Bab 7; (bukan) hujan bulan juni

8 2 0
                                    

perpustakaan sekolah memang tak pernah ramai. malah sebaliknya, disana selalu sepi pengunjung. kadang sampai tak ada seorangpun. 

namun siang ini, noe berkunjung kesana. karena pembelajaran bahasa indonesia memaksa semua murid untuk mencari sebuah buku sebagai bahan ajar. 

"ribet banget dah bu ayu." 

salah seorang temanya mengeluh. tampak sangat tak menyukai pelajaran dari guru bernama ayu. 

"eh, lo mau bahas buku fiksi apa buku sejarah."

"antalogi puisi, le," noe menjawab sambil mengapsebkan diri beserta teman temannya. 

tak mendengar suara dari pemuda bernama chenle, noe memutuskan pergi dari meja absen. mulai menjelajahi rak rak buku yang tak seberapa tingginya. koleksi buku di perpustakaan sekolahnya tak terlalu banyak. jadi tak perlu rak yang tinggi sampai harus mengambil tangga untuk meraih sebuah buku. 

noe suka pada puisi. ia gemar membacanya, namun tak mampu membuatnya. pilihannya hanya terus menikmati atau berhenti menikmati. jeno pernah bilang begitu.

di depan rak berlabel bahasa noe berdiri. mencari buku yang sudah dimaksud oleh otaknya. 

hujan bulan juni. 

"ketemu," lirihnya saat menemukan sambul buku berjenis hard cover berjudul hujan bulan juni. cepat cepat ia membawanya ke meja, hendak meminjam. 

noe suka sekali dengan puisi puisi di dalamnya. terutama puisi yang berjudul

'aku ingin' 

puisi oleh sapardi djoko damono. membuatnya terbuai oleh kata yang terangkai dengan apik. seolah kisah cintanya ingin ia buat seperti puisi itu. 

yang sederhana. 

namun juga rumit.

"noe," seseorang memanggil namanya disela ia asik membaca. 

itu pemuda chenle. 

"kapan lo mau nembak abang gue?"

pertanyaan yang seharusnya chenle sendiri tau jawabannya. membuat noe tersenyum kikuk. geli mendengar chenle membahas tentang percintaan jeno dan dirinya. 

"gue serius, soalnya udah keliatan banget lo suka sama si jeno. si jeno juga keliatannya suka juga."

"dengan kata yang tak sempat diucapkan." noe membalas kalimat chenle dengan sepenggal kalimat dari pusisi berjudul aku ingin. "maaf chenle, tapi aku nggak akan pernah sempat mengucapkan itu."

"nggak akan pernah sempat, chenle."

tanpa merasa berdosa noe berucap dengan senyum termanisnya. 

— ditulis di bulan kedua tahun genap.

Hanahaki. (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang