bunga mawar. perlahan, semakin banyak kelopak itu terjun. menjuntai dari atas gedung, bak hujan mawar.
"mungkin ada yang mau nyatain cinta."
pikirnya sekilas.
namun, entah perasaan apa yang membuatnya tergerak untuk mengambil kelopak itu. tangannya terjulur keluar jendela, hendak mengambil kelopak mawar yang baunya semerbak. teksturnya biasa, namun ada satu kejanggalan. ada sedikit bau amis di dalamnya. percikan darah sedikit menempel pada kelopal itu.
tidak, jeno tidak boleh berpikir begitu.
"jen, tugas fisika udah belum?"
iya, itu hanya perasaannya saja. kemudiann biarkan kelopak mawar tadi mengudara kembali. biar ia jadi seperti burung yang terbang di angkasa dengan bebas.
"udah, mau nyontek kan," ucap jeno sambil melempar bukunya ke atas meja.
pemilik label nama depan jaemin hanya tertawa. sambil menyalin pekerjaan jeno. sambil berpikir, apa yang terjadi di atas gedung ini sampai banyak kelopak mawar beterbangan.
tapi, apakah kalian tak ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana?
"sakit,"katanya samar disela batuknya.
di atas gedung itu hanya ada noe. ialah pembuat masalah yang harus ditahan. noe lah yang bertanggung jawab atas kelopak mawar yang berterbangan layaknya burung.
"malangnya garis takdirmu. semoga cepat mati."
dua kalimat yang tercelos dari bibir tebal noe sebelum meningalkan kumpulan bunga mawar. tak seorangpun melihatnya. tak seorangpun mendengarnya. tak seorangoun akan menolongnya.
—ditulis di bulan kedua tahun genap.
jaemin antasena
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanahaki. (selesai)
Фанфикft. jeno kelopak bunga berterbangan disekitarnya. sepert dialah teman mereka.